"Selamat ya,"
Suara singkat nan padat itu begitu mengalun lembut di telinga Camelia.
Camelia menoleh pada sumber suara dan mendapati seseorang dengan t-shirt navy dipadukan celana jeans hitam dan sneakers hitam-putih.
Badannya menjulang tinggi nan gagah, manik mata hitamnya menatap lekat pada manik mata kelabu milik Camelia, dan jangan lupa penyambutan senyuman segaris itu membuat Camelia tak segan untuk berkedip.
Senyuman manis itu (yang melebihi es legen favoritnya) sepertinya menular pada Camelia.
Camelia perlahan menyunggingkan bibirnya, membalas senyuman seseorang di hadapannya ini.
Dipandangnya sekali lagi hidung tegas dan bibir merah pucatnya itu membuatnya terpaku dan juga kehabisan kata-kata menghadapi seseorang yang perlahan menarik hatinya itu.
"Ehem!"
Deheman dari Kanaya menyadarkan Camelia dan membuatnya mengalihkan pandangan ke arah lain.
Melihat Camelia yang salah tingkah, Kanaya pun menanyakan sosok di hadapan Camelia itu.
"Loe maba?" tanyanya dengan nada datar lalu memandangi seseorang di hadapannya dari ujung sneakers-nya hingga atas rambut hitamnya.
Nada itu membuat Camelia sampai menoleh ke arah Kanaya yang berada di sampingnya.
Kanaya seperti ini bukan tertarik dengan seseorang di depannya ini. Dirinya hanya ingin menelusuri tentang seseorang ini.
Entah kenapa, perasaannya mengatakan jika seseorang di hadapannya ini tak baik untuk Camelia.
Bayangkan saja, setelah dirinya dan Camelia menghapus air mata haru, seseorang ini datang dan mengucapkan kata selamat.
Meskipun dirinya dan Kanaya baru dekat. Dirinya tak ingin Camelia mencintai seseorang yang salah.
Seseorang itu tidak terganggu atau kesal dengan Kanaya, justru seseorang itu terlihat memaklumi tingkah Kanaya.
Dengan mempertahankan segaris senyumnya dan tatapan teduhnya, seseorang itu melontarkan jawaban.
"Gue maba, sama kayak kalian. Kenalin gue Jevan Armanandaru, kalian siapa?"
Sosok yang kerap disapa Jevan itu mengulurkan tangannya.
Meskipun ada yang mengganjal di hati Kanaya, ia tetap menyambut uluran tangan Jevan dan mereka saling berjabatan.
"Gue Kanaya Ratih Sebylla, panggil aja Naya."
Setelah itu, Jevan melepaskan jabatan tangannya lalu mengulurkan tangan pada Camelia.
Setelah menerima uluran tangan Jevan, Camelia memperkenalkan diri dengan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya.
"Berinda Camelia Vendytta, panggil aja Camel."
Saat menjabat tangannya, seolah-olah ada sesuatu yang menyengatnya hingga getar demi getar menelusup dalam benaknya.
Melihat adegan jabatan tangan antara Jevan dan Camelia membuat Kanaya menghela napas bosan lalu berdehem keras.
Deheman itu mampu membuat Camelia dan Jevan yang awalnya saling bertatapan dan berjabat tangan pun saling melepaskan.
Keduanya saling tersenyum canggung dan menoleh ke arah Kanaya yang sepertinya kesal menjadi obat nyamuk di antara mereka.
"Bagi calon mahasiswa-mahasiswi baru, harap untuk berkumpul di halaman."
Pengumuman yang mereka dengar dari sebuah pengeras suara membuat Camelia, Kanaya, dan Jevan saling pandang.
Lalu mereka bergegas menuju tempat tersebut dan bergabung dengan barisan mahasiswa-mahasiswi lainnya.
Sayangnya Camelia dan Kanaya harus berpisah karena mereka harus berkumpul sesuai jurusan masing-masing.
Camelia baru mengetahui fakta bahwa sosok yang bisa menarik hatinya yakni Jevan, ternyata satu jurusan dengannya.
Jurusan Sastra Indonesia.
Entah dirinya yang terlalu percaya diri atau memang benar adanya, Camelia merasa bahwa Jevan terus mencuri-curi pandang dengannya.
Diperhatikan oleh seorang Jevan Armanandaru yang wajahnya hampir mirip dengan Jackson Wang membuat debar-debar memenuhi sukmanya.
Camelia hanya bisa membalas tatapan Jevan, terkadang juga dirinya lebih memilih menghindari tatapan yang berbahaya bagi hatinya itu.
Saat Camelia menuju tempat parkir untuk mengambil motornya sekaligus menunggu Kanaya, Jevan menghampirinya dan mensejajarkan langkah dengannya.
"Camel, kamu mau pulang?" tanyanya setelah Camelia menoleh ke arahnya.
Camelia mengangguk, menanggapi pertanyaan Jevan.
"Sama siapa?"
"Sama-"
Sebelum Camelia melanjutkan jawabannya, Kanaya melambaikan tangan ke arahnya.
Jevan pun mengerti saat Camelia menggantungkan jawabannya dan memandang ke arah Kanaya.
"Ya udah, besok bareng sama aku ya," pinta Jevan.
Sudah pasti seratus persen Camelia menyanggupi permintaan Jevan.
Camelia mengangguk dengan semangat membuat raut wajah Jevan lebih bahagia dari sebelumnya.
"Kamu hati-hati di jalan," ujarnya dengan menepuk pelan kepala Camelia.
Camelia melambaikan tangan ke arah Jevan lalu melangkah menuju arah Kanaya dan meninggalkan Jevan yang memandang Camelia dari kejauhan hingga akhirnya Camelia menghilang dari pandangannya.
"Berinda Camelia Vendytta, nama yang cantik."
💫 💫
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Let Me Go..
Adventure[15+] Ini hanya cerita tentang Camelia dan Kanaya yang bermodalkan tekad dan nekat untuk meraih impian dan cita-cita, tanpa sepengetahuan keluarga mereka. Tetapi ekspetasi mereka berdua tak sesuai dengan realita. Masalah demi masalah hadir dalam keh...