KEVANO - 56

40.3K 9.6K 5.5K
                                    

Ardian memasuki rumah keluarga Bakti dengan jantung berdebar-debar. Dengan ditemani Vano, hari ini dia memberanikan diri melamar Keysha. Sudah beberapa hari Ardian memikirkan tentang ini dan dia sudah mantap dengan keputusannya untuk melamar Keysha. Dia tidak akan mundur di tengah jalan seperti Vano.

Tidak berbeda jauh dengan apa yang Ardian rasakan, Vano juga merasa deg-degan. Perasaannya campur aduk antara takut mengecewakan Bakti dan takut tidak direstui dengan Keyla. Perutnya sudah mulas sejak mereka masih di rumah tadi dan sekarang adalah puncaknya. Vano merasa gelisah. Telapak tangannya terasa dingin. Kakinya terasa berat saat dipakai melangkah semakin masuk ke dalam rumah keluarga Bakti.

“Lo udah minta restu Mama lo belum?” tanya Vano saat dia dan Ardian sudah sampai di depan pintu.

“Udah.” Ardian melirik Vano sekilas lalu kembali mengatur nafas untuk menenangkan dirinya sendiri.

“Apa kata Mama lo?” tanya Vano lagi yang masih penasaran.

“Ya nggak apa-apa yang penting gue nikah.”

Wajah Vano seketika cengo. Semudah itu? Kenapa orang tua Ardian sangat berbeda dengan orang tuanya?

Setelah mengumpulkan keberanian dan menenangkan diri sendiri, tangan Vano bergerak bersiap mengetuk pintu.

“Jangan diketuk dulu!” larang Ardian membuat tangan Vano berhenti di udara.

Vano menoleh dengan tatapan bertanya. “Kenapa?”

“Baca bismillah dulu biar berhasil.”

Walaupun Vano sedikit heran, tapi dia tetap menurut dan mengucapkan bismillah dulu sebelum mengetuk pintu. Rasa heran Vano itu timbul karena tidak biasanya Ardian seperti itu. Biasanya dia hanya mengucapkan bismillah saat hendak makan saja. Itu juga agar setan tidak ikut makan bersamanya. Nanti Ardian tidak kenyang kalau sepiring berdua dengan setan.

Tok! Tok! Tok!

Assalamualaikum,” ucap Vano sedikit keras.

Di sebelahnya, Ardian sedang merapalkan doa agar diberi ketenangan jiwa dan tidak gugup saat mengungkapkan maksudnya di depan Bakti nanti.

Sebenarnya Ardian sudah cukup dekat dengan Bakti setelah liburan kemarin, tapi tetap saja situasinya berbeda sekarang. Jika waktu itu Ardian menemui Bakti untuk mengajak bermain catur, sekarang dia menemui Bakti untuk melamar anaknya.

Cukup lama Vano mengetuk pintu dan mengucapkan salam, pintu akhirnya terbuka menampilkan Yulia yang sedang tersenyum ramah.

Walaikum salam. Ayo masuk,” ucap Yulia mempersilahkan masuk.

“I-iya, Tan,” jawab Vano dan Ardian bersamaan. Sambutan hangat Yulia tidak mampu menghilangkan rasa tegang yang sedang mereka rasakan.

“Mau nyari Keysha ya, Van?” tanya Yulia setelah Vano dan Ardian duduk di sofa ruang tamunya.

“Nggak, Tan. Kita ke sini mau ketemu sama Om Bakti.” Vano tersenyum kaku.

“Oh mau ketemu Om Bakti. Bentar ya Tante panggilin dulu. Kayaknya dia tadi lagi bersihin kolam.” Yulia beranjak pergi.

Selepas Yulia pergi Ardian dan Vano langsung menghembuskan nafas. Berhadapan dengan Yulia saja mereka sudah gugup apalagi dengan Bakti.

Sembari menunggu Bakti datang, Vano dan Ardian menenangkan diri terlebih dahulu agar tidak gugup. Mereka mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Setelah itu, mereka merilekskan diri yang sedari tadi tegang dengan peregangan otot. Merasa sudah sedikit tenang, mereka pun menghempaskan punggung ke sofa mencoba bersikap santai. Semua mereka lakukan dengan kompak. Sepertinya mereka memang punya jiwa boyband dalam diri mereka.

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang