07 - Please, Let Me Go..

20 5 0
                                    

"Kak Yanu!"

"Naya!"

Bahkan saat ini—setelah makan lontong balap—memasuki pertanyaan ketiga kalinya, mereka masih menjawab dengan jawaban seperti itu.

Camelia memijat keningnya sebentar, mana sebenarnya yang memulai perang gagang sapu ini.

"Kak Yanu tadi kesurupan, Camel." Kanaya memulai alibinya.

Kanaya berusaha mengatakan apa yang dirasakannya dan membuktikan jika dirinya tidak bersalah.

Tapi, Yanu juga tidak salah. Arwah gagang sapu-lah yang bersalah.

Raut wajah Yanu seketika muram mendapati alibi seperti itu dari Kanaya.

Kanaya ini memang benar-benar ingin dirinya tenggelamkan dalam Sungai Nil.

Bisa-bisanya dirinya dikatakan kesurupan, apalagi dengan arwah gagang sapu.

Jika Kanaya bukan seorang perempuan, sudah pasti Yanu akan memberi bogeman mentah padanya.

Sudah memukulinya, mencium keningnya, dan sekarang malah menuduhnya kesurupan.

'Sabar Yanu, sabar. Nih cewek gagang sapu- Eh maksudnya Naya emang cewek enggak tahu diuntung!'

"Tadi Kak Yanu kan awalnya kesel sama aku terus tiba-tiba Kak Yanu jadi baik, ya aku pikir itu ulah arwah gagang sapu. Tapi sekarang ini, Kak Yanu udah enggak kesurupan kok," Kanaya menjelaskan alibinya.

Camelia memandang ke arah Yanu yang tengah menatap Kanaya tajam, seolah-olah tidak terima dengan tuduhan Kanaya.

"Lain kali kalo ke sini, pikiran Kak Yanu enggak boleh kosong."

Yanu menoleh ke arah Camelia dengan tatapan tak percaya.

Jadi, adik sepupunya ini percaya dengan alibi tak berdasar Kanaya.

Lagipula ini masih jam sebelas siang, mana mungkin ada arwah yang menghinggapi—apalagi arwah gagang sapu.

Yanu menghela napas panjang, berat memang menjadi tuduhan kesurupan seperti ini.

"Aku enggak kesurupan. Terserah kalian percaya atau enggak-" Yanu mulai menjelaskan alasannya ke sini,

"jadi, aku ke sini itu mau ngasih kejutan untuk Camel makanya aku enggak ngomong apalagi jalan ngendap-ngendap gitu-" Yanu menunjuk hoodie dan celana jeans-nya bergantian,

"terus untuk pakaian serba hitam, pakaian yang lain itu semuanya dicuci tersisa hoodie sama jeans ini doang-" Yanu menunjuk gagang sapu,

"untuk tadi aku ya nyoba mikir secara logika kalo kamu itu mukul aku pake gagang sapu itu supaya ngelindungi Camel dan aku nyoba ngurangi keselku sama kamu, eh tapi kamu malah mukulin aku lagi."

Alasan Yanu terdengar lebih masuk akal ketimbang Kanaya membuat Camelia mempercayai Yanu dan menyimpulkan bahwa ini semua karena kesalahpahaman semata.

Kanaya tidak membantah penjelasan Yanu dan memahami bahwa alibinya tidaklah masuk akal.

Dirinya menjadi diliputi rasa bersalah lagi. Kedua kalinya dirinya memukuli Yanu dan hanyalah kesalahpahaman.

Apalagi kali ini lebih memalukan.

Dirinya menjadi bingung, bagaimana memulai permintaan maaf atas tumpukan kesalahannya pada Yanu.

"Aku mau nyuci piring dulu. Setelah aku kembali, Kak Yanu sama Naya udah harus baikan. Untuk gagang sapunya, aku amankan dulu jadi enggak ada perang gagang sapu ketiga kalinya," oceh Camelia panjang lebar.

Percuma saja, ocehan itu masuk telinga kanan lalu keluar di telinga kiri—baik Yanu maupun Kanaya.

Kanaya memikirkan bagaimana susunan kata yang tepat untuk meminta maaf pada Yanu, sedangkan Yanu masih kesal pada perempuan pemukul gagang sapu ini.

Setelah Camelia keluar membawa peralatan makan dan peralatan perang mereka yakni sapu, Kanaya mulai bersiap meminta maaf pada Yanu.

"Maaf, Kak," cicitnya dengan menundukkan kepala.

Kanaya memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya dan manik matanya bertatapan dengan manik mata Yanu.

"Awalnya aku pikir, Kak Yanu nyuruh nyium kening gegara Kak Yanu kesel sama aku terus Kak Yanu malah baikin aku dengan panggilan sayang. Jadi bikin aku berpikiran yang enggak-enggak."

Sejenak Yanu melupakan kekesalannya pada Kanaya.

"Saya enggak nyuruh kamu nyium kening kok. Kan tadi saya nawarin kamu, di bibir atau di kening dan kamu pengen nyium saya di kening. Untuk panggilan sayang, kan kamu sendiri yang bilang saya boleh manggil kamu dengan terserah yang artinya saya boleh manggil kamu dengan panggilan sayang," balasnya dengan santai, tidak seperti Kanaya yang terburu-buru.

Kanaya terdiam dan tidak mempunyai alibi lagi untuk membalas penjabaran dari Yanu.

Sebentar, kenapa jadi dirinya yang seolah-olah bersalah?

Tapi memang benar juga apa kata Yanu, jika dirinya yang ingin mencium kening Yanu dan mengatakan untuk memanggil namanya semau Yanu.

Dirinya tidak dapat mengatakan sepatah kata pun karena Kanaya merasa bahwa dirinya bersalah dan Yanu berhak menyalahkannya.

"Aku minta maaf, Kak Yanu. Aku beneran nyesel gebukin Kak Yanu pake gagang sapu, dua kali lagi. Aku minta maaf ya, Kak. Tolong ya, Kak. Maafin aku. Aku janji kok kalo Kak Yanu main ke sini, aku enggak bakalan mukul Kak Yanu lagi. Beneran kok, Kak,"

Memandang Kanaya yang meminta ampun padanya, membuat Yanu samar-samar tersenyum.

"Aku bakal maafin kamu, tapi ada syaratnya."

💫 💫

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang