17.

1.6K 324 73
                                    

"Kok lo ngeliatin gue mulu sih, Ci?" sergah Jefri lantas memicing ke Oci. Jeruk, yang dari tadi susah payah dia kupas, jadi diletakkan di meja. Literally dionggokkan dan nggak jadi dimakan.

"Hah? Siapa yang ngeliatin lo?" balas Oci defensif.

"Dih pake ngeles, dipikir gue nggak ngerasa? Gue nih peka, Ci"

"Hmpph..." Oci lantas menghela napas sebelum diam lalu, unconsciously, melihat ke Jefri.

"Tuh kan" tuduh Jefri makin ofensif ke Oci.

"Iya, iya, ya udah mumpung lo-nya sadar, sekalian nih gue nanya. Lo nggak punya temen apa, Yan?"

"Hah? Apaan sih Ci, nggak nyambung" balas Jefri lantas mengambil jeruknya lagi. "Nih, daripada lo nggak jelas, mending lo kupasin jeruk buat gue. Nggak berempati apa lo sama gue yang tangannya begini?" tambah Jefri seraya mengunjukkan tangannya yang memang masih dibalut gips.

"Dih," Oci mendecak keras. "Lagian lo timbang makan jeruk kenapa harus ke rumah gue sih, Yan?"

"Emang kenapa? Lo nggak suka gue main? Kok lo gitu sih Ci? Padahal dulu kalo lo nggak ditemenin sama-"

"Kok marah sih?" potong Oci cepat. Iya tahu nggak sopan, tapi Jefrian-nya juga, tahu-tahu marah.

"Siapa yang marah? Gue tuh-"

"Sssttt" Oci meletakkan telunjuk di depan bibir. Memberi isyarat Jefri untuk diam pun laki-laki, yang sekarang gondrong poni itu, menurut. Seketika diam.

"Bukan gitu maksud gue Ian," kata Oci setelahnya. "Maksud gue, lo tuh akhir-akhir ini sering banget ke rumah gue- Nggak, nggak, maksud gue bukan karena lo ganggu," Oci buru-buru memperjelas kata-katanya seiring raut Jefri yang seperti mau protes lagi.

"Cuma kayak sering banget. Ini lagi, pake bawa jeruk, kue cubit, molen, lo mau piknik? Sekali lagi gue nggak keberatan ya Yan lo main ke rumah gue, cuma lo tuh aneh. Kenapa sih? Masih kepikiran Jennie?" cecar Oci dan mendengarnya, Jefri seketika melunglaikan kepala ke sisi sofa. Mendadak lemes percis orang anemia.

"Ya iyalah kepikiran. Orang baru seminggu putus" gerutu Jefri sambil melirik ke Oci.

"Lagian gue bosen di rumah, Ci. Mau masuk kantor tangan gue masih begini. Mau maen juga nggak ada temen. Ya udah gue ke rumah lo aja, ke sesama gabuters" seloroh Jefri yang langsung membuahkan kernyitan di dahi Oci.

"Apa? Gabuters? Eh gue tuh nggak gabut ya, gue tuh ada kerjaan"

"Iya, kalo nonton netflix diitung sebagai kerjaan" kata Jefri sambil lalu, sambil melanjutkan acara mengupas jeruk. Nggak memperdulikan rupa Oci yang sudah sangat judgmental.

"Tapi sebenernya nggak apa-apa sih Ci," kata Jefri tiba-tiba sambil mendongak ke Oci. "Lo kan udah susah-susahan di Jerman selama ini. Jadi berhenti bentar sambil nonton netflixe is egal*" tambahnya seraya nyengir yang sekali lagi, sukses membuat Oci mengernyit.

"Kok ngerti egal?"

"Ngerti lah, kan gue belajar. Nih ya, sebelum ke rumah lo, gue tuh belajar dulu Ci. Siapa tau lo keceplosan ngomong Deutsch kan gue bisa nimpalin. Eh taunya, cuma ditinggal nonton netflix" cerocos Jefri seraya mencebik yang seketika bikin Oci terkekeh.

"Dih, ketawa" dengus Jefri setelahnya.

"Yan, gue kira lo tuh udah berubah jadi mas-mas cool gitu. Yang kalo ngomong irit, eh taunya masih tukang protes"

"Dih, tukang protes? Gue tuh nggak protes, Ci. Kapan gue protes? Gue tuh cuma menyampaikan aspirasi"

"Tapi demanding ya aspirasinya"

raison d'être ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang