jalan kerja semesta.

711 129 23
                                    

Sunoo berjalan tak tentu arah. Pikirannya berkecamuk, sama sekali tidak bisa tenang barang sedetik pun. Memikirkan apa alasan yang membuat sang ayah hingga nekat menjadi seorang peminum seperti ini.

Langkahnya berhenti di depan sebuah minimarket yang cukup jauh dari rumahnya. Memutuskan untuk masuk dan membeli minuman guna menghilangkan rasa hausnya.

Namun tepat di depan sebuah rak berisikan kotak rokok, sunoo berhenti. Memperhatikan setiap kotak yang tersaji dihadapannya.

Tangannya mengambil satu kotak yang berisi 12 batang rokok di dalamnya dengan ragu. Haruskah ia merokok untuk melampiaskan seluruh beban yang berada di dalam pikirannya? Lagi pun ia sudah berusia legal sekarang. Bukan hal yang terlarang bukan jika sunoo mencoba untuk merokok di usianya yang menginjak 19 tahun?

Sunoo pergi untuk membayar seluruh barang yang ia beli lalu berjalan meninggalkan minimarket tersebut. Membuka kotak rokok yang sebelumnya ia beli lalu menyalakan pematik gas kecil untuk membakar putung rokok yang terselip diantara jari tengah dan telunjuknya.

Belum sempat rokoknya berhasil menyala, rokok tersebut jatuh beserta pematik dan beberapa barang yang sempat sunoo beli karena ulah seseorang.

Sunoo berdecak kesal saat melihat seluruh putung rokoknya jatuh dan kotor. Sunoo membalikkan tubuhnya dan total terkejut saat melihat niki yang berdiri dengan tatapan yang sulit diartikan.

"..siapa yang ajarin kak sunoo sampai berani untuk ngerokok di usia muda?"

Niki mendekat dan mengguncang kuat tubuh sunoo dengan tangannya yang gemetar menahan amarah.

"sadar, kak! kak sunoo boleh sedih, kak sunoo boleh marah tapi tolong jangan sampai berani konsumsi rokok kaya gini."

Sunoo total menyerah. Tangisannya lagi lagi pecah dan membiarkan niki merengkuhnya dengan erat. Ia benar-benar lelah. Mengapa semesta sama sekali tidak ingin melihat sunoo tersenyum bahagia?

"semesta jahat ya nik sama sunoo? sunoo hidup dan tumbuh dengan makian, pukulan, bahkan ayah sama sekali gak sayang sama sunoo. sunoo gak bisa dapetin apa yang sunoo mau. sunoo capek, nik."

"bukan semesta yang jahat, kak. tapi ekspetasi seorang manusia lah yang bikin hidup terasa gak adil. kak, hidup itu bukan perihal bahagia terus menerus. ada kalanya kakak harus ngerasa sedih, marah, sakit dan kecewa. tapi kakak gak seharusnya untuk menyerah sama keadaan. karena bukan itu point utama kakak lahir dan tumbuh di bumi ini. kakak ngerasa kecewa mungkin bukan karena ulah semesta. coba kakak pikirin lagi, kakak ngerasa kecewa apa karena impian kakak yang belum tercapai atau karena ulah tangan semesta?"

"tapi kalau hidup sunoo cuman di isi makian, cacian dan pukulan, terus kapan sunoo bisa bahagia? semesta cuman ngirim sunoo kesini beriringan dengan tangisan pilu ya, nik? sunoo lahir dalam kondisi lemah. sunoo gak bisa lakuin banyak kegiatan karena kalau sunoo capek sunoo rentan kena penyakit. sunoo lemah, sunoo ngerasa gak pantas untuk jadi cowok."

Niki terdiam membeku. Tangannya tetap mengelus punggung sunoo supaya sunoo dapat merasa lebih tenang. Bibirnya kelu, terlalu bingung untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh sosok yang lebih tua.

"niki juga gak tau. tapi yang jelas niki yakin, pasti suatu saat nanti ada waktunya kak sunoo untuk ngerasa bahagia. ada waktunya kakak untuk ketawa bareng orang yang kakak sayang, ada waktunya untuk kakak bisa wujud-in semua yang kakak inginkan. dan baik jungwon juga niki bakal terus ada disamping kakak sampai waktu itu tiba."

Sunoo tersenyum di sela tangisnya. Benar, ia tidak boleh memiliki jiwa yang lemah. Sunoo harus membuktikan bahwa dirinya pantas untuk bahagia.

"kakak gak pantes untuk dapat sebuah hasil tanpa usaha. dan dengan usaha kakak yang sejak awal sering kali gagal, niki yakin di audisi kakak yang terakhir ini kak sunoo pasti bakal berhasil."

Sunoo melepas rengkuhannya dan menatap terkejut kearah niki. Siapa yang memberi tahu niki soal ini?

"kemarin, niki gak sengaja liat kak sunoo tampil di gedung yang jadi tempat mama niki kerja dulu. dan niki bangga setelah liat penampilan kakak disana."

Sunoo tersenyum lebar. Dirinya merasa bersyukur karena dipertemukan oleh sosok teman seperti niki. Sosok yang lebih muda darinya, namun memiliki pikiran yang jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya.

"sekarang kita pulang, ya? kakak perlu istirahat sebelum pergi ke tempat audisi."

Sunoo mengangguk antusias. Tangannya merangkul pundak niki yang memiliki tubuh lebih kecil darinya. Tubuhnya terasa ringan saat melangkah, pikirannya melayang entah kemana, merasa jauh lebih lega setelah seluruh bebannya tercurahkan lewat tangis.

Pintu utama terbuka, kondisi rumah sunoo yang sebelumnya dipenuhi oleh banyaknya botol alkohol, kini bersih sepenuhnya. Namun saat sunoo masuk kedalam kamar sang ayah, tubuhnya mendadak terasa lemas.

"AYAH!"

bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bersambung..

ps. sebelum tamat, request dong aku harus bikin apa untuk special 1k buku ini :( mau trailer, special oneshoot atau apa?? dijawab okay!! semangat pagi semuanya

sunoo's dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang