02 - Please, Let Me Go..

24 6 0
                                    

Setelah melihat anak kost-nya  tengah berberes membersihkan tempat kost, dirinya pun memasuki rumahnya kembali lalu menyiapkan dua piring nasi dan dua mangkuk kuah kuning yang berisi potongan ayam dan segala teman-temannya.

Dirinya mengetuk pintu kost membuat Camelia yang berada tak jauh dengannya pun menyambutnya.

"Ini buat kalian, saya tadi masaknya kebanyakan," ujarnya sembari memberikan sebuah nampan pada Camelia.

Melihat kepulan dan bau harum khas soto ayam membuatnya ingin sekali segera memakannya.

Namun dirinya tidak diajarkan hal seperti itu oleh Ayahnya.

Ayahnya mendidik dirinya untuk menjadi seseorang yang tidak pernah merepotkan orang lain.

"Tapi ini ngerepotin, Bu," balasnya tak enak pada Ibu Kost.

Dirinya juga tidak enak pada Ibu Kost yang berbaik hati memberinya makanan.

"Anggap saja ini penyambutan dari saya ya, Nak Camel."

Memandang senyuman tulus yang keluar dari bibirnya membuat Camelia teringat sosok Ibunya.

Camelia pun menerima nampan itu sembari mengucap terima kasih pada Ibu Kost yang dibalas anggukan olehnya.

Camelia membawa nampan itu masuk dalam kost-nya lalu memberikan sepiring nasi dan semangkuk soto ayam pada Kanaya.

Sebenarnya Kanaya ingin menanyakan sosok yang berbaik hati memberikan sarapan pagi ini, tapi saat melihat raut wajah sendu Camelia, Kanaya tidak jadi menanyakan dan langsung menyantap sarapan yang diberikan Ibu Kost tadi.

Setelah mencuci peralatan makan Ibu Kost, Camelia dihadang oleh Kanaya.

"Biar gue aja yang ngembaliin, kan loe udah nyuci-nya," pintanya lalu menerima peralatan makan yang dibawa oleh Camelia.

Saat Kanaya berbalik badan dan hendak menuju rumah Ibu Kost, Camelia menghentikannya.

"Dia tadi Ibu Kost, namanya Ibu Peri."

Kanaya menoleh ke arah belakang lalu menganggukkan kepalanya pada Camelia.

Meninggalkan Camelia dengan raut wajah datar yang ingin menahan tawa.

Kanaya menghampiri Ibu Kost yang selesai mencuci tangan lalu meletakkan peralatan makan tadi di rak peralatan makan.

"Soto ayam-nya enak banget. Terima kasih banyak, Ibu Peri."

Sang empu memandang keheranan dengan anak kost-nya ini lalu mendekatinya.

"Sama-sama-" dirinya berdehem lalu melanjutkan perkataannya, "nama saya Ibu Veri bukan Ibu Peri. Tapi, kalo kamu mau manggil Ibu Peri juga enggak papa kok."

Kanaya yang mengetahui fakta tersebut hanya bisa meminta maaf dan mengatakan jika semua ini ulah Camelia.

Veri hanya bisa memaklumi tingkah dua remaja yang menuju proses pendewasaan itu.

Camelia yang mendengar suara kaki yang berlari menuju ke arahnya pun memperhatikan arah pintu.

Kanaya langsung masuk dalam tempat kost dan duduk berhadapan dengan Camelia.

Setelah mengatur deru napasnya akibat berlarian, Kanaya dengan kesal berseru pada Camelia.

"Kok loe bohongin gue sih? Gue malu tau!"

Bibir merah merona itu mengerucut lalu kedua  tangan dilipat di depan dada dan wajah mengalihkan pandangan.

Pemandangan itu membuat perutnya terasa tergelitik dan mendorongnya untuk menyunggingkan bibirnya tersenyum lalu tertawa tanpa beban.

Suara tawa dari bibir Camelia seolah-olah mengalir dan membuat Kanaya ikut tertawa tanpa beban bersama Kanaya—melupakan kekesalannya tadi.

Sejenak mereka saling melupakan kepingan masa lalu dan mempersiapkan diri untuk tantangan di masa mendatang.

💫 💫

Setelah sarapan pagi dari  Veri, mereka berdua bersiap menuju kampus.

Beberapa hari yang lalu, mereka sama-sama mendaftarkan diri di kampus favorit dan sekarang adalah pengumuman lolos seleksi.

Saat kaki Camelia menginjak bagian gedung kampus, pandangannya memandang sekeliling.

Mulai dari taman asri nan hijau yang terisi oleh mahasiswa kampus. Ada yang tengah mengetik laptop, ada yang tengah menyalin-tempel tulisan dan ada juga yang hanya bersantai sembari bersenda gurau.

Sedangkan di sampingnya, Kanaya malah memandang laki-laki bak Oppa-oppa Korea lalu lelaki Jawa tulen bahkan ada yang hampir mirip dengan penyanyi Shawn Mendes.

Kanaya memang memasang wajah datar, seolah-olah hal itu biasa terjadi padanya.

Tetapi sebenarnya hatinya menjerit, betapa mengagumi mahluk ciptaan Sang Kuasa.

Atensi mereka teralihkan oleh sekumpulan orang yang mengerubuti sebuah papan pengumuman.

Banyak wajah yang memperlihatkan kebahagiaan bahkan ada yang berteriak kegirangan tetapi tak sedikit pula yang menampilkan wajah pucat pasi.

Memandang wajah orang-orang yang pucat pasi dan penuh kekecewaan, membuat keyakinan mereka berdua menurun.

Apakah mereka pantas masuk ke dalam kampus favorit ini?

Mereka berdua melangkah lebih pelan ketimbang sebelumnya, dalam hati mereka sama-sama memanjatkan doa agar mereka bisa lulus di kampus ini.

Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi untuk mereka berdua.

Ya, Camelia berharap Kanaya bisa lulus juga dalam seleksi disini, begitu juga sebaliknya.
Meskipun baru kali ini mereka berdua dekat, tapi mereka mempercayai satu sama lain.

Entah memang karena ada keterkaitan insiden masa lalu atau apa, mereka tidak tahu dan tidak ingin tahu terlalu jauh.

Mereka berdua mendekat pada papan pengumuman tersebut dengan langkah yang semakin pelan.

Tangan Camelia yang dipenuhi keringat dingin pun mengajak tangan Kanaya untuk saling menggenggam, saling menguatkan agar tembok kecemasan dapat dihancurkan.

Dengan tangan yang gemetaran dan jantung yang berdebaran, mereka mulai meneliti nama demi nama, berharap nama mereka ada dalam daftar papan pengumuman tersebut.

48. Berinda Camelia Vendytta
49. Kanaya Ratih Sebylla

Mereka berdua saling pandang, pandangan mereka seolah-olah berkata 'itu kita bukan'.

Mereka mengalihkan pandangan pada tulisan yang tertera nama mereka sekali lagi.

Dan iya memang benar, mereka tidak salah membaca atau penglihatan mereka tidak salah.

Sang Kuasa mengabulkan permohonan hamba-Nya.

Mereka berdua saling pandang kembali lalu berteriak sekuat-kuatnya yang spontan membuat mereka berpelukan.

Pemandangan itu membuat orang di sekitar mereka, ada yang mengelus telinganya karena teriakan yang begitu memekik dan tak sedikit yang ikut larut dalam kebahagiaan mereka berdua.

Mereka tak menyangka bahwa tahap menuju impian mereka menjadi kenyataan.

Sekarang tahap pertama telah dilewati dan mereka ingin agar tahap ini adalah awal yang baik.

Entah apa yang dilakukan Camelia hingga Kanaya mengungkapkan isi hatinya pada Camelia.

"Liat aja, Camel. Gue bakal buktiin kalo gue bisa mewujudkan impian gue."

Masih dalam pelukannya, Camelia membalasnya dengan penuh semangat yang membara.

"Iya, gue juga, Nay."

Meskipun dari luar mereka terlihat seperti wanita yang kuat dan tegar, tapi mereka tetap wanita yang tak sanggup untuk menitihkan air mata.

💫 💫

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang