"..apa yang membuatmu tertarik untuk terjun kedalam dunia bisnis diusiamu yang masih terbilang sangat muda ini?"
Sunoo mematung. Apa yang harus ia katakan pada sosok disampingnya ini?
"i-ini bukan keinginanku."
Heeseung mengerutkan keningnya. Menatap sunoo dengan tatapan bingung.
"makhsudmu?"
"ayah yang memintaku untuk melanjutkan perusahaannya. aku harus mengubur semua impianku untuk menjadi seorang penyanyi papan atas demi mengikuti apa yang ayah inginkan."
Heeseung mengangguk mengerti. Ia tau persis bagaimana perasaan sunoo saat dirinya dipaksa untuk menjadi seorang penerus. Marah, sedih, kecewa dan kehilangan harapan.
"aku juga mengalami hal yang sama. bermimpi untuk menjadi seorang pianis yang tampil dihadapan banyak orang. memainkan sebuah lagu tanpa kesalahan dan membuat takjub para pendengar. tapi semuanya gugur, saat ayah memintaku untuk menjadi seorang penerus perusahaan, sama seperti mu. hampir disetiap harinya ayah akan mengawasiku, takut-takut jika aku kembali melanjutkan mimpiku dan meninggalkan urusan perusahaan. dan lihatlah sekarang, aku benar-benar menghapus paksa impianku dan berakhir menjadi seorang penerus yang akan terus berhubungan dengan uang dan bisnis. bukan dengan tuts piano."
Sunoo menatap heeseung terkejut. Jadi.. Ia tidak sendirian?
"ayah bilang, menjadi seorang pianis sama sekali tidak menjamin masa depanku kelak. tentu aku sangat tidak terima dengan opini asal yang ia buat hanya untuk membujukku supaya aku ingin mewujudkan keinginannya. aku sempat kabur dari rumah dan diam-diam menjadi seorang pianis disebuah cafe dekat sekolahku dulu. namun ayah mengetahuinya setelah kurang lebih 2 minggu aku tampil disana. seluruh usaha untuk melarikan diri sudahku lakukan, hingga akhirnya aku menyerah dan mengikuti apa yang ayah inginkan."
Raut wajah heeseung nampak berubah. Senyuman cerahnya yang memudar, juga helaan nafas yang dapat sunoo dengar dari jarak yang cukup dekat.
"hyung.. tidak ada keinginan untuk kembali berjuang menjadi seorang pianis seperti yang hyung inginkan?"
"terlambat. aku sudah sepenuhnya menyerah. hari-hariku kini disibukan dengan kertas, berkas-berkas, uang, dan para klien perusahaan. tidak ada lagi piano, kertas bertuliskan bait lagu yang akan ku mainkan, juga para pendengar yang berdiri sembari bertepuk tangan sesaat setelah mendengar alunan piano yang kubawakan."
Heeseung menolehkan kepalanya dan memberikan senyuman hangatnya pada sunoo. Tangannya merangkul pundak sunoo yang nampak melamun setelah heeseung menceritakan seluruh kisahnya.
"kuharap kau tidak bernasib sama denganku, sunoo."
"makhsudmu?"
"jangan menjadi sepertiku, jangan terlalu mudah menyerah dengan keadaan. kau memiliki mimpi dan kau harus mewujudkannya. tunjukan pada semua orang jika kau pantas. tunjukan pada semua yang sempat meragukanmu jika kim sunoo pantas untuk menjadi seorang penyanyi papan atas."
Heeseung menatap lurus kearah sebuah air mancur yang terletak tak jauh dari tempat dimana keduanya berdiri. Menghentikan langkahnya lalu berpikir sejenak sebelum kembali berbicara.
"aku akan membantumu. selagi kita berdua sama-sama dipertemukan dalam urusan perusahaan, tapi aku akan tetap membantumu untuk mencapai apa yang kau impikan sejak dulu. bagaimana pun caranya."
bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
sunoo's dream
Fanfiction☾ hanya cuplikan kisah tentang sunoo yang terus berusaha untuk meraih mimpinya. - kim sunoo (✓) [ selesai // short story ] © puppy-ming 2O2O