Segala Puncak

216 42 41
                                    

Baca lebih detail, yaaaa. Chapter ini bawa kunci untuk chapter depan.

Secangkir kopi mengepulkan asapnya diatas meja. Seorang satpam sebagai pemiliknya kini tengah memampangkan sebuah koran didepan wajah. Sebuah headline besar-besar menghadap kita, seakan meminta untuk dibaca.

'JY Corp, sukses memimpin ekonomi’

Meninggalkan sang satpam yang nampaknya masih asik membaca, kita memasuki lebih dalam rumah yang menjadi penjagaan si satpam.




“Setelah menduduki posisi pertama pada chart billboard, kini banyak beredar video terkait penampilan penyanyi solo Choi Minwoo disebuah restoran empat tahun lalu" 

Seorang pembawa berita tengah menyampaikan informasi. Mewartakan kabar yang kini tengah ramai dibahas semua orang dinegara ini.

“Kini Choi Minwoo menjadi artis Korea kedua setelah DTS yang telah menduduki posisi pertama chart billboard selama dua minggu berturut-turut. Banyak yang berharap, Choi Minwoo akan menjadi aset negara yang—”

Televisi dimatikan. Ditilik jam dinding diatas sana, jarumnya mengatakan pukul tujuh. Sang penilik menghembuskan nafas berwajah lesu. Ini sudah pagi, dan bahkan suaminya belum pulang dari perusahaan.

Yoongi. Ia melirik sekilas pada ponsel yang kini tergeletak diatas meja sofa. Tak ada pesan, pun sebuah panggilan. Dalam benak dipaksa bertanya-tanya. Sedang apa suaminya, hingga sejak kemarin petang belum juga pulang?

“Bundaaaa!!” itu teriakan seorang anak laki-laki usia empat. Wajah manisnya tertunduk memperhatikan langkah dengan kaki yang begitu semangat ingin cepat-cepat selesai meniti turun anak tangga.

“Sayang, hati-hati. Tidak usah terburu”

Bahkan jika sang Bunda mengatakan begitu, Jinseo tak lantas memperlambat kegiatan menitinya. Tak menghiraukan sama sekali kalimat peringatan dari sang Bunda, dan tetap menuruni tangga dengan tergesa.

Selesai urusannya dengan anak tangga, Jinseo lantas berlari menuju sang Bunda. Ditangan nampak sebuah origami berbentuk burung dengan biru sebagai warna kertasnya.

“Bunda!” Pekik Jinseo saat Ia berhasil menubruk Bunda dengan sebuah pelukan.

Yoongi yang kini jongkok untuk menyamakan tinggi hanya tertawa. Gemas melihat Jeon kecil satu ini.

“Apakah origaminya untuk Bunda?” Yoongi bertanya.

Jinseo selalu begitu. Setiap pagi Ia akan membuat sebuah origami dengan berbagai macam bentuk, dan memberikannya kepada Ayah atau Bunda.

“Yang ini bukan untuk Bunda. Hari ini Jinseo ingin memberikan untuk Ayah”

Yoongi mengusahakan sebuah senyum. Diusapnya puncak kepala Jinseo hingga suasana rumah memunculkan pertanyaan dalam benak si kecil.

“Ayah dimana, Bunda?”

Mendengarnya membuat Yoongi tersenyum lebih lebar. Ia tahu pertanyaan ini akan lagi-lagi muncul.

“Ayah masih diperusahaan. Masih mengurusi pekerjaan”

Seketika wajah Jinseo menekuk murung, “diperusahaan lagi, ya?”

“Kalau Minwoo Hyung?” masih dengan wajah murungnya, Jinseo bertanya. Menyampaikan dengan raut wajah, bahwa Ia tak berharap banyak.

“Hyung mu juga disana menemani Ayah. Jinseo disini bersama bunda tidak apa kan?”

“Tidak apa-apa Bunda. Aku senang berdua dengan Bunda”

Sebuah pelukan kembali dieratkan. Tak mengerti untuk apa, namun sedikit-banyak memberi kekuatan, terutama untuk sang Bunda.

Dersik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang