Perusahaan telah Ia resmikan, semua surat surat dan segala perizinan dengan tetek bengeknya telah Ia siapkan. Dan kini tersisa tugas mencari seseorang untuk Ia jadikan bintang pertama JY Entertainment.
Pada akhirnya Jungkook memilki rutinitas baru selain mencium perut milik Yoongi.
Selepas semua pekerjaan, pukul delapan malam, Jungkook tak lantas berjalan pulang menuju Yoongi dirumah mereka. Pria itu mampir sebentar ke taman dekat restoran untuk menawari beberapa orang yang menurutnya memiliki bakat.
Beberapa orang sopan menerima kartu nama agensi kecil miliknya, sedangkan lainnya membuang begitu saja tanpa memikirkan bagaimana perasaan Jungkook saat kartu nama itu dibuang begitu saja didepan matanya.
Tapi toh itu bukan sesuatu yang Jungkook permasalahkan. Semua memang harus dimulai dari sesuatu macam ini. Justru jika dengan begitu saja Jungkook mengambil hati, maka akan memakan waktu lama untuk agensi ini berkembang.
Jungkook hanya memungut kartu nama ditanah, membersihkan kotoran dari sana untuk kemudian menumpuk bersama kartu nama lain ditangannya.
Senyumnya kembali merekah ketika kakinya menghampiri seorang Jejaka yang tengah memetik gitar dalam pelukan. Senandung kecil menemani iringan gitar di ujung taman, jauh dari banyak pengunjung.
"Selamat malam" Jungkook menyapa, sedangkan Jejaka itu terkejut hingga hampir menjatuhkan gitar miliknya.
Jejaka itu tersenyum kaku membalas senyum Jungkook. Gerakan badannya mengisyaratkan seakan dirinya tak nyaman dengan kehadiran Jungkook.
"Ehm, aku hanya ingin menawarkanmu untuk bergabung dengan agensi milikku" Jungkook menyodorkan kartu namanya, "memang hanya sebuah agensi kecil, namun aku berjanji tentang kesuksesan jika kita mau bekerja keras dan memiliki ambisi besar"
Jejaka itu tampak tak yakin, namun tetap menerima kartu nama dari Jungkook dengan tangan bergetar. Jejaka itu takut dengan orang asing. Cukup untuk menjelaskan posisi duduk, juga tangan bergetar nya.
Jungkook tak lama berinteraksi dengannya. Getaran ponsel mengalihkan perhatiannya sejenak. Hingga saat Jungkook mengalihkan pandang menuju ponsel, Jejaka itu lari terbirit birit macam sehabis bertemu hantu.
Jungkook ingin mengejar, namun nama pemanggil menghentikan gerakan kakinya. Nama Yoongi tertera disana. Membuatnya mengambil duduk kemudian mengangkat telfon.
"Ya, Yoongi?"
Terdengar seseorang menangis disebrang sana. Namun itu bukan suara utama. Suara itu serasa jauh, berperan sebagai suara latar.
"Jungkook, bisa ke rumah sakit sekarang?"
Satu kalimat Yoongi dan Jungkook sudah beranjak dari duduknya. Membawa kaki berlari secepat mungkin menuju halte bus terdekat.
"Ada apa denganmu, Yoon? Kandunganmu bermasalah? Apa kau sakit? Tahan disana, aku segera kesana. Aku-"
"Jungkook!! Aku belum selesai bicara" Yoongi menyela. Sedikit menaikkan nada untuk menghentikan kalimat panjang milik Jungkook.
Sedangkan Jungkook menghentikan lari begitu mendengar teriakan Yoongi. Apa wanita itu benaran sakit? Tapi kenapa teriakannya bertenaga sekali?
"Bukan aku yang sakit, Jung" Kalimat Yoongi sedikit banyak memberi kelegaan untuk Jungkook. Pria itu merasa seakan nafas yang baru saja diambil paksa, secara perlahan dikembalikan.
"Lalu siapa?" Bibir Jungkook melanjutkan tanya, sedangkan kakinya melanjutkan jalan. Matanya mengamati sekitar dengan satu tangan dimasukkan kedalam saku celana.
"Kakek Choi" Jawaban Yoongi menghentikan sejenak langkah Jungkook. Cukup terkejut ketika mendapati jawaban itu.
"Cepatlah kemari, Jung"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
FanfictionSeperti dersik, bunyi angin menenangkan yang menemani kita pada setiap kesempatan. Mendamaikan segala perasaan rumit dalam kehidupan. Mengalir membawa semilir tenangnya, menyejukkan siapa saja yang didatanginya. Seperti dersik, Kisah tenang nan rum...