20

1.7K 359 93
                                    

Early note:
Penuh omongan2 yang kayak pidato dan rambling but I can't help 🙇🏻‍♀️
and maybe contains sensitive issue jadi aku terbuka dg kritik, saran, juga insight-nya. Hehe.
Terakhir, selamat membaca. Makasih udah bertahan sampe sini ㅠㅠ tar lagi kelar kok.


[]






"Ci, kok lo nggak bilang-bilang gue sih?!"

Oci mengernyit begitu sampai teras dan menemui Jefri tapi laki-laki itu langsung ngomel. Nggak tanggung-tanggung bahkan salam aja belum pula rautnya gupuh.

"Apaan sih, Yan?" Oci mengambil duduk yang lalu diikuti Jefri. "Dateng-dateng ngomel. Kenapa sih? Patah hati lagi lo?"

"Bukaaan," Jefri menjawab dengan tidak sabar. "Lo yang kenapa? Kenapa nggak bilang-bilang gue dulu??" tambah Jefri dan Oci makin mengernyit.

"Bilang apa?"

"Lo mau balik ke Jerman kan seminggu lagi?" kata Jefri dan seketika ada yang menyala di kepala Oci. Bikin perempuan itu mengulum senyum seiring mafhum dengan apa yang Jefri bicarakan.

"Oooh, itu..."

"Bener?"

"Bener apa?"

"Ya lo bener mau balik ke Jerman?"

"Ya... ya bene-"

"Ci? For God sake???" tiba-tiba Jefri menyela yang bahkan Oci belum selesai bicara. Bikin perempuan itu nggak cuma kaget tapi bingung. Literally bingung.

"Kenapa sih Yan? Lo dateng-dateng panik, ngomel-ngomel, nggak jelas, bikin gue ikutan panik tau nggak?" kata Oci mendadak ofensif.

Ya iyalah, siapa yang nggak kalau tiba-tiba kedatangan tamu dan tamunya gupuh kayak Jefri? Mana nanya-nanya tapi pertanyaannya nggak jelas. Kan triggering banget.

"Ya lo-" Jefri mendadak berhenti seiring menilik raut Oci. Pula setelahnya, laki-laki itu memilih nggak melanjutkan kata-kata seiring meraup muka.

"Sorry... gue bingung banget tadi..." tambah Jefri dan Oci nggak bisa untuk nggak memperdalam kernyitannya.

"Kenapa bingung? Lo kenapa sih? Lo nggak apa-apa kan?"

"Hm, I'm okay. Kayaknya..." balas Jefri lantas menghembuskan nafas panjang. "Gue kaget waktu Mama bilang, seminggu lagi lo balik Jerman"

"Ya Allah Yan, kirain apaan. Lo heboh banget tau nggak?" dengus Oci. Sebenarnya masih triggered dengan tingkah Jefri tadi.

"Ya siapa yang nggak sih, Ci? Lo mendadak banget"

"Apanya yang mendadak sih?"

"Ya lo, lo pulang ke Jerman itu mendadak. Kenapa nggak bilang gue dulu?"

"Hah?" Oci, sekali lagi, menyuarakan ketidakmengertiannya.

Jefri aneh. Menurut Oci, hari ini Jefri aneh. Ya biasanya juga aneh sih seiring sering datang ke rumah dan bawa apa-apa yang nggak jelas dari kue cubit sampai koran. Tapi beneran, yang hari ini anehnya banget karena bahkan Jefri nggak ngasih tahu kalau mau main pun tiba-tiba heboh kayak tadi? Aneh banget.

"Yan," Oci memutar duduknya jadi empat puluh lima derajat menghadap Jefri. "Coba jelasin satu-satu. Lo kenapa? Kenapa nggak bilang dulu mau ke rumah terus kenapa nih gini, tau-tau heboh? Gara-gara Jennie lagi?"

"Hah? Kok jadi Jennie? Bukan" jawab Jefri cepat pula jadi ikut memutar duduk menghadap Oci. "Bukan Jennie Ci, tapi lo"

"Hah gue?" Oci menunjuk dirinya keheranan. "Gue kenapa?" tambah Oci dan Jefri cuma menghembuskan nafas. Laki-laki itu kemudian, untuk sepersekian detik, membuang muka sebelum melihat lagi ke Oci. Entahlah tapi Oci pikir sorot Jefri seperti frustasi maka dia memicingkan mata.

raison d'être ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang