KEVANO - 4

53.9K 10.5K 1.9K
                                    

Keyla menghempaskan punggungnya ke kursi. Hembusan nafas lelah keluar dari hidungnya.

Hari ini Keyla sangat sibuk. Tadi pagi dia menghadiri acara seminar tentang kesehatan kulit lalu dia kembali ke klinik dan dihadapkan oleh para pengunjung yang siap berkonsultasi padanya.

Memang seperti ini keadaan klinik setiap akhir pekan. Jumlah pengunjung untuk perawatan wajah lebih banyak dari pada saat hari biasa.

Sudah sekitar satu tahunan Keyla menjadi dokter kecantikan di sebuah klinik terkenal. Dan akhir pekan selalu menjadi hari berat untuknya karena pengunjung membeludak dari sebelum klinik dibuka sampai klinik hampir tutup. Itu semua karena mayoritas pengunjungnya baru sempat perawatan saat akhir pekan yang mana mereka sedang libur di hari itu.

Mata Keyla melirik kotak roti di depannya. Roti itu dia dapat dari acara seminar tadi.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Keyla meraih kotak roti itu. Dia membukanya dan terlihatlah potongan roti yang tinggal sedikit karena potongan lainnya sudah beralih ke dalam perut Keyla.

Keyla akui roti bantal itu sangat enak padahal dia tidak terlalu suka roti seperti itu. Dia lebih suka black forest atau brownies. Keyla pun sebenarnya tadi tidak berniat memakannya andai perutnya tidak merasa keroncongan di saat pengunjung terus berdatangan untuk konsultasi.

Rasa roti bantal isi coklat lumer itu berbeda dengan roti bantal pada umumnya. Rotinya gurih dan rasa susunya sangat terasa. Keyla belum pernah merasakan roti bantal seperti itu sebelumnya.

Saat pertama kali menggigitnya, Keyla langsung bisa memasukkan roti bantal itu ke dalam list makanan favoritnya karena dia benar-benar ketagihan akan rasanya. Dia berniat membelinya lagi setelah pulang dari klinik.

Keyla mengambil satu potong roti bantal yang tersisa. Dia menggigitnya dan merasakan kelezatan di setiap kunyahannya. Sungguh dia menyesal baru mengetahui roti bantal dengan nama aneh itu.

Sembari mengunyah rotinya, Keyla membaca kotak yang menjadi kemasan roti itu tadi untuk melihat alamat toko roti dan nomor yang bisa dihubungi untuk memesan roti itu lagi.

“Ban-Ban,” gumam Keyla membaca merk toko roti itu.

Dahi Keyla mengernyit saat melihat gambar seorang laki-laki dengan membawa roti di samping merk roti itu tadi. Dari ilustrasinya, gambar laki-laki itu tampak familiar bagi Keyla. Keyla merasa seperti pernah melihat wujud manusia aslinya.

Setelah di lihat dari segala sisi, sekarang Keyla tahu gambar itu mirip siapa.

“Kok gambarnya mirip Vano kupret, ya? Bikin gue gak nafsu makan aja.” Keyla masih menatap kotak roti itu dengan tatapan heran.

“Eh, tapi gak mungkin Vano kupret jualan roti. Kalau jualan ban, gue lebih percaya. Jadi, gapapa lah nanti gue tetap beli aja.”

Apapun yang terjadi Keyla akan tetap membelinya karena dia memang masih menginginkan roti itu untuk cemilannya nanti malam saat me time. Bedanya, dia berniat memesan lewat ojek online andai pemilik roti itu memang benar Vano dari pada dia ke sana sendiri dan berujung bertemu Vano.

Namun, jika mengingat toko roti itu bernama Ban-Ban Keyla merasa sedikit lega. Pasti itu memang bukan toko roti milik Vano dan gambar ilustrasi dalam kemasan roti itu hanya kebetulan saja mirip Vano. Jika toko roti itu milik Vano pasti namanya Van-Van, bukan Ban-Ban. Begitulah kesimpulan yang berhasil otak Keyla cetuskan.

Keyla tersenyum senang setelah meyakinkan dirinya sendiri jika dia tidak akan bertemu Vano lagi. Bertemu laki-laki gila itu cukup membuat kepala Keyla pusing. Apalagi tingkahnya yang menggelikan itu. Ingin sekali Keyla memblokir laki-laki itu dari kehidupannya berharap Vano tidak akan muncul lagi di depannya.

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang