rindu.

910 169 14
                                    

Malam ini, bintang-bintang kembali menjadi teman bercerita. Cahayanya yang tidak terlalu terang membuat sunoo merasa nyaman. Belum lagi suhu malam yang tidak terlalu dingin. Tatapan sunoo tertuju pada satu bintang. Bintang yang bersinar terang dan nampak sangat indah dari bawah sini.

"..sunoo gak salah ambil jalankan? ini yang papa mau, dan sunoo ingin mewujudkan keinginan papa supaya papa gak malu punya anak kaya sunoo."

Takdir seakan tidak ingin sunoo kembali merasakan rasa bahagianya barang sekalipun. Rasa bahagianya sudah pergi bersama sang ibu yang kini sudah tenang disisinya.

Sunoo mulai menangis. Dadanya sesak, ia merasa tertekan. Apa sunoo tidak terlalu terburu-buru dalam membuat sebuah keputusan?

"..bunda, kalau sunoo jadi pengusaha, apa bunda gak bakal kecewa sama sunoo yang lebih milih untuk nyerah dibanding pertahanin apa yang sunoo inginkan sejak kecil?"

"bunda sunoo kangen."

"sunoo kangen banget sama bunda, bunda pernah janji sama sunoo bakal terus temenin sunoo disini? sunoo bener-bener kangen sama bunda."

Isakan semakin terdengar dengan jelas. Sunoo butuh waktu untuk sendiri dan meluapkan semua rasa yang ia pendam hingga membuatnya terpaksa menyakiti dirinya sendiri.

"bunda, kemarin papa bilang, kalau papa kecewa sama sunoo. apa bunda juga kecewa karena sunoo lebih milih nyerah dibanding berjuang seperti keinginan bunda?"

Tangisannya mereda, suhu mulai mendingin. Senyuman sunoo mulai terbit saat bulan mulai tertutupi oleh awan hitam hingga membuat beberapa bagian yang sebelumnya disinari oleh sinar bulan kini menggelap.

"sunoo janji sama bunda, sunoo gak akan ngecewain bunda. apapun keputusan yang sunoo ambil, sunoo akan selalu bikin bunda bangga."

"sunoo pamit tidur dulu ya bunda? istirahat yang tenang disana."

Sunoo tersenyum untuk yang terakhir kalinya, lalu menutup pintu balkonnya perlahan dan merebahkan dirinya diatas ranjang.

Semoga, semoga apa yang sunoo putuskan sejak dua hari yang lalu adalah keputusan yang benar. Keputusan yang tidak menjerumuskan dirinya pada penyesalan. Keputusan yang membuat sunoo yakin, jika inilah jalan yang seharusnya ia tempuh.

..

"..sore ini ikut papa ketemu sama keluarga besar dirumah nenek, inget sekali lagi ucapan papa, tolong jangan bikin papa malu dihadapan mereka."

Sunoo mengangguk lesu dengan pandangan yang tertuju pada makanan dihadapannya. Mengaduknya asal tanpa berniat untuk memakannya. Rasanya hambar, entah karena kurang diberi bumbu atau karena sunoo yang masih dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"cepat sunoo!"

Sunoo berlari menuju mobil sang ayah lalu mendudukan dirinya dibangku belakang. Kepalanya masih tertunduk, enggan untuk menatap netra tajam milik ayahnya.

Bahkan sesampainya disekolah, sunoo masih terlihat tidak baik seperti biasanya. Hanya berjalan tanpa minat menuju gedung dekat lapangan basket dimana disanalah letak kelas sunoo.

Tubuhnya berhenti saat berada tepat didepan pintu kelasnya. Menghela nafas sebentar lalu membuka pintunya dengan semangat.

"selamat pagi semuaa!"

Dan kembali menyembunyikan semua dengan rapi dibalik senyuman manis juga sapaan selamat pagi yang nampak selalu cerah setiap harinya. Seolah mengisyaratkan jika sunoo baik-baik saja.

bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bersambung..

sunoo's dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang