Pelukan malam

224 50 25
                                    

Yoongi duduk diam diatas sofa. Fokus sekali merajut sebuah topi kecil berwarna biru langit ditangannya. Sesekali harus menengok video dalam ponsel, melihat apakah cara merajutnya sudah sesuai dengan apa yang diajarkan.

Yoongi memutuskan untuk belajar merajut sejak satu pekan lalu. Setelah Jungkook melihat Yoongi kepayahan berjalan dengan kandungan besarnya, dan melarang sang Ibu hamil untuk berjualan.

Kalian mungkin tak akan menyangka ini, namun Jungkook bahkan belajar memasak agar Yoongi bisa lebih banyak istirahat. Awalnya memang membuat kekacauan. Namun, bimbingan lembut Yoongi membuatnya mulai mahir memasak beberapa makanan.

Beberapa kebiasaan memang nampak berubah. Namun maafkan Yoongi yang tak mendengarkan larangan Jungkook. Karena bahkan jika Yoongi merajut untuk kegiatan pagi, siangnya saat Jungkook bekerja, Yoongi akan tetap berjualan.

Merajut hanyalah sebagai bukti yang harus ditunjukkan kepada Jungkook saat Pria itu pulang nanti. Bukti bahwa Yoongi benar benar berhenti berjualan.

Yoongi tak pernah berniat untuk mengabaikan larangan Jungkook. Namun segala kebutuhan vitamin, susu ibu hamil, dan beberapa pemeriksaan berkala membutuhkan uang lebih banyak. Maka uang hasil jualan masih sangat diperlukan saat ini.

Kini jam di dinding sana telah menunjukkan pukul dua belas siang. Yoongi meninggalkan rajutannya dan memasak dua menu sederhana, namun aku bisa menjamin, cita rasanya tak akan pernah se sederhana itu.

Yoongi bersenandung kecil. Senandung bahagia mengiringi desisan wajan didepannya. Banyak berharap, semoga Jungkook pun tengah bahagia dengan pekerjaannya.





Tapi bahagia yang sang Istri harapkan tidak sedikitpun hinggap pada bahu Jungkook, karena segala sesuatu seakan hancur lebur begitu saja didepan mata Jungkook.

Jungkook pulang lebih awal. Jungkook telah turun dari bus saat jam dinding di sebuah toko tak jauh dari sana menujukkan pukul dua siang. Restoran tidak buka, suatu hal membuat sang pemilik memutuskan demikian.

Langkah gontai, wajah lesu, juga pijakan tak tetap. Jungkook tampak kusut.

Semuanya berawal dari beberapa hari yang lalu, saat Jungkook menerima kerjasama dengan sebuah perusahaan. Jungkook senang sekali hingga dengan girangnya memberitahu Yoongi.

Yoongi turut bahagia. Menyiapkan makan malam spesial untuk Jungkook. Namun disisi lain, wanita mungil itu juga menyampaikan pesannya pada Jungkook, agar Pria itu mencari tahu lebih dalam mengenai perusahaan tersebut.

Namun sekali lagi, atas rasa senang juga girang, Jungkook melupakannya. Jungkook lupa untuk sekedar menengok ke mesin pencari tentang perusahaan macam apa yang mengajaknya bekerja sama, bagaimana latar belakang juga informasi informasi lain.

Jungkook lupa akan hal itu, dan kini terlambat saat semua faktanya terbuka.

Setelah Jungkook mengirim uang yang diminta pihak perusahaan pagi tadi, semuanya terkuak. Siang ini Jungkook menyadari dirinya tertipu setelah perusahaan itu tak lagi bisa dihubungi.

Itu adalah uang tabungan terakhir milik Jungkook juga Yoongi. Uang yang jika dirinya tak ditipu, akan digunakan untuk biaya pemeriksaan berkala kepada dokter.

Namun semuanya raib, tanpa bisa dicegah lagi. Penyesalan membuat Jungkook berharap ada tombol undo untuk kehidupan. Tapi bagaimanapun, semua hanyalah sebuah harapan tatkala sesal yang menjadi dasar.

Sekali lagi jalan gontai Jungkook kita sorot. Pria itu masih berusaha berjalan walau rasanya ingin rebahan saja dijalan, menanti hingga sebuah mobil melindasnya. Kalian tahu rasa ini, rasa ingin mati.

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang