Pagi ini semua tampak sibuk. Mobil berdesakan diatas jalanan dengan bunyi klakson memekakkan telinga. Ibu-ibu sibuk berteriak, menawar barang dipasar, bersahutan dengan sang penjual yang masih keukeuh dengan harga darinya. Juga tak lupa dengan pertengkaran hebat yang terjadi dipojok jalan antara seorang Ibu dengan pemuda yang kini terlihat tengah berseteru tentang siapa yang salah dalam kecelakaan lalu lintas yang baru saja mereka alami.
Jungkook menyaksikan itu semua dari balik kaca jendela rumah sewanya. Menatap sembari tangannya bergerak membuka gorden lusuh dan kemudian membuka jendela, membiarkan angin pagi masuk memenuhi ruangan tempat tidur.
Beberapa menit lalu Yoongi membangunkan Jungkook, mengatakan bahwa dirinya akan menyiapkan sarapan dan meminta tolong agar Jungkook membuka jendela dan menata kembali kasur mereka.
Jungkook tersenyum kala matanya menatap figura kecil diatas nakas berisi fotonya bersama Yoongi pada pernikahan mereka dua bulan lalu. Hidup bahagia bersama orang yang dicintainya walau dalam kehidupan sederhana, itu lebih dari cukup baginya.
"Jungkook!! Sudah selesai mandinya?" Teriakan Yoongi terdengar, tersusul oleh suara mendesis masakan.
"Iya, sebentar lagi" Jungkook berucap, meninggalkan figura foto kembali pada tempatnya dan bergegas menuju kamar mandi.
"Nasi goreng! Makanan kesukaanku" Seru Jungkook sembari menutup pintu kamar, keluar dengan kemeja melekat dibadan, jas tersampir pada tangan kanan dan dasi digenggaman.
Yoongi nyengir kecil, "Maaf ya, kau mungkin bosan. Tapi tinggal ini bahan yang tersisa"
"Hei, kenapa minta maaf? Ini memang makanan kesukaanku kok. Lagipula ini masakanmu, pasti lebih enak dari nasi goreng bikinan Bibi pemilik kedai diujung jalan sana"
"Eish, berhenti menggodaku" Yoongi menyerahkan sepiring nasi goreng ke hadapan Jungkook dengan wajah memerah malu.
Jungkook hanya tertawa, menikmati wajah malu Yoongi yang tak pernah berubah sejak dahulu mereka menjalin kasih. Tangannya bergerak menyedokkan nasi goreng kedalam mulutnya.
"Jungkook, bahan makanan kita benar-benar tak bersisa. Apakah ada uang untuk membelinya?" Yoongi bertanya ditengah makannya. Menatap Jungkook yang kini balas menatapnya.
Jungkook nampak berpikir sebentar untuk kemudian mengambil dompet disaku belakang celana. Menatap kedalam untuk menemukan lima lembar uang 10.000 won tanpa benda lain menemani. Jungkook menatap Yoongi, "Apakah 50.000 won cukup?"
"Tentu saja cukup. Berapapun yang kau berikan, aku akan mengaturnya sedemikian rupa hingga cukup untuk kebutuhan kita. Itu tugasku sebagai wanita, bukan?"
Jungkook mengambil seluruh isi dompet dan menyerahkan pada Yoongi. Menatap lekat wanita dihadapannya yang kini mengambil tiga lembar uang dan menyisihkan dua lainnya. Memasukkan tiga lembar kedalam saku, sedangkan dua lembar sisa dia berikan kembali kepada Jungkook.
"Ini untuk jaga-jaga jika nanti tiba-tiba kau lapar atau perlu membayar sesuatu, setidaknya ada sedikit pegangan" Yoongi menyerahkannya pada Jungkook dengan senyum teduhnya.
Luluh dengan segala yang ada pada Yoongi, Jungkook mengusak wajahnya.
"Yoongi, aku berjanji akan memberikanmu kehidupan yang lebih baik dari ini. Aku akan bekerja keras agar kau tak perlu lagi pusing mengatur uang yang sangat sedikit yang kuberikan padamu untuk kebutuhan kita. Aku berjanji untuk itu" Jungkook menggenggam tangan Yoongi erat, menatapnya serius dengan kegigihan dalam kalimatnya.
Sementara itu Yoongi masih dengan senyum teduhnya, menatap Jungkook dengan beribu sayang, "Kau bercanda? Kupikir tak ada yang akan lebih baik dibanding hidup membangun keluarga bersamamu" Yoongi mengelus tangan Jungkook lembut, "Ini saja sudah lebih dari cukup. Kau mencintaiku dan tak memandang pada wanita lain, bagiku ini sudah sangat cukup"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dersik
FanfictionSeperti dersik, bunyi angin menenangkan yang menemani kita pada setiap kesempatan. Mendamaikan segala perasaan rumit dalam kehidupan. Mengalir membawa semilir tenangnya, menyejukkan siapa saja yang didatanginya. Seperti dersik, Kisah tenang nan rum...