Garis Awal

244 48 8
                                    

Pada akhirnya semua harus dimulai dari garis awal. Jungkook terus menerus menghabiskan malam untuk memikirkan perusahaan macam apa yang akan dirinya dirikan. Banyak pilihan, namun menurut Jungkook, tidak semua akan memiliki prospek yang bagus di masa mendatang. 

Jungkook sibuk mencoba mencari peluang. Sibuk menatap komputer hingga malam melampaui puncaknya, menunjukkan waktu dini hari. Sudah berjalan satu pekan selalu seperti ini. Yoongi sesekali turut menemani, namun lebih banyak lagi tak sengaja tertidur di sofa dalam garasi yang Jungkook ubah menjadi ruang kerjanya. 

Sementara malam terisi dengan kegiatan Jungkook bersama ambisi nya, Pagi hingga petang dihabiskan untuk mencari biaya kehidupan. Menjadi penjaga kasir di sebuah mini market sejak pagi dan menjadi pelayan restoran siang harinya. 

Tentu biaya hidup sedikit teringankan dengan adanya tabungan saat Jungkook naik jabatan kemarin. Namun itu tak lantas membuat mereka bisa bersantai dengan kondisi saat ini. 

Dengan Jungkook bekerja keras diluar sana, Yoongi berusaha mengimbangi usaha suaminya dengan keahlian yang dirinya bisa. 

Yoongi mencoba memasak. Tidak, tidak dengan resep dari Seokjin karena itu resep untuk restoran Namjoon dan Seokjin. Namun wanita mungil teman hidup Jungkook itu terus coba mengingat resep yang Nenek juga Ibu ajarkan padanya. Mencoba memasak satu porsi dan setelahnya mengetuk dari satu pintu ke pintu yang lain. Menawarkan pada mereka masakannya. 

Tentu bukan sesuatu yang mudah menawarkan masakan dengan cara begitu. Namun Yoongi tak ingin lantas menyerah begitu saja dan hanya mengandalkan uang dari Jungkook juga tabungan mereka yang makin lama makin menipis. Setidaknya Yoongi merasa harus membantu walau sedikit. 

Menanyakan perihal jalan jalan akhir pekan mengelilingi kota pun tak akan bisa sama seperti dulu. Jungkook harus bekerja setiap hari yang artinya tak ada akhir pekan dalam siklus pekerjaannya. Namun dengan jam buka restoran yang terbatas hingga pukul delapan malam, kegiatan mengelilingi kota itu bisa diganti dengan jalan jalan ringan dekat rumah.  

Maka jangan kira jika semua hal ini membuat mereka hidup dalam kemurungan. Perlu kalian ingat bahwa baik Jungkook maupun Yoongi tak pernah mempermasalahkan tentang mewahnya hidup. Yang terpenting bagi mereka adalah kebahagiaan satu sama lain. Setidaknya begitu hingga gunungan ambisi membelokkan arah pemahaman tentang apa hakikat bahagia milik mereka. 


Pagi ini Jungkook bangun dengan keadaan lebih segar. Malam tadi urung begadang karena Yoongi menasehati nya banyak hal tentang kesehatan juga tentang kekhawatiran wanita mungil itu pada Jungkook. 

Mengingatnya membuat Jungkook tersenyum. Ah... apa yang akan dirinya lakukan jika hidup tanpa Yoongi?

Jungkook menatap sekitar dan menyadari ini tak seperti pagi biasanya. Jungkook terbangun dengan Yoongi di sebelahnya. Rupanya teman hidup Jungkook bangun kesiangan. Apakah wanita ini lelah karena beberapa hari belakangan selalu menemani nya begadang? Ya walaupun sering tertidur, tapi tetap saja jam tidurnya mundur karena itu. 

Jungkook memiringkan kepala, berpikir. Mungkin dirinya harus mengurangi begadang jika tak ingin Yoongi ikut terkena dampaknya. 

Kini setelah menetapkan akan mengurangi begadang, Jungkook bergerak dengan kehati hatian tinggi. Tak ingin Yoongi terbangun karena rencana Jungkook pagi ini adalah membuat sarapan untuk Yoongi sebelum berangkat bekerja. 

Bergerak menuruni ranjang tanpa membangunkan Yoongi berjalan sukses. Namun saat Jungkook sampai pada dapur rumahnya, seketika dibuat bingung dengan menu yang akan dirinya masak pagi ini. 

Jujur saja Jungkook bukan seorang Pria yang pandai memasak. Tak ada yang bisa Jungkook masak selain tiga hal. 

Memasak air, makanan instan, dan nasi goreng. 

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang