KEVANO - 32

34.9K 8.1K 1.7K
                                    

Vano duduk santai di sofa ruang tunggu tanpa peduli banyak karyawan yang memperhatikannya. Dia sudah seperti berada di rumahnya sendiri. Bahkan dia dengan santai mengambil air mineral dingin yang tersedia secara gratis untuk pengunjung yang sedang menunggu. Vano seolah lupa jika dia datang hanya sebagai pengganggu Keyla bukan pengunjung klinik.

Tumpukan majalah yang berada di atas meja berhasil menarik perhatian Vano yang sedang bosan. Vano akhirnya meraih satu dari tumpukan majalah itu. Dia membacanya untuk membunuh rasa bosan yang sedang menguasainya. Majalah itu berisi cara merawat kulit wajah agar tidak terjadi masalah-masalah kulit seperti jerawat dan komedo. Menurut Vano, bacaannya cukup menarik dari pada teori-teori fisika.

Vano meletakkan majalahnya kembali saat sudah tidak ada bacaan menarik yang bisa dia baca. Vano juga tidak mungkin membaca cara membesarkan payudara secara alami yang juga ada di dalam majalah itu. Jika Vano benar-benar membaca dan mempraktekkannya bisa-bisa Ardian bernafsu padanya.

Mata Vano melirik jam tangan sekilas. Masih tersisa beberapa menit lagi sebelum klinik tutup. Sayangnya, Keyla masih belum menunjukkan batang hidungnya.

Vano menghempaskan punggungnya ke sofa. Jarinya mengetuk-ngetuk meja kecil yang berada di sebelahnya. Rasa bosannya semakin bertambah hingga membuatnya memilih mendongak dan menonton televisi yang sedari tadi memutar sebuah acara akademi dangdut.

Sebenarnya, Vano tidak suka menonton acara itu karena lebih banyak bicaranya dari pada menyanyinya. Namun, sedari tadi Vano tidak berhasil menemukan remotnya yang membuatnya terpaksa harus menonton acara itu.

Beberapa menit menonton acara itu berhasil mengubah pandangan Vano pada acara itu. Ternyata acara itu tidak se-membosankan bayangannya karena guyonan-guyonan yang diciptakan host dan jurinya cukup menghibur juga.

Keyla keluar dari ruangannya tepat 5 menit sebelum klinik tutup. Dia pulang sedikit terlambat karena harus mempelajari materi untuk seminar besok tentang pengenalan treatment baru dari klinik itu.

Langkah Keyla berhenti saat melihat masih ada satu pengunjung yang sedang duduk nyaman di sofa sembari menonton acara dangdut. Terlihat kakinya mengetuk-ngetuk lantai mengikuti alunan musik.

Keyla memutar bola matanya jengah. Laki-laki di depannya ini lebih pantas disebut ‘pengunjung yang tak diharapkan' karena dia memang tidak datang untuk melakukan treatment atau belanja skincare. Dia hanya datang untuk merusak kedamaian hidup Keyla seperti biasa.

Keyla meneruskan langkahnya pura-pura tidak melihat Vano. Dia tahu Vano sedang sangat fokus pada tontonannya sampai tidak menyadari jika ada Keyla yang berdiri tidak jauh dari tempatnya menonton dangdut. Kesempatan itu Keyla gunakan untuk keluar dari klinik tanpa harus diketahui oleh Vano.

Keyla melangkah dengan hati-hati agar suara high heels-nya tidak terdengar nyaring dan membuat Vano mengalihkan perhatiannya dari televisi.

Kenyataan yang terjadi terkadang memang tidak sesuai harapan. Vano memang tidak mengenali suara langkah kaki Keyla karena sedari tadi banyak karyawan yang berlalu lalang juga di depannya, tapi dia mencium aroma parfum khas Keyla yang membuatnya reflek mengalihkan perhatiannya dari televisi.

Vano tersenyum geli melihat Keyla berjalan mengendap-endap di depannya. Dia beranjak dari sofa dan ikut melangkah tanpa menimbulkan suara untuk mengagetkan Keyla.

“Mau kemana Bu Dokter?” tanya Vano dengan mencolek lengan Keyla.

Keyla berjingkat kaget. Dia langsung menoleh dan menatap Vano horor.

“Lo tadi kan di sana?” Keyla menunjuk sofa yang tadi diduduki Vano.

Vano mengangguk. “Emang. Tapi, sekarang gue mau pulang.”

“Ya udah pulang sana!” usir Keyla tidak berperikegebetanan.

“Gue bakal pulang, tapi sama lo.”

“Nggak! Gue--”

“Lo apa? Lo mau pulang naik taksi malam-malam gini? Atau bahkan naik ojol?” sela Vano.

“Iya. Gue udah biasa--”

“Asal lo tahu, kemarin gue lihat berita ada penumpang yang dibunuh terus dimutilasi dan diambil barang bawaannya. Lo mau anggota badan lo dibuang terpisah?” sela Vano lagi menakut-nakuti Keyla.

Keyla sebenarnya takut, tapi ada pertanyaan penting yang lebih membuatnya penasaran.

“Sejak kapan lo suka nonton berita? Bukannya lo suka nonton Masha?”

Vano langsung nyengir dengan menggaruk tengkuknya. “Itu gue lihatnya pas Masha lagi iklan.”

Vano suka menonton Masha itu adalah sebuah fakta. Dari pada kartun yang lain, Masha And The Bear lebih menarik menurut Vano. Alasannya karena menggemaskan, lucu, dan menyebalkan.

Tingkah menyebalkan Vano juga terinspirasi dari Masha. Jika orang lain akan menggunakan tokoh pahlawan sebagai inspiratornya, Vano malah menggunakan Masha sebagai inspiratornya dalam menjalani hidup yang terkadang membosankan. Dan Davian seolah beruang yang selalu menjadi target kelakuan menyebalkan Vano.

Keyla mengetahui fakta memalukan itu dari Senja. Bagaimana tidak memalukan jika di umur Vano yang sudah tua dia masih suka menonton Masha. Kebalikan dari adik sepupu Keyla yang masih SD, tapi tontonannya sinetron.

Senja memang sering menggibahi anak Black Eagle di grup yang berisi dirinya, Vinka, Keyla, dan Fifi. Kata Senja, Vano dan Ardian sering berebut remot. Vano ingin menonton Masha, sedangkan Ardian ingin menonton ftv. Padahal di rumah Vano televisi tidak hanya satu, tapi mereka lebih suka menonton di ruang tengah.

“Key... Ayo pulang sama gue! Gue mau ngajak lo makan malam,” ajak Vano saat melihat Keyla hanya terdiam seperti memikirkan sesuatu padahal Keyla sedang mengingat-ingat aib-aib Vano yang pernah Senja ceritakan.

“Tumben lo gak pelit?” Keyla bersedekap dada dengan memandang Vano heran.

“Buat lo gue pasti gak pelit lah, Key.”
Keyla memutar bola matanya jengah.

“Karena gue lagi laper, ya udah deh gue mau.”

Vano bersorak gembira. “Yes! Ayo, Key!” Vano menarik tangan Keyla.

“Gak usah narik-narik! Gue bukan kambing.” Keyla mencoba menarik tangannya dari genggaman Vano.

“Tau. Lo kan calon istri gue,” balas Vano dengan menoleh. Matanya mengerling genit, membuat Keyla bergidik geli. Namun, kelakuan Vano itu diam-diam berhasil membuat pipi Keyla memerah. Untung saja Vano berjalan duluan jadi dia tidak mengetahuinya.

Vano membukakan pintu untuk Keyla. Keyla segera masuk walau sebenarnya dia geli dengan tingkah Vano yang seperti ini. Mengingat mereka dulu suka bertengkar saat SMA tentu hal seperti ini menurut mereka terasa menggelikan. Vano juga tidak akan melakukan itu andai tidak disuruh oleh Gerald, penasihat percintaannya.

Vano terus berceloteh selama perjalanan dan Keyla hanya menanggapi seadanya. Jika sudah terlanjur kesal, Keyla akan meminta Vano berhenti berbicara walau itu hanya bisa Vano lakukan beberapa menit saja karena setelah itu dia akan kembali mengoceh.

“Nih orang kayaknya habis makan pisang. Ngoceh mulu kek burung,” gumam Keyla pelan.

Tidak lama kemudian mereka sampai di sebuah kafe. Vano dan Keyla langsung keluar dari mobil.

Seketika Keyla tercengang melihat sebuah  poster bertuliskan ‘Special Anniversary Buy 1 Get 1’ yang tertempel di kaca. Dia maju beberapa langkah untuk bisa membacanya dengan jelas.

“Beli satu paket makanan plus minuman, akan mendapat gratis satu paket lagi.” Keyla membaca tulisan kecil yang terletak di bawah tulisan Buy 1 Get 1.

Keyla langsung melirik Vano tajam, sedangkan Vano malah tersenyum cengengesan.

“Ternyata gue terlalu khusnudzon sama lo. Sekali pelit, tetap aja pelit.”

“Itu namanya hemat, Key. Tuh lihat aja tulisannya, hemat 50%,” balas Vano membela diri.

“Bodo!”

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang