Tanpa terasa bumi telah menua. Setiap pergantian musim, berlalunya kalender tua, dan tak terhitung bentuk rasi bintang dilangit sana, siapa yang mengira bahwa bumi telah meniup lilin ulang tahun untuk ke 15 kalinya?
Maka selagi berotasi juga berevolusi, sang Bumi memilih untuk tenang sejenak. Menikmati usia senja dengan hangatnya matahari memeluk, dan kicauan banyak burung sebagai musik pengiring secangkir deburan ombak dipantai sana.
Pagi buta yang begitu tenang dirumah pulau kecil itu. 15 tahun setelah kali terakhir Keluarga Jeon kesayangan pembaca merencanakan akan mendatangkan seorang bayi ke tengah-tengah hangat keluarga mereka.
Jungkook dan Yoongi masih saling memeluk dibalik selimut mereka. Menghantarkan hangatnya sayang juga cinta di pagi dingin bersama putih sang kabut.
Masih sunyi. Kediaman itu masih tak menunjukkan kehidupan saat sang mentari masih malu-malu mengintip dibalik bukit sana. Hanya suara kericik kecil air mancur di taman rumah juga suara unggas yang sibuk memberi tahu waktu pagi.
Adalah satu anak yang akhirnya meneladani Ibu burung diluar sana. Yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan agar perut terisi.
Yang kalian kenal, Jeon Jinseo si anak sulung. Seorang anak usia empat dengan wajah lucunya yang telah tumbuh menjadi seorang remaja tampan mengikuti perpaduan wajah kedua orang tua. Remaja yang kini berada dipenghujung masa sekolah menengah atas.
Remaja itu tengah mengendap. Perlahan melangkahkan kaki, berusaha tak membuat suara karena sungguh, Bunda benar-benar sensitif terhadap suara akhir-akhir ini.
Tangga dititi dengan perlahan, mata melirik kesana-kemari untuk memastikan Bunda tidak terbangun atau tak ada siapapun yang bisa menangkap basah dirinya.
Kabinet dapur dibuka dengan tanpa suara, sebungkus ramyeon telah berpindah tempat beberapa detik kemudian, bersanding dengan telur juga panci kecil yang akan segera dinaikkan keatas kompor.
Jinseo siap memasak. Kompor sudah dinyalakan dan remaja itu mengembangkan senyum senang.
Tahu kenapa dia harus mengendap begini? Well ya, itu karena anak nakal ini telah menghabiskan setidaknya lima ramyeon tiga hari terakhir. Bunda tahu dan Bunda melarangnya untuk membuat ramyeon seminggu kedepan.
Yeah, seharusnya bukan sesuatu yang sulit, karena sejujurnya masakan Bunda tak kalah enak dengan ramyeon itu.
Namun salahkan video mukbang yang semalam Jinseo tonton. Orang disana memakan mie dengan begitu lahap hingga Jinseo meneteskan liur dibuatnya. Remaja itu bahkan hampir tak bisa tidur memikirkan semangkuk ramyeon.
Pikir Jinseo sudah senang. Pagi ini semangkuk ramyeon yang diidam-idamkan akan terealisasikan. Ya, setidaknya seperti akan begitu.
Namun kuingatkan kalian pada seorang bayi yang dulu diminta oleh Jeon Jinseo usia empat. Bayi yang telah tumbuh 15 tahun terakhir, meninggalkan masa bayi juga kanak-kanaknya. Ia telah menjelma menjadi seorang remaja dengan usia sama dengan lompatnya waktu. Menjadi copy-paste kedua seorang Jeon Jungkook setelah Jeon Jinseo.
"Hyung? Kau kah itu?" Laki-laki Jeon ketiga telah bersuara. Begitu tenang tanpa takut membangunkan sang Bunda.
"Jeon Jinwoo!!" Jinseo memejam mata, berdesis marah, "aku menyesal meminta adik!"
Jinseo segera berbalik badan dan menempelkan jari telunjuknya didepan bibir, "Kecilkan suaramu, bocah! Ini masih pagi!"
"Hyung sedang apa didapur sepagi ini? Dan apa itu bungkus ramyeon?" Bagus. Jinwoo menolak menurunkan volume suaranya.
"Diam!! Diam anak tengik! Nanti Bunda dengar!!"
"Mulutku susah ditutup, Hyung" anak itu nyengir tak dosa. Senang sekali bisa menempatkan diri diatas sang Kakak yang tengah diposisi lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
Fiksi PenggemarSeperti dersik, bunyi angin menenangkan yang menemani kita pada setiap kesempatan. Mendamaikan segala perasaan rumit dalam kehidupan. Mengalir membawa semilir tenangnya, menyejukkan siapa saja yang didatanginya. Seperti dersik, Kisah tenang nan rum...