Tangannya dengan cekatan melipat baju dan menatanya ke dalam koper. Manik hitam berkilaunya berpendar, menatap sekeliling kamar yang telah ia huni sejak kecil. Memastikan tak ada satu barang pun yang tertinggal."Sayang, sudah membereskan semuanya, hm? "
Sang Ibu, Seokjin mendatangi kamarnya, mengamati seisi ruangan dan menepuk bahu Putri sulungnya lembut. Wanita paruh baya berambut sebahu itu mendesah.
"Bantu adik perempuanmu, ku yakin pasti anak itu tengah sibuk dengan ponselnya. "
Setelah menepuk bahu Putrinya dua kali, ibu dari tiga anak itu berlalu pergi. Berniat membereskan barang-barang suaminya yang bahkan belum tersentuh karena pemiliknya masih sibuk di luar rumah.
Gadis bermanik hitam jelaga itu Jeongguk, Putri sulung dari pasangan Namjoon dan Seokjin.
Bulan lalu, sang kepala keluarga yang berprofesi sebagai guru dipindah tugaskan ke sebuah kota terpencil. Karena kontraknya cukup lama, Namjoon memutuskan untuk memboyong keluarganya untuk tinggal di kota tersebut.
Beruntungnya, ketika mencari rumah untuk ditinggali, Namjoon mendapat rekomendasi sebuah rumah kosong dari sahabatnya yang tinggal di kota itu juga.
Rumah kosong itu dijual dengan harga murah, membuat Namjoon langsung membeli nya setelah melihat keadaan rumah yang memang masih sangat bagus.
Jeongguk mengetuk pintu adiknya sebanyak tiga kali, lalu menghentakkan kusennya kebawah. Mendapati sosok gadis berambut caramel tengah asik berbaring di kursi santai dengan kedua telinga tertutup headphone. Tatapan matanya begitu fokus akan benda canggih yang digenggamnya.
Putri kedua pasangan Namjoon dan Seokjin itu tak mempedulikan sama sekali kamarnya yang berantakan. Sepertinya gadis itu sempat berberes, dilihat dari koper yang terbuka di atas ranjang dengan baju yang bertebaran.
Namun karena sesuatu Somi menjadi malas dan memutuskan untuk kembali bersantai dengan ponselnya.
Jeongguk mendengus, adiknya yang satu ini memang bebalnya luar biasa. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar bernuansa biru muda itu, lalu mulai meraih pakaian adiknya dan melipatnya.
Sembari menata pakaian Somi ke dalam koper, Jeongguk mengamati seisi kamar adiknya. Adiknya itu sepertinya sosok gadis yang ramah, populer juga. Dapat dilihat dari foto-foto si rambut karamel dengan teman-temannya, lalu ketika memegang karton yang bertuliskan juara 1 cheerleader terbaik, ah, tidak heran adiknya begitu populer. Anak cheerleader memang pasti populer dimanapun.
"Sejak kapan kau ada di kamarku? " suara bernada khas itu membuat Jeongguk yang asik melamun sedikit terperanjat. Si sulung keluarga itu menatap adiknya kesal.
Membanting tutup koper dan menutup resletingnya, lalu mengangkat benda kotak itu dan meletakkannya ke bawah.
"Cepat bersiap, sebentar lagi kita berangkat. " intruksi Jeongguk datar kepada adiknya.
Dibandingkan adiknya yang ramah dan populer, Jeongguk jauh dibawah itu. Dirinya merupakan sosok yang pendiam, tergolong gadis introvert. Jarang menampakkan senyum, bahkan menjauhi segala organisasi. Jeongguk benar-benar hanya terfokus kepada pelajaran waktu sekolah dulu.
"Wah, sudah kau bereskan ya. Terima kasih! Sekarang keluarlah, aku mau mandi! " Somi mendorong tubuh kakaknya, lalu menutup pintu didepan hidung Jeongguk, membuat gadis berambut hitam itu menendang pintu kamar Somi kesal.
"Jeongguk? " nada imut itu terdengar, kemudian suara tapak kaki dan berakhir dengan sebuah pelukan yang Jeongguk terima di kaki kirinya.
Ah, Eunwoo. Sosok bocah cilik usia 5 tahun yang menggemaskan. Adik ketiga sekaligus anak terakhir dari pasangan Namjoon dan Seokjin. Eunwoo si bungsu merupakan bocah laki-laki yang cukup cerdas. Perangainya pendiam seperti Jeongguk, tetapi jika disinggung bocah itu akan secerewet Somi.
Jeongguk terkekeh, melepas kedua tangan Eunwoo dan memilih untuk menggendong bocah itu. Menjawil hidung adiknya pelan dan menatap jenaka.
"Sudah bereskan barangmu, boy? " tanya gadis berambut hitam itu. Eunwoo mengangguk semangat, lalu meletakkan dagu ke bahu Jeongguk dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Jeongguk.
"Aku tidak ingin pindah... " gumam bocah ith lirih.
Jeongguk hanya diam, menepuk-nepuk punggung Eunwoo lembut dan mendendangkan lullaby kesukaan adiknya itu.
"Kids, sudah siap?! " itu suara Namjoon, sang kepala keluarga.
Sedetik setelahnya suara pintu menabrak dinding terdengar, diiringi suara roda koper berputar, tapakan kaki, dan pekikan-pekikan sebuah keluarga.
Setelah semuanya siap, Seokjin menekan pedal gas. Ah, memang Seokjin yang menyetir, karena jika Namjoon yang memegang kendali, maka bencana akan terjadi.
Yep, Namjoon dilarang menyetir mobil. Ketika ia bekerja, Seokjin akan mengantarkannya kemana saja dan menjemputnya.
Lalu mobil itu berlalu, meninggalkan debu yang bertebaran akibat gesekan roda dengan tanah.
tbc.
®xeanoona
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear
Horror[Finished] Semua bermula dari kepindahan mereka sekeluarga ke sebuah kota terpencil yang begitu jauh dari ibukota. Menuruti saran sahabatnya, sang kepala keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah rumah kosong di kota tersebut. Tanpa menyada...