6.

1.7K 362 29
                                    


Nggak usah Yang
Km bobo di rumah aja
Reward buat km yg semingguan udh kerja keras
(。・ω・。)ノ♡

Meskipun Jennie menyelipkan emoji, even there's love in it, tapi itu tidak memberi Jefri assurance. Dia tetap merasa ada yang aneh dengan balasannya. Jefri pikir, akhir-akhir ini Jennie kelihatan beda. Entahlah tapi kayaknya, ceweknya itu jadi lebih konsideran (?)

Jangan salah paham. Jennie memang cukup rewel tapi nggak dilevel yang annoying. Cuma sering protes aja kalau Jefri terlalu sibuk atau nggak kasih kabar. Pun sebenarnya Jennie tipe yang clingy. Jadi apapun idenya; nonton, makan, bahkan have super duper late night dinner pun, kalau sama Jefri, Jennie nggak akan menolak. Maka ketika baca balasan Jennie dan tahu kalau ajakan cfd-nya ditolak, tentu saja Jefri merasa aneh. Semacam Jaemin makan stroberi dan Mark benci semangka, sama sekali bukan naturalnya pun Jennie. Menjadi anteng bahkan segala 'kamu bobo aja di rumah' itu bukan Jennie. Jennie bahkan bisa nelfonin Jefri sampai hapenya meledak kalau hari Minggu Jefri males-malesan though malamnya dia habis lembur sekalipun.

"It's big no to slack off. Begadang itu nggak bisa dibales pake tidur seharian karena kamu tau nggak sih, tidur lebih dari lima jam bisa bikin kamu encok? That's why lebih baik kamu bla bla bla....."

Jennie and her regular preach bahkan Jefri hafal. Pun Jefri juga jadi sadar kalau belakangan intensitas chatting Jennie yang 'kamu ntar pulang jam berapa' sampai 'jangan ngopi lebih dari dua gelas ya, awas' berkurang bahkan semuanya dipermudah jadi 'oke yang, selamat tidur. jangan begadang'. Dan dari situ, see, betapa tidak naturalnya Jennie di mata Jefri.

Kenapa?
Pergi aja yuk Yang
Aku lg pengen ketemu kamu

Jefri baru akan membalas begitu kalau saja Mama nggak mendadak masuk kamarnya bahkan tanpa ketuk pintu.

"Ya Allah Ma, ngagetin aja" kata Jefri sambil mengusap dada. Rautnya kelihatan kaget tapi Mama, beliau justru menengok sekenanya sambil membawa sekeranjang baju ke lemari Jefri.

"Kaget kenapa?" tanya beliau, terdengar careless.

"Mama masuk nggak ketok pintu, kan ya aku kaget"

"Halah," Mama mengibaskan tangan. "Biasanya Mama juga nggak ngetok kamu biasa aja"

"Ya soalnya aku lagi- udahlah Ma. Mama tinggalin aja disitu, nanti aku beresin sendiri" pungkas Jefri, merujuk pada baju-baju yang dibawa Mama. Pun jawaban Jefri barusan seketika bikin Mama berbalik lalu mengernyit.

"Ya udah," kata beliau. Pada akhirnya kernyitan tadi nggak membuahkan apa-apa dan justru, si Mama nggak mau ambil pusing seraya meninggalkan keranjang, yang dibawanya tadi, di meja. "Emang harusnya yang kayak gini tuh kamu urus sendiri, Yan. Udah gede lho" tambah beliau dan Jefri mendecak.

"Iya Ma. Ya Mama sendiri kan yang mau-maunya bawain? Padahal ntar juga aku ambil sendiri"

"Nungguin kamu ngambil baju tu kayak nungguin bekicot jalan, lama" jawab Mama dan Jefri mendengus.

"Yang penting kan diambil"

Pun mode defensif Jefri jadi aktif tapi Mama, lagi-lagi, enggan ambil pusing. Alih-alih mendebat atau ngomelin, beliau justru menjawab dengan sesuatu yang membuat Jefri sontak mengangkat alis.

"Apa nikah aja, Yan? Biar ada yang gantian ngomelin kamu"

"Apa sih, Ma? Kok jadi nikah" seloroh Jefri jengah.

"Ya kenapa? Nggak pa-pa to? Lagian nanti kalo kamu punya istri, tugas Mama ngomelin kamu tu jadi berkurang"

"Hm" pun Jefri cuma berdeham begitu aja. Kelihatan durhakanya apalagi setelah itu dia langsung menggulingkan diri ke kasur.

raison d'être ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang