Jungkook membuka pintu rumah tergesa. Berharap Yoongi belum melihat beritanya, namun Tuhan tak serta merta mengabulkan harapan Jungkook kali ini.
Bagaimana mungkin untuk dikabulkan bila satu pemandangan pertama yang Jungkook dapati adalah Yoongi yang mengarahkan remot ke televisi didepannya, yang mana masih menampilkan berita yang saat ini sedang panas-panas nya diwartakan.
"Yoon, kau baik baik saja?" Jungkook menghampiri, menggenggam tangan kecil Yoongi yang baru saja meletakkan remot setelah mematikan televisi.
Yoongi tersenyum manis. Terlalu manis rasanya di mata Jungkook hingga Pria itu takut dibuatnya.
"Tentu saja. Semua televisi memberitakannya. Jeon Jungkook, pengusaha muda sukses yang mungkin berencana menambah istri, mempunyai istri kedua. Aku baik-baik saja, Jungkook. Sangat baik" Tangan Yoongi menepis tangan Jungkook, mengambil keranjang disana berisikan pakaian Jinseo, lalu mulai melipat satu persatu.
Jungkook tak lantas menyingkirkan tangannya. Beralih pada bahu untuk mencengkram dan menghadapkan Yoongi padanya. "Sayang, kau tahu aku tak pernah mencintai Wanita selain dirimu. Sekali pun tak pernah. Dia yang tiba-tiba mencium bibir ku didepan banyak wartawan. Aku bersumpah tak mempunyai rasa apapun padanya"
"Ya. Mungkin kau memang tak memiliki rasa apapun padanya, Jung. Tapi bagaimana dengan wanitan itu? Kamera-kamera canggih milik para wartawan telah menangkap segalanya. Perlakuan manisnya, senyum indahnya, dan tatapan memuja miliknya. Semua hanya untukmu "
"Aku- Aku sudah mengatakan padanya jika aku tak mencintainya" Jungkook tergagap, "Dan- dan hanya mencintaimu"
"Lalu bagaimana dengan kerjasama, kolaborasi kalian? Itu bisa hancur berantakan jika seperti itu, bukan?" Yoongi menyingkirkan tangan Jungkook dari bahu nya.
"Atau kau sudah akan berhenti?" Yoongi menghapus air mata pertama yang jatuh.
"Kapan kau akan berhenti mengejar segala kemewahan hidup itu, Jungkook?" Yoongi menatap merana, "Kapan kau akan berhenti bekerja siang malam layaknya orang gila untuk mencapai segala target yang ada dalam benakmu? Kapan hingga akhirnya kita memiliki waktu untuk...
Kita.
"Kapan kiranya kita bisa menikmati waktu bertiga tanpa kau yang harus terburu buru pergi ke kantor karena perusahaan yang kau ajak bekerja sama akhirnya memberikan kata setuju?"
Air mata Yoongi bertambah deras. Tapi Wanita itu tak peduli. Membiarkan saja semuanya luruh, bahkan memundurkan langkah saat Jungkook maju akan mengusapnya.
"Aku sudah mengatakannya sejak dahulu. Aku tak pernah membutuhkan mewahnya kehidupan ini. Tak pernah menuntut kekayaan padamu, tak pernah pula berkata bahwa aku akan bahagia dengan banyak uangmu.
"Kau terlalu sibuk mengejar posisi tertinggi. Terlalu sibuk memelihara ambisimu, hingga kau lupa. Lupa bahwa sesungguhnya kita pun sudah bahagia bahkan sebelum semua gemerlap dunia ini. Bahwa sesungguhnya, malam malam di rooftop menatap kerlip lampu kota, di jajaran jajanan taman jembatan sungai han sambil menatap pada langit bersih. Itulah saat-saat bahagia milik kita" Yoongi akhirnya mengusap seluruh air mata. Memandang Jungkook yang kini terdiam. Tak mampu memikirkan barang satu katapun untuk diucapkan.
Hening sejenak yang rasanya begitu menyesakkan. Yoongi masih bertahan dengan tatapan mengarah pada Jungkook. Sementara Jungkook tengah menunduk dalam, menyesali banyak hal.
"Mari buat kesepakatan, Jungkook" Yoongi berkata, Jungkook mendongak.
"Jika kau masih ingin mengejar segala ambisi itu, lebih baik lepaskan aku" Yoongi menatap Jungkook dengan mata merah miliknya, "Dan kembalikan aku pada orangtua ku"
Jungkook membuka mulutnya, terkejut. Tak pernah menyangka bahwa Yoongi akan membuat kesepakatan macam ini. Apakah dirinya sudah keterlaluan? Sudah kelewat batas? Apapun itu, Jungkook menentang keras gagasan mengembalikan Yoongi pada orang tuanya.
"Yoon, jangan-"
"Karena walaupun terlihat seperti kita tengah mencoba untuk membangun sebuah keluarga, itu tak seperti yang terlihat bagiku" Yoongi menarik ingusnya,
"Putuskanlah sebelum mentari datang, Jungkook"
Kemudian kaki kecil itu melangkahkan diri. Menaiki tangga kemudian memasuki kamar. Menyisakan Jungkook yang masih tertampar dengan kalimat panjang Yoongi.
Greget banget. Rencananya baru mau upload dua atau tiga hari lagi. Tapi barusan revisi beberapa kalimat ambigu, dan jadinya malah kebelet upload. So, ya this is it.
Salam damai,
Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
FanfictionSeperti dersik, bunyi angin menenangkan yang menemani kita pada setiap kesempatan. Mendamaikan segala perasaan rumit dalam kehidupan. Mengalir membawa semilir tenangnya, menyejukkan siapa saja yang didatanginya. Seperti dersik, Kisah tenang nan rum...