Semilir angin

206 50 16
                                    

Minwoo ikut tinggal bersama Jungkook dan Yoongi. Menempati salah satu dari dua kamar kosong disana. Tak memenuhi satu pekan. Satu atau dua hari, anak itu akan kembali kerumah Kakek, entah diantar ataupun sendiri. Pergi kesana untuk mengingat Kakek, juga untuk membersihkan seisi rumah dari debu.

Rasanya menggelikan bagi Yoongi. Rutinitas pagi nya sedikit berubah. Setelah bangun dan membangunkan Jungkook, wanita itu juga harus membangunkan Minwoo agar anak itu tidak terlambat pergi kesekolahnya.

Rasanya seperti mempunyai seorang anak remaja tanpa melahirkannya.

Senyum Yoongi terkembang berdasar pada rasa aneh atas rutinitas baru miliknya. Memasak sarapan pun harus menambah porsi, mengingat ada satu perut lagi yang harus diisi.

Rasanya seperti kandungan dalam perutnya sudah dilahirkan saja.

"Pagi!" Seharusnya kalian sudah terbiasa. Bahkan Yoongi pun sudah terbiasa dengan Jungkook yang terus saja mengejutkan setiap pagi. Tangannya hanya mengangkat spatula seakan siap memukul kepala Jungkook.

"Kenapa senyum senyum sendiri begitu?" Jungkook akhirnya bertanya, memasukkan wajah ke ceruk leher Yoongi.

"Bukankah rasanya seperti kita memiliki seorang anak remaja? Terasa seperti bayi disini sudah keluar dan mewujud sebagai Minwoo" tangan Yoongi menepuk pelan perut yang kini mulai membesar.

"Kau merasa begitu? Tapi ketimbang itu, aku—"

"AAAAAA JUNGKOOK!! JUNGKOOK!!" Belum selesai kalimat Jungkook, lengkingan suara Yoongi sudah memekakkan telinga lebih dulu. Belum lagi Yoongi yang tiba tiba melompat masuk kedalam pelukan dengan kaki melilit pinggang Jungkook.

Bersyukur saja Jungkook tidak jatuh kebelakang. Itu berbahaya mengingat Yoongi akan ikut jatuh menimpa perutnya sendiri.

Belum juga Jungkook mengetahui alasan teriakan melengking Yoongi, wanita itu sudah kembali menjerit disamping telinga miliknya. Sungguh memekakkan gendang.

Sungguhan. Kalian harus mencobanya lain kali. Cobalah dekatkan telinga kalian pada seseorang yang tengah berteriak. Maka kalian akan mengerti apa yang Jungkook rasakan saat ini.

"JUNGKOOK!! KECOA JUNGKOOK!!! BUNUH DIAAA!!!" tidak kalah melengking dari sebelumnya.

Dan coba kalian bantu Jungkook berpikir. Dengan Yoongi dalam gendongan dan terus menerus bergerak heboh, belum juga telinga yang rasa rasanya akan pecah saat itu juga. Bagaimana Jungkook bisa membunuh seekor kecoa? Itu nampak mustahil, bukan?

Namun pagi pagi begini malaikat pun sudah mengirimkan pertolongannya pada Jungkook.

Siapa lagi jika bukan Minwoo. Anak itu datang ke meja makan dengan seragam lengkap bertepatan dengan Yoongi yang melompat memeluk Jungkook dan berteriak histeris.

Mata mudanya mencari dimana kecoa berada, dan setelah mengunci fokus, mengambil dengan menjepit antenanya.

"Sudah, sudah. Minwoo sudah mengambilnya" Jungkook menepuk menenangkan. Sementara Yoongi mencoba menjauhkan wajah dari ceruk leher Jungkook.

Matanya mengedar mencari keberadaan Minwoo, hingga saat menemukan remaja itu, dengan wajah polosnya Minwoo mendekatkan kecoa ke wajah Yoongi dengan perkataan santai, "ini"

"AAAAAAAAAAAAAA" Kembali lah teriakan maut itu. Jungkook melotot kearah Minwoo sedangkan remaja itu pergi dengan senyum jahilnya untuk membuang kecoa.

Pagi yang kacau. Namun semua terlewati dengan lancar. Minwoo berangkat setelah berpamitan kepada Jungkook juga Yoongi. Dan akhirnya, kini Jungkook akan berangkat ke mini market.

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang