10 - Please, Let Me Go..

24 4 5
                                    

"Buat apa?" tanya Camelia lalu dengan ragu menyerahkan ponselnya pada Jevan.

Jevan tak menjawab melainkan mengetik sesuatu lalu mengembalikan ponselnya pada Camelia.

"Buat nyulik hati si pemilik ponsel ini," jawabnya dengan senyuman merekah.

Gombalan itu membuat Camelia menunduk malu, menyembunyikan semburat merah yang menyebar di pipinya.

"Aku duluan ya, Camel," ujar Jevan lalu mencubit pelan pipi kanan Camelia.

Jevan tak sempat melihat Camelia yang mendongakkan kepalanya dengan senyuman lebar.

Setelah dirinya melihat Jevan hingga hilang dari pandangannya, dirinya pun masuk ke dalam tempat Laura bekerja—Kafe Nyaman.

Camelia menoleh kesana kemari dan tak melihat ada tanda-tanda keberadaan Kanaya, dirinya pun bisa menyimpulkan bahwa Kanaya masih dalam perjalanan.

Dirinya mengambil tempat seperti pertama kalinya dirinya di sini—dua bangku dekat kaca jendela.

Baru saja Camelia duduk datanglah Laura lalu mengambil kursi dari tempat sebelah dan memindahkannya di antara kursi Camelia dan kursi satunya—untuk Kanaya.

Sembari menunggu Kanaya, Camelia menceritakan kebersamaannya bersama Jevan.

Laura yang tidak pernah mendapati pengalaman itu hanya bisa mendukung hubungan Camelia dan Jevan, selebihnya itu urusan mereka berdua.

Tapi Laura sempat melontarkan wejangan pada Camelia. Laura tahu bahwa ini adalah kali pertamanya Camelia jatuh cinta dan dirinya tidak yakin jika Camelia akan siap mengalami patah hati.

Dan dirinya juga tahu bahwa saat ini Camelia yang ingin ke kamar mandi—hanya untuk menghindari wejangannya.

Ya, Camelia masih seperti dulu. Tidak terlalu ingin diatur-atur.

Saat Laura menunggu Camelia, datanglah Kanaya dengan wajah kusut dan cemberut membuat Laura bertanya penuh kekhawatiran.

Laura kan takut jika Kanaya yang masih baru tinggal di sini mengalami tindakan kriminal maupun kekerasan.

Kanaya menghela napas setelah duduk di kursi yang kosong di samping Laura.

"Are you okay, Nay?"

Bukannya membalas pertanyaan Laura, Kanaya justru balik bertanya.

"Kak Laura tau 'kan Kak Yanu?"

Isi pikiran Laura sekarang mulai iya-iya tentang Yanu.

Awas saja jika Yanu melakukan hal yang iya-iya pada Kanaya, dirinya bersiap menjadikan Yanu menjadi ayam geprek.

"Kamu diapa-apain sama Yanu?" Laura mendekatkan wajahnya pada Kanaya.

Kanaya mengibas-ibaskan telapak tangannya.

"Bu-bukan Kak, aku cuma mau tanya Kak Yanu itu.."

Kanaya menggantungkan kalimatnya membuat Laura semakin khawatir dan pastinya penasaran.

".. bucin ya?"

Laura memandang tatapan Kanaya yang tidak menyiratkan kebohongan sama sekali membuat Laura memundurkan wajahnya lalu bernapas lega.

Bucin?

Seorang Yanuar Setya Oritama yang terkenal sebagai mahasiswa jurusan Elektro dan ketua dari With Photograph Community bisa menjadi budak cinta?

Laura menggeleng tak percaya lalu tertawa terbahak-bahak hingga memukul tak terlalu keras meja di depannya.

Pertama kalinya Kanaya melihat Laura seperti ini membuat ia merutuki bibirnya yang membiarkan hal seperti itu diungkapkan pada Laura.

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang