"JEP!"
"HOI"
"Ck" Bayu mendecak dengan muka bersungut sementara Jefri barusan sadar. Sekonyong-konyong bengong macam orang baru bangun.
"H-hah? Apaan, Bang?"
"Jep... Jep... Dengerin gue nggak sih lo?" sentak Bayu setelahnya.
"Sori Bang, sori, tadi gue ngelamun bentar"
"Bentar bentar, lo kata ngelamun kayak berak ada bentarnya?"
"Iya sori...." Jefri lalu mengusap wajah kasar sementara Bayu masih konsisten memicing dengan judgmental.
"Kenapa sih lo?"
"Apanya?" jawab Jefri tapi mengambang. Tahu nggak gelagat orang bangun tidur? Nah.
"Lah, ya elo lah Jepri. Masa' Nassar?!"
"Oh..."
"...."
"...."
"...."
dan hening. Literally Jefri cuma menjawab oh doang, titik. Pula Bayu cuma bisa mengharapmaklumkan diri.
"Kok diem sih, Bang?"
"Lo pulang deh sono" kata Bayu tidak sabar. Sebisa mungkin menahan kata-kata jelek yang siap meluncur dari mulutnya. Bayu sadar, kalau ada dua orang dan yang satunya gila, maka yang satunya harus tetap waras.
"Hah? Kan kerjaan kita belom beres"
"Nggak pa-pa, nggak pa-pa. Gue bisa sendiri"
"Nggak Bang, nggak. Ini kan tanggung jawab gue juga. Nanti kalo lo butuh apa-apa siapa yang bantuin?" cerocos Jefri sementara Bayu menghela nafas panjang.
"Sori ya Jep, tapi dari tadi gue ngelakuin apa-apa sendiri. Lo litereli cuma bengang bengong bengang bengong, gue takut lo mati"
"Astaghfirullah Bang"
"Dih, lo nggak tau ayam tetangga gue mati gara-gara kelamaan bengong," kata Bayu sambil menatap Jefri serius. "Dah makanya lo balik, daripada mati di sini. Gue yang repot"
"Ck, apaan sih Bang. Gue nggak kenapa-napa. Cuma lagi mikir aja" elak Jefri tapi rupanya menunjukkan sebaliknya. Literally macam orang yang habis kena vonis seumur hidup, setidakbernyawa itu. Pula sekarang, unconsciously, Jefri memijit pelipisnya. Membuat Bayu, teman lembur Jefri hari ini, menghela nafas prihatin. Prihatin sama diri sendiri karena dikasih partner tapi berasa nggak punya partner.
"Jep," panggil Bayu lagi pun kali ini bersambut. Jefri nggak bengong. "Fyi, gue nggak suka kerja bareng orang yang nggak konsen" tekan Bayu lantas memutar kursi menghadap Jefri.
"Dan elo nggak konsen" tambah Bayu yang seketika membuat Jefri duduk tegak. Berasa nggak enak.
"Iya sori.... gue cuci muka deh, Bang"
"Balik" ujar Bayu cepat bahkan sebelum Jefri beranjak.
"Gue tau muka-muka kusut gini nggak bisa diobatin pake cuci muka" tambah Bayu seraya meng-gesture kan muka Jefri dengan dagu. "Lo balik. Lo selesaiin masalah lo, gue selesaiin ini"
"Lah, Bang, jangan. Gue masih bisa handle ini, gue cuci muk-"
"Jep, lo dengerin gue kenapa sih? Gini-gini gue lebih berpengalaman dari lo. Lagian kerja tapi mentally lo kemana-mana, emang bisa kelar?" potong Bayu sambil melihat Jefri sungguh-sungguh.
"Udah lo balik. Lagian kapan lagi gue kasih lo balik? Dikasih kesempatan tuh dipake, segala nolak. Songong lu," cerca Bayu seraya kembali menghadap monitor. Ke jejeran scene hasil shooting kemarin sementara Jefri terdiam. Literally bingung pun nggak enak dengan Bayu. Biar secara badan gedean Jefri, tapi Bayu kan tetap senior. Mana istrinya habis lahiran, kan justru repotan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ✓
General Fictionlovers don't finally meet somewhere. they're in each other all along -rumi [jaehyun au]