13 - Please, Let Me Go..

18 4 16
                                    

Sebelum menghadiri acara itu, Yanu mendadak ingin menuju markas WPC karena dirinya kelupaan membawa sesuatu.

Kanaya hanya bisa mengikuti Yanu, toh dirinya tidak keberatan.

Yanu tidak memperbolehkan Kanaya untuk ikut masuk ke dalam markas, dirinya tidak ingin siapapun terpesona dengan penampilan Kanaya.

Kanaya awalnya menyetujui saja, tapi dirinya bosan kelamaan di mobil sekitar sepuluh menit.

Akhirnya Kanaya turun dari mobil dengan perlahan dan berjalan menuju markas WPC.

Suara wedges yang memecah keheningan ruangan pun membuat semuanya menoleh ke arah pintu.

Muncullah Kanaya dengan pandangan yang mencari sosok Yanu lalu melangkah dengan langkah elegan membuat semua yang di sana memandanginya dari atas sampai bawah.

"Gila emang Si Yanu, kalo milih cewek," bisik laki-laki berkepala plontos pada perempuan dengan rambut kepang satu di sampingnya.

Saking fokusnya Kanaya memperhatikan Yanu yang tak berkedip memandangnya, dirinya tidak menyadari adanya kabel membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur dengan posisi tidak elite.

Posisi mencium lantai.

Kejadian speechless itu membuat tawa mereka mengisi keheningan di ruangan fotografi itu.

Bahkan ada yang sampai tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya.

Yanu yang tidak suka dengan suara tawa itu, seakan-akan itu mengejek kecerobohan Kanaya.

Dirinya pun menyentak mereka dengan nada tinggi.

"Bisa diem enggak loe semua!"

Kalimat dengan nada sarkastik itu seketika membuat semua yang ada disana diam membungkam.

Ya iyalah, mana mungkin mereka bisa melawan Yanu yang notabenenya adalah Ketua WPC.

"Bukannya ditolongin malah diketawain!" sindirnya seraya berjalan cepat menuju Kanaya yang berusaha berdiri.

Memang benar perkataan Yanu—zaman sekarang jika terdapat seseorang yang jatuh atau terpeleset atau apapun itu, mereka yang ada di sekitarnya memilih untuk menertawakannya terlebih dahulu.

Menertawakannya seolah-olah itu adalah lelucon atau drama komedi, tanpa memikirkan rasa sakit dan malu yang dialami oleh seseorang itu.

Yanu mengulurkan kedua  tangannya pada Kanaya dan membuat Kanaya menerima uluran tangan Yanu.

Yanu mengarahkan lengan kanan Kanaya untuk melingkar di lehernya lalu menggendong tubuh kecil Kanaya dan membawanya masuk dalam mobil.

Tentu saja Kanaya terkejut dengan tingkah Yanu tapi mau bagaimana lagi dirinya tak kuat untuk berjalan dengan wedges itu.

Setelah mendudukkan Kanaya di kursi mobil, Yanu melepaskan ikatan wedges di pergelangan kaki Kanaya lalu meletakkannya pada bawah mobil dan meluruskan kaki Kanaya.

"Kaki kamu masih sakit?" tanyanya dengan tidak lagi memasang wajah dinginnya itu.

"Enggak papa kok cuma nyeri aja, Kak."

Kanaya tidak berbohong pada Yanu, memang benar hanya nyeri saja di pergelangan kakinya karena Yanu dengan cepat memberikannya pertolongan.

Seketika Yanu dirundung rasa bersalah, dirinya berniat ingin merasakan waktu hanya berdua dengan Kanaya.

Namun dirinya malah membuat Kanaya terluka.

Baik fisiknya saat jatuh tersungkur maupun hatinya saat ditertawakan oleh temannya. 

Please, Let Me Go.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang