Segunung ambisi

231 46 25
                                    

Sebuah hakikat daripada bahagia. Jungkook tak tahu menahu tentang bagaimana seharusnya rasa bahagia itu dirasakan oleh setiap makhluk dibumi. Namun dari sekian bahagia yang hinggap dalam hidupnya, ini menjadi bahagia yang paling bahagia. Rasa-rasanya tak akan pernah bisa terkalahkan lagi dengan hal yang lainnya.

Mengingat kembali pada saat Jungkook berlarian dilorong rumah sakit hingga menghentikan seorang perawat dengan nafas tersengal. Tentu menanyakan dimana keberadaan seorang wanita bernama Yoongi.

Setelah diberitahu pun larinya tak berhenti. Bahkan lebih kencang dari pada sebelumnya.

"Kau! Kelinci payah!! Masuk sana, Yoongi ada didalam!" Baru saja datang dan Jungkook sudah mendapatkan semprotan jengkel dari Seokjin.

Maka masuklah Jungkook keruangan didepan Seokjin. Dan yang kemudian tertangkap netra adalah manisnya Yoongi yang tengah tersenyum pada bayi dalam gendongannya.

Sungguh. Ini pemandangan terbaik yang pernah masuk kedalam tangkapan mata seorang Jeon Jungkook.

"Yoon" satu panggilan pendek, dan barulah Yoongi menyadari kehadiran seseorang. Sosok Ayah dari bayi yang kini menggapai-gapai udara kosong dengan tangan mungilnya.

Yoongi tak membalas apapun. Hanya sebuah senyum manis dan anggukan kecil, menyampaikan bahwasanya bayi dalam gendongannya benar anak mereka.

Tak akan menunggu lebih lama. Jungkook segera berjalan menuju Yoongi dan bayinya. Mendudukkan diri pada sisi ranjang, dan dengan mata berbinarnya menatap bayi disana.

Ouh, air matanya sudah meleleh. Tolong beri selamat pada Ayah Jeon di sini.

"Maaf, tak menemanimu melahirkan" Jungkook menatap lebih dulu manik mata Yoongi. Menyesal meletakkan sembarangan ponsel miliknya.

"Tak masalah, ada Eonni. Lagipula aku tahu, kau pasti sibuk bekerja"

"Tetap saja. Aku tak bisa menemani saat kau berjuang melahirkan bayi kita"

Yoongi menghela nafas dengan bibir melengkungkan senyum. Sungguh, dirinya paham bagaimana rasa bersalah yang Jungkook rasakan. Namun, dirinya juga mengerti bahwa Jungkook pasti sangat sibuk bekerja di restoran.

"Sudah menyiapkan nama?" Yoongi mengubah topik. Menanyakan nama si kecil menjadi pilihan.

Berhasil mengalihkan rasa bersalah dalam diri Jungkook. Karena saat ini, Jungkook tengah memandang berbinar pada Yoongi juga bayi kecil mereka.

"Jeon Jinseo. Susah kusiapkan sejak tiga bulan lalu" Jungkook mengangkat tangan, membawanya pelan untuk mengusap puncak kepala bayi Jinseo.

Yoongi tersenyum mendengar nama bayi dalam gendongan. Satu tangannya meneladani Jungkook, ikut mengusap puncak kepala bayi Jinseo.

Tentu yang terjadi kemudian adalah bersatunya bahagia lima orang disana atas lahirnya satu bayi mungil. Kesibukan mendiskusikan lebih mirip dengan siapa, atau betapa lucu pipi gembil bayi itu. Mereka sungguh terlarut dalam bahagia, hingga tanpa sadar waktu telah mengantar malam pada puncaknya.

Jungkook dan Yoongi akan tinggal dirumah sakit untuk sementara, menuruti saran sang dokter. Sementara Minwoo akhirnya menginap dirumah Namjoon dan Seokjin setelah pendiskusian panjang antara kelima manusia.






Tentu saja aku akan mempercepat waktu. Memang apa yang kalian harapkan?

Tak akan berjarak jauh. Tapi kini hari sudah pagi, dan latar tempat bukanlah lagi sebuah kamar dirumah sakit.

Ini menjadi hari ketiga setelah pulangnya Yoongi dan Jungkook dari rumah sakit. Pun menjadi hari ketiga juga dimana Jungkook terbangun dengan pemandangan Yoongi tengah menyusui Jinseo menghadap pada jendela dengan pancaran sinar mentari pagi.

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang