20 - Please, Let Me Go..

12 4 2
                                    

Ini memang keputusan Laura saat dirinya tidak ingin satu sekolah dengan Yanu.

Bukan tanpa alasan, Laura ingin mendapat teman dan mengubah kepribadian introvert-nya.

Dirinya tidak bosan dengan keadaannya yang sekarang, hanya saja dirinya ingin menghabiskan masa SMA dengan mempunyai banyak teman seperti novel romansa remaja yang sering dibacanya.

Mulanya hal itu terasa  menyenangkan saat dirinya mempunyai dua teman perempuan yakni, Briggita Ilza Carenia dan Fellyanista Saura Helenia. Mereka membuat Laura keluar dari kepribadian introvert-nya.

Kebahagiaan Laura tidak berhenti sampai situ, ada pemuda jangkung yang sering bermain basket di lapangan sekolah menghampirinya di kantin sekolah.

"Hai Rebecca," sapa pemuda jangkung itu membuatnya mengangkat kepala dan memandangnya.

Pelipisnya masih bercucuran keringat, kancing seragamnya terbuka menampilkan kaos oblong yang begitu memperlihatkan otot perutnya, dan senyuman itu masih mengembang.

Laura menutup novel romansa remaja miliknya dan meletakkan di atas meja. Seperti novel romansa remaja yang sering ia baca, tokoh utama perempuan  menyambut tokoh utama laki-laki dengan senyuman manis dan sapaan ceria membuat tokoh utama laki-laki jatuh cinta pada tokoh utama perempuan.

Saat Laura ingin membalas, pemuda jangkung itu mendahului dirinya dan ucapannya mampu membuat kaum hawa di kantin menjerit histeris.

"Nanti malam pas ulang tahun Felly, kamu jadi pasangan aku ya," pintanya dengan nada santai, tak peduli dengan sorakan di sekitarnya.

Sedangkan di samping Laura yakni Briggy dan Felly memandang satu sama lain.

Kata-kata Bryan seolah-olah membuat perasaan Briggy terasa menyakitkan. Ia memang sudah memendam lama perasaan pada Bryan dan Felly tahu akan hal itu.

Dari situlah tumbuh bibit kebencian yang membuat mereka berdua merencanakan hal buruk pada Laura.

Sebelum malam tiba, mereka sengaja memberikan wedges yang kualitasnya buruk. Bukan pada bagian luarnya, tapi bagian dalamnya.

Sebenarnya Laura bisa memakai wedges, tapi karena wedges itu di desain dengan kualitas buruk membuat Laura tidak percaya diri dan menyadari bahwa dirinya yang salah.

Saat malam tiba, Felly mengajak Bryan untuk berpisah dengan Laura membuat Briggy mulai melancarkan aksinya. Lebih tepatnya aksi bullying.

Briggy sengaja menyenggol wedges Laura membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur di hadapan para tamu undangan pesta ulang tahun Felly.

Belum lagi saat semua penonton yang memang suruhan Briggy melempar kue dan menyiramkan sirup beraneka warna pada tubuh Laura.

Laura terdiam, dirinya tidak menyangka bisa mengalami tindakan bullying yang hanya pernah didengar dan dilihat di media elektronik dan media sosial.

Laura bingung harus meminta tolong pada siapa.

Pada Briggy dan Felly? Justru mereka berdua adalah dalang di balik aksi bullying ini.

Dan pahlawan kesiangan yakni Bryan datang menolongnya.

Jika kalian menebak Bryan akan marah-marah dan tidak terima dengan aksi bullying ini, kalian salah.

Justru Bryan hanya terdiam hingga sampai ke depan rumah Laura.

Setelah Laura turun dari sepeda motor, Bryan menoleh ke arah Laura dan berujar dengan nada datar, "Besok  kamu harus pindah dari sekolah ini."

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang