KEVANO - 43

34.1K 8.3K 2.4K
                                    

Hueekk... Huekk...

Sejak pagi Keysha tidak berhenti memuntahkan isi perutnya sampai yang keluar hanyalah cairan. Padahal Keysha sudah meminum vitamin dan obat mual juga dari dokter, tapi entah kenapa mual di perutnya tidak kunjung reda.

Keysha merasa lemas sekaligus pusing. Dia menatap wajahnya sendiri di cermin wastafel, memandangi wajahnya yang tampak pucat. Sepertinya dia sedang mengalami morning sick sekarang.

Andai Keysha punya suami yang sangat menyayanginya pasti dia akan melewati masa kehamilan dengan suka cita. Dia akan manja pada suaminya dan meminta perhatian lebih. Sayangnya, itu hanya sebuah harapan saja karena nyatanya sampai sekarang Keysha belum menemukan orang yang bersedia menerimanya sekaligus calon bayinya.

Keysha tahu akan sulit menemukan orang tulus yang bisa menerima dia dan anaknya. Oleh sebab itu dia sudah bersiap membesarkan anaknya sendiri. Jika keluarganya tidak bisa menerimanya, Keysha akan menjauh dan tinggal di tempat asing di mana orang-orang tidak mengenalnya sebelumnya.

Keysha menghapus air mata yang sudah menetes sejak dia memuntahkan cairan dari dalam perutnya. Bayangan tentang video yang memperlihatkan seorang suami siaga yang memijat tengkuk istrinya saat istrinya muntah membuat rasa iri dalam hati Keysha mencuat. Dia ingin merasakan momen seperti itu juga, sayangnya Keysha tidak seberuntung perempuan dalam video. Keysha jadi menyesal menonton video seperti itu karena itu membuatnya semakin merasa sedih dan merasa menjadi ibu hamil yang paling tidak beruntung di dunia.

Dalam situasi seperti ini Keysha hanya bisa menguatkan dirinya sendiri agar kuat melewati ini semua sendiri. Dukungan dari orang terdekat sebenarnya dia butuhkan, tapi Keysha tidak mendapatkan itu. Sampai saat ini belum ada yang mengetahui kehamilannya walaupun kakaknya terlihat mencurigainya.

Keysha menghela nafas lalu meninggalkan wastafel dan kembali menuju ranjang. Dia ingin rebahan saja sampai rasa lemas di tubuhnya menghilang.

Baru beberapa langkah Keysha keluar dari kamar mandi, rasa pusingnya kembali lagi membuatnya langsung berpegangan pada dinding. Dia berusaha tetap melangkah, tapi tiba-tiba penglihatannya mengabur. Keysha tidak sadarkan diri setelah itu.

🍞🍞🍞

“Cha, ini kenapa ada susu ibu hamil di dapur?” teriak Yulia. Dia terkejut saat pulang dari luar kota dan mendapati ada box susu ibu hamil di atas meja dapur. Yulia yang berniat mengambil minum sampai mengurungkan niatnya karena rasa penasarannya lebih besar dari rasa hausnya. Apalagi di keluarganya tidak ada yang sedang hamil. Begitulah pikirnya.

Teriakannya itu berhasil menarik perhatian suaminya yang sedang melepas sepatu. Bakti menghampiri istrinya untuk membuktikan kebenaran ucapan istrinya.

Saat Bakti sudah sampai di dapur, dia tidak bisa berkata apa-apa saat melihat box susu ibu hamil sedang dalam keadaan terbuka seperti baru saja diambil isinya. Sepertinya pelakunya lupa mengembalikan box susunya ke tempat awal.

Perasaan Bakti tiba-tiba saja tidak enak. Dia ikut cemas sama seperti istrinya.

“Ini siapa, ya, yang minum susu beginian?” gumam Yulia tidak mengerti. Tidak ada sahutan juga dari Keysha membuat rasa penasaran Yulia belum terobati.

“Coba panggil Keysha ke sini!” perintah Bakti tegas dengan wajah dingin. Entah kenapa perasaannya mengatakan jika susu itu ada hubungannya dengan Keysha.

Yulia mengangguk walaupun dia sedikit heran dengan perubahan raut wajah suaminya yang tiba-tiba. Padahal saat perjalanan pulang tadi suasana hati suaminya itu masih dalam keadaan baik. Bahkan dia juga membawakan oleh-oleh untuk kedua putrinya.

Detak jantung Yulia serasa berhenti saat membuka pintu kamar Keysha dan mendapati Keysha sedang tergeletak di lantai.

“Pa! Sini, Pa! Keysha pingsan!” teriaknya panik. Dia menghampiri Keysha dan mencoba membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

“Sayang, bangun, Sayang! Kamu kenapa bisa kayak gini?” Yulia menepuk-nepuk pipi Keysha. Dia juga mengecek denyut nadi Keysha dan bernafas lega saat merasakan nadi itu masih berdenyut. Sayangnya, ada yang membuat Yulia semakin khawatir setelah mengecek tubuh Keysha. Badan Keysha terasa sangat panas.

“Maafin Mama ya, Key, udah ninggalin kamu sendirian di rumah. Harusnya kamu nginap di apartemen kakak kamu aja biar nggak sampai kayak gini. Kalau Mama tahu kamu lagi sakit, Mama pasti akan pulang lebih awal.” Yulia menyesal karena tidak tahu kondisi anaknya. Keyla juga tidak mengatakan apapun tentang Keysha saat kemarin mereka mengobrol di telepon.

Bakti datang dengan berlari. Dia panik sampai meninggalkan begitu saja kopinya yang baru dia buat.

“Keysha kenapa, Ma?” tanyanya dengan berjongkong di samping tubuh Keysha yang tergeletak.

“Kayaknya demam, Pa. Badannya panas banget.”

Bakti dengan cepat memindahkan anaknya ke kasur. Sedangkan, Yulia sudah terisak dengan menatap Keysha cemas.

“Aku akan panggil dokter.” Bakti pergi dengan membawa ponselnya.

Yulia mengangguk. Dia duduk di sebelah ranjang Keysha. Tangannya mengelus rambut Keysha dengan sayang. Walaupun Keysha sudah dewasa, tapi di mata Yulia dia tetap anak kecil. Tingkahnya yang manja membuatnya sering lupa jika Keysha sudah bukan anak kecil lagi.

Tidak lama kemudian Bakti masuk kembali ke dalam ruangan Keysha bersama seorang dokter.

Selama dokter memeriksa Keysha, Yulia dan Bakti menunggu di luar kamar. Mereka menunggu dengan gelisah.

Yulia yang sedang menangis di sebelahnya membuat Bakti semakin tidak tenang. Dia mencoba menenangkan istrinya yang memang selalu menangis setiap Keysha jatuh sakit padahal ini bukan pertama kalinya Keysha seperti itu karena Keysha termasuk anak yang gampang sakit.

Dokter mempersilahkan orang tua Keysha kembali masuk setelah selesai memeriksa. Dia cukup heran karena merasa tidak pernah mendapat undangan pernikahan Keysha, tapi Keysha sekarang tiba-tiba saja hamil. Padahal dia dokter keluarga yang cukup dekat dengan keluarga Keysha.

“Jadi, Keysha kenapa, Dok?” tanya Bakti.

Dokter Jaka berdehem pelan. “Sebelumnya, saya mau bertanya, kok Pak Bakti nggak ngundang saya?”

Bakti mengerutkan dahi tidak mengerti. “Ngundang apa? Pas acara open house waktu Idul Fitri kan saya sudah ngundang Dokter.”

“Bukan yang itu, Pak. Tapi, yang acara pernikahan Keysha.”

Balasan Dokter Jaka membuat Bakti semakin tidak mengerti.

“Keysha belum menikah, Dok. Kalaupun ada yang akan menikah dalam waktu dekat itu Keyla, bukan Keysha.”

Sekarang giliran Dokter Jaka yang tidak mengerti.

“Maaf, Pak, sebelumnya... Tapi, Keysha sekarang sedang hamil.”

Baik Bakti maupun Yulia sangat terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa. Mereka membeku di tempat, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Hati mereka rasanya sakit saat mengetahui fakta itu. Mereka merasa gagal menjadi orang tua.

Air mata Yulia kembali menetes. Dia menangis di sebelah Keysha yang belum sadarkan diri.

Berbeda dengan Yulia, raut wajah Bakti kembali dingin. Lebih dingin dari saat dia menemukan susu ibu hamil di dapur. Dia menatap Dokter Jaka tajam, membuat Dokter Jaka menjadi ketakutan.

“Apa Dokter nggak salah periksa? Anak saya hamil?” tanyanya memastikan.

Dokter Jaka mengangguk.
“Lalu, kenapa dia bisa sampai pingsan?”

“Sepertinya, akhir-akhir ini dia kelelahan dan banyak pikiran. Saya akan memberikan vitamin untuk menguatkan ibu dan juga janinnya.”

Bakti mengangguk. Tatapannya beralih pada anaknya yang masih tergeletak tak sadarkan diri di atas ranjang. Dia tidak menyangka dirinya akan menjadi ayah yang gagal. Gagal dalam mendidik putrinya.

Bakti kira Keysha sudah tahu apa yang salah dan benar karena Keysha sudah dewasa, tapi dia salah. Umur memang tidak bisa menentukan kedewasaan seseorang.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang