21 - Please, Let Me Go..

13 3 0
                                    

Tawa Camelia seketika meledak mendengar pertanyaan Kanaya yang terdengar konyol.

Bukankah Kanaya sudah tahu bahwa cintanya hanya untuk seorang Jevan Armanandaru?

Dan mana mungkin dirinya mencintai sosok Bryan yang pada nyatanya hanyalah laki-laki brengsek yang pernah menyakiti hati Laura?

Tidak, yang benar saja!

Jika saat ini dirinya tidak menjalin hubungan dengan Jevan atau tidak mendengar cerita masa lalu Laura tentang Bryan, Camelia tidak akan pernah mencintai Bryan.

Pantang baginya untuk mencintai sosok yang dicintai oleh sahabatnya sendiri.

Camelia tahu bahwa dirinya dan Kanaya tidak pernah mendeklarasikan hubungan persahabatan, tapi jauh dalam lubuk hatinya— dirinya benar-benar bahagia mempunyai Kanaya di sisinya.

Hanya Kanaya seorang yang tahu tentang semua di masa lalunya dan dirinya seorang yang tahu masa lalu Kanaya.

Lagipula persahabatannya dengan Kanaya jauh lebih berharga ketimbang sosok Bryan Kamajaya.

"Naya, gue tahu loe pasti ngeliat gue deket sama Kak Bryan di taman. Gue deket sama dia cuma karena rencana untuk memusnahkan duo nenek sihir itu. Gue udah punya Jevan yang sayang sama gue. Gue beneran enggak butuh Kak Bryan. Toh kalo gue jomblo, gue enggak bakal ngerebut Kak Bryan dari loe. Gue masih punya Kak Laura, Kak Yanu, dan loe. Gue juga bisa nyari cowok lain selain Kak Bryan. Bagi gue, loe itu jauh lebih berharga ketimbang Kak Bryan karena loe itu sahabat gue, Kanaya Ratih Sebylla," jelas Camelia panjang lebar tanpa ada nada bercanda di dalamnya.

Laura dan Kanaya tertegun dibuatnya, mereka berdua tidak menyangka bahwa Camelia menjelaskan hal itu apalagi saat Camelia menegaskan hubungan persahabatan dengan Kanaya.

Camelia dan Kanaya masih bertatapan. Rasa yang mengganjal pada hati Kanaya hilang sudah setelah mendengar penjelasan Camelia.

Kanaya tidak membalas, melainkan bangkit dari kursinya lalu menghampiri Camelia dan memeluknya.

"Maafin gue, Camel. Maaf soal perasaan cemburu gue yang berlebihan. Maaf soal keraguan gue kalo loe bakal ngerebut Kak Bryan dari genggaman gue. Maaf soal pertanyaan gue yang bikin loe tersinggung. Maaf soal gue yang enggak percaya sama hubungan persahabatan gue sama loe. Maaf-"

"Mbak di sana, bisa diam enggak?"

Suara pelanggan lain yang terdengar pelan namun terdapat nada kekesalan membuat Camelia dan Laura spontan menunduk untuk meminta maaf pada pelanggan tersebut.

Mereka lupa bahwa sore ini lumayan sepi, jadi pelanggan hanya sedikit dan suara Kanaya begitu menghilangkan ketenangan mereka.

"Udah, Nay. Udah. Gue maafin loe kok, jangan ngerasa bersalah kayak gini," balas Camelia yang melepaskan pelukan dengan Kanaya.

Kanaya kembali ke tempat duduknya dan mengucapkan dengan tulus, "Makasih banyak, sahabat."

Laura yang duduk di antara Camelia dan Kanaya hanya bisa terenyuh dengan pemandangan di depannya ini.

Dirinya tidak menyangka bahwa Bryan akan datang kembali di kehidupannya. Bukan dirinya saja, melainkan Camelia dan juga Kanaya.

Laura yang pernah terobsesi dengan Bryan, Kanaya yang saat ini begitu mengagumi Bryan, dan Bryan yang malah mencintai Camelia.

Laura hanya berharap bahwa cinta segitiga di antara Camelia dan Kanaya tidak akan merusak hubungan persahabatan mereka.

Tidak akan.

Laura bisa saja memberitahu Naya soal keburukan Bryan, tapi Camelia tidak memperbolehkannya.

Camelia percaya jika Laura tak berbohong karena Camelia telah mengenalnya sejak lama, sedangkan Kanaya?

Kanaya pasti berpikiran jika itu hanya alibi Laura agar Kanaya tidak menyalahkan Camelia.

Toh Laura tidak mempunyai bukti atas kebrengsekan Bryan Kamajaya.

Laura mengetikkan pesan pada seseorang yang sangat ia yakini bisa membantu masalah ini.

Yanu.

💫 💫

"Huft."

Kanaya menghela napas lelah, seharian ini dirinya harus disibukkan memilih potret yang pas untuk undangan pernikahan klien dari WPC.

Sejak insiden wedges, semua anggota WPC kini menjadi dekat dengan Kanaya yang ternyata friendly dan easy going.

"Kak Plontos, ini udah bagus 'kan?"

Laki-laki berkepala plontos itu membalikkan diri dan menghampiri Kanaya yang sibuk menggulir jepretan di kameranya.

Saat kedua insan itu disibukkan dengan pekerjaannya, suara lembut menyapa indera pendengaran Kanaya.

"Selamat sore semuanya," sapanya yang membuat tingkat konsentrasi Kanaya menurun.

Kanaya langsung mendongakkan kepala mencari sumber suara yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Kak Bryan!" pekik Kanaya kegirangan lalu berlari kecil  menghampiri Bryan tanpa tahu dirinya menginjak kaki si kepala plontos itu.

"Anjir sakit, woy! Asem emang loe!"

Umpatan itu tentu tidak terdengar bagi Kanaya karena dirinya hanya terpusat pada Bryan, laki-laki kesayangannya.

Bryan yang disambut senyuman lebar Kanaya pun hanya memeluknya dari samping lalu menghampiri laki-laki berkepala plontos itu.

Semua yang di sana, terutama kaum hawa menatap cengo hal itu. Meskipun rata-rata mereka tidak kuliah di Cendakia Center University, mereka tahu siapa sosok Bryan.

Bryan memang pertama kalinya bekerja sama dengan WPC, tapi dirinya telah berkali-kali menjadi endorse  di media sosial.

Dan laki-laki kepala plontos itu mengerahkan tugas ini pada Kanaya. Dirinya tidak tahu dampak apa yang terjadi ketika dirinya memberikan pekerjaan itu pada Kanaya.

"Ah, palingan Yanu juga setuju!" batinnya meyakinkan hatinya.

💫 💫

Qaqa plontos belum tau yaa rasanya disemprot sama Qaqa Yanu???😁

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang