19.

1.6K 348 129
                                    

"Boleh tepuk tangannya sekali lagi Bapak dan Ibu untuk Devi yang telah mempersembahkan tari pagar pengantin"

Pungkas si pewara acara seiring riuh tepuk tangan mulai membahana. Pula Jefri baru mau ikut menyumbang tepukan, yang sebenarnya formalitas, saat tepukan yang lebih riuh terdengar dari sampingnya. Membuat Jefri kontan menengok dan mendapati Oci sedang tepuk tangan meriah kayak anak TK dapet kinder joy.

"Niat amat tepuk tangannya" komentar Jefri yang langsung disambut senyum lebar Oci.

"Keren banget, Yan" kata Oci sambil mencebik. Memasang muka kayak terharu mau nangis.

"Biasa aja" balas Jefri tapi Oci nggak terlalu menanggapi. Dia cuma mengedikkan bahu lalu kembali fokus ke panggung di depan sana. Literally nggak sabar melihat prosesi nikahan yang belum pernah dia saksikan.

Kalian tahu? Jefri jadi pergi sama Oci ke acaranya Wak Ami. Mengejutkan? Tentu saja karena nyatanya itu bukan ide Jefri tapi Mama. H-1 jam sebelum berangkat, mendadak Mama bilang,

"Mampir ke Dek Retno ya, Mama ngajak Oci"

Yaelah Ma, sok ngide banget

Cuma itu yang ada di benak Jefri tapi dia nggak protes. Apa ya, Oci seperti sudah jadi keseharian Jefri dimana namanya, atau presensinya, sering disebut jadi ya udah, nggak apa-apa kalau ada Oci. Pula waktu Bik Dani bilang,

"Ini calonnya Jefrian? Condo nian, pintar kau carinyo"

"Amin"

Jefri cuma mengaminkan karena kata Tsabita diaminin aja kan? Toh low-key,Jefri senang dengan keberadaan Oci karena seenggaknya, ya kayak tadi, dia jadi seperti ada pasangan. Ya gaya-gayaan aja, biar nggak tengsin atau nggak gabut kalau ditinggal Mama ngobrol. Lagian cuma mengaminkan, bukan sesuatu yang besar.

Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu...
Kemesraan ini ingin ku kenang selalu...
Hatiku damai,

Jefri sedang menikmati lagu yang sedang dinyanyikan waktu matanya, nggak sengaja, menangkap Oci yang masih belum lepas melihat panggung di depan mereka. Literally Oci foto-fotoin sambil senyum-senyum.

"Udah lama banget apa Ci nggak dateng ke nikahan orang, sampe segala panggung lo foto?" seloroh Jefri sambil mencuri lihat hasil foto Oci.

"Hehe..." Oci cuma nyengir lantas menyimpan ponselnya. "Bukan gitu tapi gue tuh suka sama tata panggungnya, meriah gitu Yan"

"Ya kalo panggung nikahan emang gitu kali, Ci"

"Nggak, beda. Panggung nikahan orang Sumatera tuh, kayak Padang, Palembang, itu meriahnya beda Yan. Kayak berkilau, full of gold"

"Yeee" Jefri melengos seraya mengulum senyum. "Emang mata cewek-cewek tuh kalo liat yang emas-emas langsung bening ya, Ci" tambah Jefri dan Oci cuma mengedikkan bahu.

"Gue tuh literally seneng Yan sama nikahan orang Melayu, Minang, Palembang, soalnya yang cewek kayak pake mahkota yang gede banget itu. Cakep deh, makanya gue seneng waktu diajakin Ibu" cerita Oci dan Jefri mendengarkan. Sedikit banyak lebih fokus ke Oci daripada nyanyian yang tadi dia dengarkan.

"Sunting"

"Hm?"

"Yang kata lo mahkota gede banget itu, namanya sunting. Dulu Mbak Bita juga make itu pas nikah dan besoknya, palanya nggak bisa buat nengok" kata Jefri dan Oci ketawa.

"Alay lo, masa' sampe nggak bisa nengok?"

"Demi Allah, itu tuh berat tau. Mana banyak rumbai-rumbainya, udah kayak tirai super deal dua milyar" tambah Jefri dan Oci masih ketawa. Sebenarnya mengulum senyum.

raison d'être ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang