Punten, udah pada nonton work it belum? Nih, kalo belum aku sisipin, mumpung masih gratis wkwk
Terus btw, I know this chap kinda lame dan kayak ngasih ceramah but believe me, I don't karena w juga nggak berkapabilitas TT
Anw, selamat membaca :)[]
Hari ini Oci pakai sweatshirt dengan embroidery kupu-kupu dan tulisan pleasant club gede di ujung lengan. Ditambah beads bracelet hijau merah hijau merah yang kontras dengan scarf coklat susu atau cup mcflurry di tangannya. Sebenarnya terlihat normal kalau saja nggak ada Jefri di sebelahnya. Iya, Jefri yang itu, yang pacarnya Jennie. Pun yang lebih membuat aneh, daripada ikut makan es krim, Jefri justru ngeliatin Oci. Mungkin bisa dibilang merhatiin karena, dia serius banget.
Jangan salah sangka. Mereka bukan ketemuan tapi nggak sengaja. Nggak sengaja ketemu.
Sore setelah balik kantor, nggak ada angin nggak ada hujan, Jefri tiba-tiba pingin ke mall. Sama sekali nggak bertujuan karena sesungguhnya dia cuma keluar masuk toko. Sebenarnya Jefri suntuk. Jennie masih susah diajak pergi dan rumah juga belum terasa baik setelah perdebatan terakhir kali. Mama dan judgment-nya masih sulit Jefri terima walaupun omongan Tsabita cukup membekas di benaknya. He just overwhelmed actually, ada banyak hal yang terjadi yang tumpang tindih. Bikin Jefri, someway but certainly, lost his guard. Dan ditengah kekalutan itu, adalah Oci yang tadi nggak sengaja Jefri temui di musholla lantai dua. Lagi lepas sepatu sementara dia baru selesai sholat.
"Ngapain, Ci?"
"Mau ketemu temen" jawab Oci seadanya seiring Jefri yang basa basi nanya. "Lo ngapain?"
"Ada kerjaan" bohong Jefri. Nggak mau kelihatan apalagi ketahuan gabut.
"Oh, oke. Gue duluan ya" pun cuma akan begitu interaksi mereka kalau aja Jefri nggak melirik ke dalam musholla seiring dia beranjak. Musholla-nya memang bukan tipe yang tertutup jadi masih bisa kelihatan dari luar termasuk Jefri yang bisa liat Oci sholat. Sebenarnya bukan hal besar tapi entahlah, menggugah hati Jefri. Mendadak dia ingat Jennie.
Jefri selalu diajarkan untuk tidak egois maka dia tidak pernah membayangkan itu; tentang Jennie bermukena. Tapi hari ini, setelah melihat Oci, Jefri pikir Jennie akan seperti Oci andai mereka sama termasuk Mama yang akan menerima Jennie seperti beliau ke Oci. Juga, pertengkaran kemarin, nasihat Tsabita, juga perasaan aneh yang terus menggerogotinya, itu semua nggak akan ada. Semuanya memang akan lebih mudah andai mereka sama, seragam. Tapi nyatanya, dunia masih homophobia dan somehow Jefri kecewa.
"Loh Yan, kok lo masih disini?" pertanyaan Oci itu langsung menyentak Jefri ke kenyataan sebelum akhirnya sadar kalau dia overthinking sembarangan. Tapi, alih-alih canggung karena ketahuan nungguin, yang aslinya nggak sengaja, Jefri justru melihat ke Oci. Melihat perempuan berjilbab itu dan seketika ingat perdebatannya dengan Mama.
"Mama yakin dia bisa jadi pasangan yang baik buat kamu."
Shit, kata-kata itu teringang begitu saja pun triggering Jefri untuk tiba-tiba bilang,
KAMU SEDANG MEMBACA
raison d'être ✓
Fiksi Umumlovers don't finally meet somewhere. they're in each other all along -rumi [jaehyun au]