Dengan bermodalkan masker dan topi, Vano akhirnya berani keluar rumah. Dia dan Ardian berniat mendatangi rumah Fajar untuk meminta solusi. Walaupun mereka tahu Fajar tidak mengerti tentang masalah kulit. Namun, setidaknya ada Senja yang pasti mengerti bagaimana cara mengatasi masalah yang sedang Vano hadapi.
Ardian yang tadinya santai sekarang ikut panik. Dia memikirkan nasibnya sendiri. Kalau wajah Vano bercorak polkadot seperti itu kemungkinan untuk dirinya tidak laku di dunia youtube cukup besar. Jika Vano tidak laku di youtube, otomatis dia tidak membutuhkan kameramen dan itu bisa-bisa mengancam pekerjaan Ardian.
Ardian mempercepat laju mobilnya. Untung saja jarak dari rumah Vano ke rumah Fajar tidak terlalu jauh. Ardian berharap semoga Senja bisa mengobati penyakit Vano seperti yang Lutung Kasarung lakukan pada Purbasari karena Ardian belum punya cadangan pekerjaan untuk saat ini.
"Yan, gimana kalau gue gak bisa sembuh? Mana lusa ada undangan opening kafenya Kiana lagi," rengek Vano di bangku penumpang sebelah Ardian. Wajahnya memelas meratapi nasibnya sendiri.
"Yang tabah ya, Van. Pasti bisa sembuh kok." Ardian mencoba menenangkan Vano. Kali ini dia serius, tidak bercanda seperti biasanya. Namun, hal itu malah membuat Vano merasa geli mendengarnya.
"Lo gak usah terlalu serius napa! Geli gue dengernya!"
Ardian memutar bola matanya jengah. Memang begini jika berada di antara kumpulan orang-orang konyol seperti Vano. Sekali saja dia serius jatuhnya malah terlihat aneh di mata mereka. "Normal is boring" itulah kutipan yang menggambarkan pertemanan mereka. Jika ada yang normal, dia akan disadarkan agar kembali menjadi tidak normal.
"Gue ganteng aja gak ada yang mau sama gue. Apalagi kalau gue polkadot kayak gini," gumam Vano sedih dengan menatap kaca. Jangankan Keyla, mungkin Aghaz saja tidak mau bertemu dengannya setelah ini.
"Meskipun lo polkadot kalau lo punya uang mah ada aja yang mau," sahut Ardian dengan melirik Vano sekilas.
"Iya, tapi cuma cewek matre yang mau sama gue. Gue pengennya Keyla."
"Lo emang suka nyusahin diri sendiri, Van. Dulu ngejar Keysha, belum dapat udah pindah haluan ke kakaknya. Sekarang ngejar Keyla, kalau gak dapat juga lo mau ngejar siapa lagi? Emaknya? Lo kalau ngejar cewek tuh harus fokus! Jangan gampang goyah ke cewek lain!" nasihat Ardian.
Vano menatap Ardian takjub. Tidak menyangka kata-kata nasihat itu bisa keluar dari mulut jomblo sepertinya.
"Emang lo udah nerapin omongan lo itu dalam kehidupan lo?" tanya Vano mengejek. Ardian saja masih jomblo sama seperti dirinya, bisa-bisanya dia menasihati Vano.
"Udah. Gue sekarang cuma fokus nyari duit biar kaya, baru nyari istri. Gue gak pengen ngajak istri gue susah kalau gue nikahin dia pas gue belum mapan. Orang tuanya udah bahagiain dia dari lahir, masa giliran sama gue dia jadi susah."
Vano manggut-manggut. Dia setuju dengan ucapan Ardian. Andai dia belum berpenghasilan besar juga dia tidak berani mendekati Keyla dan mengajaknya menikah dengan enteng seperti mengajak beli es cendol. Vano bisa mengajak Keyla menikah dengan enteng karena dia memang sudah siap.
Jujur saja, Vano terkadang iri melihat keromantisan Fajar dan Senja yang sering dimasukkan ke dalam WA story. Karena tidak ingin jiwa jomblonya meronta-ronta, Vano akhirnya memilih untuk membisukan mereka berdua.
Mobil Vano memasuki pekarangan rumah Fajar. Pasutri itu memang sudah mempunyai rumah sendiri yang masih dalam satu kompleks dengan rumah mereka yang dulu. Hanya rumah Bayu saja yang beda kompleks dengan rumah Fajar dan rumah orang tuanya.
Vano memakai masker yang sempat dia lepas saat berada di dalam mobil. Topinya juga dia pakai kembali untuk menutupi jidatnya yang berwarna merah dan bercorak polkadot.
Vano dan Ardian memasuki rumah Fajar dengan santai tanpa mau repot-repot memencet bel, mengetuk pintu, atau mengucapkan salam. Sudah biasa mereka seperti itu. Fajar pun maklum karena teman-temannya memang minim akhlak.
Suara televisi yang berasal dari ruang tengah membuat Vano yang sempat ingin memanggil Fajar mengurungkan niatnya. Dia masuk lebih dalam lagi ke rumah Fajar. Tujuannya adalah ruang tengah. Dia berniat mengagetkan Fajar akan kedatangannya yang tiba-tiba.
Vano dan Ardian melangkahkan kaki tanpa suara agar Fajar tidak menyadari kedatangan mereka.
Niat hati ingin membuat Fajar terkejut yang terjadi malah mereka dibuat kesal dengan pemandangan di depannya. Di sofa itu terlihat Fajar dan Senja yang sedang menonton tv dengan kepala Senja berada di dada Fajar dan tangan Fajar yang mengelus lembut rambut Senja."Rasanya sifat iri dengki gue meronta-ronta," gumam Vano dengan menatap Fajar dan Senja dari jauh. Kedua orang itu masih belum menyadari kedatangannya.
"Yang sabar, Van. Sesama jomblo kita harus saling menguatkan." Ardian merangkul bahu Vano dan menepuk-nepuknya pelan.
Karena sudah muak dengan pemandangan uwu di depannya, Vano berdehem sangat keras agar pasutri di depannya menyadari keberadaannya.
Fajar dan Senja langsung menoleh. Mereka menatap Vano bingung.
"Lo bawa siapa, Yan?"
"Vano."
"Vano? Kenapa lo dandan kayak gitu, Van?" tanya Senja penasaran.
"Gue kena musibah," jawabnya lalu melangkah bersama Ardian menuju sofa.
Dahi Senja berkerut tidak paham. "Musibah apa?"
"Sebelum gue jawab, bisa gak lo berdua misahin diri? Gue sama Ardian ngenes lihatnya," pinta Vano memelas.
Bukannya memisahkan diri seperti permintaan Vano, Fajar malah mencium pipi Senja berulang kali di depan kedua jomblo itu sampai membuat pipi Senja memerah.
"Sayang, apaan, sih! Malu sama mereka." Senja menghindar saat Fajar berniat menciumnya lagi.
"Biarin aja. Biar mereka nanti main sama sabun."
Vano mendengus. "Jahat emang lo berdua!"
Fajar akhirnya menarik tangannya yang sedari tadi melingkar di bahu Senja. Dia memberikan sedikit jarak dari istrinya itu agar jiwa jomblo yang bercongkol dalam diri Vano dan Ardian tidak menjerit-jerit. Bisa-bisa mereka pulang-pulang minta kawin jika Fajar dan Senja masih menyuguhkan adegan romantis di depan mereka.
"Lo gak pengap apa dandan kayak gitu?" tanya Senja yang ikut gemas karena Vano masih enggan membuka maskernya.
"Nah, ini musibahnya." Vano membuka maskernya dan memperlihatkan corak polkadot di wajahnya.
Fajar dan Senja langsung melotot terkejut dengan tampilan wajah baru Vano. Sungguh wajah baru Vano membuat mereka pangling dan speechless.
"Kenapa muka lo?" tanya Fajar ikut prihatin.
"Gak tau. Tiba-tiba aja panas terus gatel. Pas gue ngaca, muka gue udah banyak polkadotnya."
"Lo alergi kali," duga Senja.
"Enggak. Orang gue tadi cuma makan nasi sama ayam crispy aja. Selama ini gue makan ayam gapapa tuh. Malah gue sering dapat endors ayam geprek."
"Mungkin lo alergi nasi." Kali ini Fajar yang mengungkapkan dugaannya.
"Terus, selama ini lo pikir gue makan apa, Jar?" kesal Vano.
Fajar, Senja, dan Ardian menahan tawanya melihat wajah frustasi Vano.
"Coba cek ke dokter kulit aja kalau gitu," saran Senja.
"Temenin!"
🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
KEVANO [TERBIT]
Romance( TERSEDIA DI GRAMEDIA ) *Spin Off Antara Fajar Dan Senja "Nggak dapat adiknya, kakaknya juga boleh." Seperti itulah yang terjadi pada Revano Ardianto, sang Youtuber terkenal. Cinta masa remajanya yang bertepuk sebelah tangan pada Keysha membuatnya...