jangkar sudah terjatuh
aku sudah benar-benar
luluh"Jefrian?" Oci mengernyit saat membuka pintu Indomaret dan menemui Jefri disana. Not exactly disana, di depan pintu, tapi di terasnya. Sedang duduk sambil nggak tahu, kayak tukang parkir jagain motor but then, he smiles.
"Hai Rosean" pun nadanya ramah, berbanding dengan Oci yang mengernyit lebih dalam.
"Ngapain?"
"Nungguin lo"
"Hah?"
"Hehe" dan Jefri justru nyengir. Literally makin kontras dengan Oci yang makin keheranan saat, tahu-tahu, Jefri mengambil alih kantong belanjanya.
"Gue anterin balik?" tawarnya, lebih tepatnya, katanya.
"Eeh, bentar, bentar," sergah Oci cepat seraya Jefri mengangkat alis. "Ini kenapa lagi sih?"
"Apanya yang kenapa?"
"Ya lo. Kok tau-tau ada disini? Maksud gue, disini banget??"
"Hehe," dan lagi-lagi Jefri nyengir.
Apaan nyengar nyengir?? Batin Oci.
"Tadi gue ke rumah lo, tapi kata Aji lo lagi ke Indomaret. Ya udah gue susulin"
"Jalan kaki?!"
"He'em. Motor gue, gue tinggal di rumah lo"
"Ya Allah, ngapain lagi sih Jefriaaann?" gereget Oci dan Jefri cuma mengedikkan bahu.
"Ya nggak apa-apa. Lagian lo juga ngapain ke Indomaret jalan kaki?"
"Ya kalo gue mah rumahnya deket. Kalo lo tuh yang ngapain? Kenapa nggak nunggu di rumah aja?"
"Pengen aja nyusulin lo" katanya acuh tak acuh. "Sama gue mau ngomong sesuatu" tambah Jefri, masih sama ringannya tapi bikin Oci mendadak kelu.
Guess what, Oci sebenarnya masih kepikirkan tentang yang terjadi lima hari yang lalu. Iya, obrolan mereka yang Oci pikir absurd tapi nyatanya beneran terjadi. Pula anehnya, setelah apa yang mereka bicarakan: apa yang Jefri ungkapan dan Oci katakan, Oci literally merasa tidak apa-apa. Mungkin sedikit bersalah waktu Jefri pamit dengan gamang tapi selebihnya, Oci merasa tidak apa-apa bahkan cenderung baik-baik saja. Maka setelahnya, setelah beberapa hari belakangan presensi Jefri menghilang, Oci merasa itu wajar.
That's okay, pikirnya.
Tapi he's Jefrian for certain reason ketika tahu-tahu ada di depan Indomaret setelah sekian hari menghilang. Ngakunya jalan dan mau nganter Oci pulang plus, ditambah embel-embel, 'sama gue mau ngomong sesuatu'. The silliest person Oci ever bumped but thought Oci more sillier as she, consciously, agreeing him anyway.
Pada akhirnya mereka jalan bersisihan. Tidak cukup dekat tapi Oci bisa melirik rupa Jefri dari ekor matanya pun bertanya-tanya. Banyak tanya tapi yang paling urgen: ada apa?
"Apa kabar, Ci?" tanya Jefri yang seketika membuyarkan pikiran-pikiran Oci. Tapi bahkan, sebelum Oci sempat merespon, laki-laki itu sudah lebih dulu menambahkan,
"Baik-baik aja kan lima hari nggak ketemu gue?"
Dang! Silly! Bahkan Oci sibuk berprasangka ini itu tapi dia malah ke-geer-an.
"Dih! Emang lo siapa sampe gue harus nggak baik-baik aja?" pun Oci batal kontemplatif. Nggak jadi mikir aneh-anehnya seiring Jefri yang narsis.
"Hahaha" pula Jefri justru ketawa yang tipikal bapak-bapak itu seiring Oci makin menunjukkan rupa annoying. He's surely in the mood.
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ✓
General Fictionlovers don't finally meet somewhere. they're in each other all along -rumi [jaehyun au]