rapuh.

970 165 8
                                    

"..loh? kak sunoo?"

"j-jungwon.. hiks. sunoo boleh masuk ga?"

Jungwon, satu-satunya tujuan sunoo disaat pikirannya sedang kacau. Rumah jungwon adalah yang terdekat dari lokasi dimana sunoo kembali merasakan rasa putus asa akan impiannya. Maka disinilah sunoo sekarang, duduk dengan kedua tangan menutupi wajahnya yang nampak memilukan.

"kak sunoo minum dulu ya? kita bicarain pelan-pelan, okay? tadi bunda jungwon juga bilang katanya sunoo nginep disini dulu aja, besok jungwon panggil niki buat kesini."

Sunoo tidak merespon. Masih sibuk dengan tangisannya yang semakin terdengar menyakitkan bagi jungwon.

"papa malu punya anak kaya sunoo, won. keluarga sunoo juga malu kalau seandainya sunoo jadi penerus perusahaan papa. sunoo cuman bisa nyanyi, sunoo gak bisa untuk ngelola perusahaan."

"sunoo capek, won. sunoo capek nangis, sunoo capek nyakitin diri sunoo sendiri supaya papa gak malu punya anak kaya sunoo. sunoo lemah, sunoo gak kaya laki-laki yang biasanya kuat untuk tahan semua beban. sunoo kangen bunda, won. kapan sunoo bisa nyusul bunda kesana?"

Jungwon membulatkan matanya terkejut. Tidak seharusnya sunoo berkata demikian. Tangannya merangkul pundak sunoo supaya sunoo bisa lebih tenang.

"sunoo udah gak punya bunda lagi, won. bahkan papa.. papa kayanya juga gak mau punya anak kaya sunoo. sunoo sendirian. sunoo bukan temen yang baik buat jungwon sama niki, maafin sunoo udah bikin kalian berdua malu punya temen kaya sunoo."

"kak sunoo.."

"kalau sunoo nyusul bunda, kayanya papa bakal seneng deh won. lagian siapa juga yang berharap sunoo tetep bertahan?"

"kak sunoo!"

Jungwon tidak sengaja, sungguh. Ada rasa kesal dalam dirinya saat sunoo mengatakan hal yang seharusnya tidak sunoo katakan. Jungwon tau, sunoo sedang dalam kondisi yang sangat tidak baik-baik saja. Bahkan pikiran sunoo terkesan melantur.

Tapi sunoo tidak boleh membuat dirinya sendiri pergi meninggalkan semua disaat dirinya benar-benar pasrah dengan keadaan.

"kak sunoo masih punya jungwon sama niki, kenapa kak sunoo masih ngerasa sendirian sekarang? sunoo punya bundanya jungwon, bundanya niki, ayahnya jungwon, juga ayahnya niki. sunoo masih punya keluarga disini."

"kak, yang namanya manusia itu gak ada yang sempurna. ka sunoo lahir dari keluarga mapan, tapi pada kenyataannya kakak mungkin gak bisa ngerasain hangatnya keluarga dibalik kata 'sempurna' yang orang lain katakan. impian kakak itu gak salah, yang salah hanya opini orang-orang tentang diri kakak. kalau kakak bisa, tunjukin sama mereka kalau kakak mampu. okay, susah untuk dilakuin dan hanya gampang untuk diucapkan. tapi gapapa, ada jungwon dan niki yang selalu setia untuk dukung kak sunoo dari belakang."

Jungwon tersenyum kearah sunoo. Tangannya meraih minuman hangat dan memberikannya pada sunoo agar sunoo bisa lebih tenang dan rileks.

"kita gak bisa suruh mereka untuk tutup mulut mereka kak, kita cuman bisa tutup telinga kita sendiri dan jalan kearah yang kita mau. inget kak, hidup itu hanya ada ditangan kakak dan tuhan. kalau kakak mau berusaha, tuhan pasti akan kasih yang terbaik untuk kakak. jangan terlalu maksain diri, tubuh kakak perlu istirahat."

"beberapa kali jungwon liat luka ditangan kak sunoo. kak.. sesedih apapun kakak tolong jangan sampai nyakitin diri kakak sendiri. kak sunoo itu adalah satu dari sekian orang yang jungwon banggain, serius. jungwon bangga punya temen kaya kak sunoo, kak sunoo punya ambisi yang tinggi, kak sunoo udah berusaha sekeras mungkin untuk menangin audisi. dan baik jungwon juga niki selalu bangga sama kakak."

Sunoo tersenyum tipis. Hatinya menghangat, beginikah rasanya jika seseorang merasa bangga saat berada didekatnya?

"kita coba lagi ya? kalau kakak ingin ikut apa yang ayah kak sunoo pengen, jungwon gak larang. tapi kalau kak sunoo mulai ngerasa tertekan, tolong kembali kakak pikirkan. sebenernya pilihan mana yang pantas untuk kakak jadikan jalan, okay?"

Sunoo mengangguk dan tidak lupa berucap terima kasih pada jungwon. Kata-kata sederhana, tapi selalu mampu membuat sunoo kembali bangkit dan melupakan rasa sakitnya.

Sunoo itu bagaikan mentari yang bersinar terang, tapi suatu waktu, sunoo bisa terbenam lalu tergantikan oleh bulan dikala sunoo sedang rapuh dan perlu waktu untuk beristirahat.

Menangis bukanlah hal yang memalukan. Itu manusiawi, karena tangis datang tidak mengenal jenis kelamin juga usia.

Semua bisa merasakan sakit, dan terkadang tangisan adalah salah satu cara untuk mengungkapkan segala rasa sakit yang terpendam hingga membuat sesak.

Sunoo mungkin lelaki, tapi ada saatnya dimana sunoo rapuh dan membutuhkan waktu untuk istirahat.

bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bersambung..

sunoo's dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang