KEVANO - 40

35.3K 7.5K 1.1K
                                    

Keyla mondar mandir dengan gelisah. Jarinya beberapa kali memencet layar ponsel untuk menghubungi seseorang yang entah kenapa tiba-tiba menjadi sok sibuk sampai tidak mengangkat teleponnya. Padahal Keyla sangat membutuhkannya sekarang.

"Nih manusia kampret ke mana, sih," gerutu Keyla kesal.

Karena Vano tidak kunjung mengangkat teleponnya, Keyla beralih menghubungi Ardian berharap laki-laki itu sedang bersama Vano sekarang. Sama seperti Vano, Ardian pun tidak mengangkat telepon Keyla. Entah ke mana anak-anak elang itu menghilang.

Telepon dari mamanya yang memberitahunya jika akan ada makan malam bersama adalah alasan dari kegelisahan Keyla kali ini. Keyla sudah curiga dengan ajakan mamanya yang tiba-tiba, karena keluarganya bukan termasuk keluarga yang suka mengadakan acara di luar hari-hari istimewa. Mereka hanya akan mengadakan acara makan bersama dengan melibatkan Keyla saat ada acara khusus saja. Di luar hari-hari istimewa itu mereka tidak akan memaksa Keyla makan bersama dengan mereka karena mereka sadar jika Keyla sekarang sudah punya tempat tinggal sendiri.

Merasa ada yang mencurigakan, Keyla langsung menghubungi Keysha. Kecurigaannya ternyata benar, kata Keysha orang tua mereka sedang merencanakan pertemuan antara dokter anak teman mamanya dan Keyla.

Keyla sudah pernah bilang jika dia tidak berminat dikenalkan pada dokter itu, tapi mamanya tetap tidak mau mendengarkan keputusannya. Masih dengan embel-embel agar bisa kenal dan menjadi teman, akhirnya mamanya mengadakan acara makan malam untuk mempertemukan Keyla dengan dokter itu.

Keyla menghubungi Vano berharap laki-laki itu bisa membantunya keluar dari situasi seperti ini. Namun, di saat dibutuhkan, Vano malah tidak bisa diandalkan. Padahal Keyla berharap dengan membawa Vano ke acara makan malam kali ini akan membuat mamanya berhenti mendekatkannya dengan anak temannya.

Walaupun Keyla tidak menyukai Vano, tapi lebih baik Keyla pura-pura dekat dengan Vano dari pada dengan dokter yang sama sekali tidak dia kenal.

Bunyi telepon berdering membuat Keyla langsung mengecek ponselnya. Dia berharap itu panggilan dari Vano. Namun, ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Bukan Vano yang meneleponnya, melainkan mamanya.

Keyla menghela nafas lalu mengangkat teleponnya dengan enggan.

"Halo, Ma! Assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Kamu udah siap?" tanya Yulia, mama Keyla dan Keysha.

"Mmm... Ma... Kayaknya aku gak bisa ikut deh. Aku lagi sibuk sekarang," balas Keyla memberi alasan. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menghindari perjodohan berkedok perkenalan setelah tidak mendapat respon dari Vano.

"Nggak usah alasan, Kak. Mama tahu kalau kamu lagi nggak sibuk. Kamu kan nggak suka bawa pekerjaan ke rumah. Pokoknya setengah jam lagi kamu udah harus sampai sini."

"Ma... Kenapa Keyla harus ikut, sih? Keyla makan malam di apartemen aja," rengek Keyla.

"Nggak. Kali ini kamu harus ikut. Memang kamu nggak kangen sama papa - mama?"

"Kangen, tapi--"

"Nggak usah banyak alasan, Kak. Mama tunggu kamu di rumah."

Panggilan terputus sebelum Keyla sempat membalasnya.

Keyla cemberut. Status single-nya sekarang terancam.

Menikah dengan laki-laki berprofesi apapun memang tidak masalah bagi Keyla, tapi dia tidak suka menjalin hubungan atas dasar perjodohan seperti ini. Dia ingin menjalin hubungan dengan seseorang atas keinginannya sendiri. Mengenal seseorang karena rasa penasaran akan terasa lebih menarik dari pada mengenal seseorang karena paksaan.

Melihat tidak ada jalan keluar lagi yang bisa Keyla ambil untuk menghindari acara makan malam, Keyla dengan malas mulai mengganti bajunya dengan gaun seadanya. Dia memoleskan make up natural berharap laki-laki anak teman mamanya itu tidak tertarik padanya.

Penampilan Keyla jauh dari kata 'wah'. Bahkan penampilannya tempo hari saat menjadi partner Vano terasa lebih mendingan dari pada penampilannya yang sekarang. Keyla akan menciptakan first impression yang buruk agar dokter itu ilfeel padanya.

Mobil Keyla melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata. Tidak ada rasa antusias sedikitpun dalam diri Keyla untuk bertemu seseorang yang tidak ingin dia kenali itu.

Keyla paling malas jika harus bertemu dengan orang baru lalu pura-pura bersikap ramah pada mereka karena sebenarnya Keyla bukan termasuk orang yang ramah. Di matanya, semua orang memakai topeng. Keyla baru akan bersikap baik dengan tulus setelah dia cukup lama mengenal orang itu. Itu semua untuk mengantisipasi agar dia tahu seperti apa orang itu dan sikap apa yang harus Keyla tunjukkan padanya.

Setelah menghabiskan waktu di perjalanan lebih lama dari biasanya, Keyla akhirnya sampai di rumah orang tuanya. Dia memarkirkan mobilnya di halaman karena dia berniat langsung pulang setelah makan malam selesai. Keyla sama sekali tidak berminat menginap di saat situasi sedang seperti ini. Malah dia berencana akan menghindari orang tuanya setelah ini.

Langkah Keyla terasa berat. Apalagi saat melihat di halaman sudah terparkir mobil asing yang baru dia lihat wujudnya. Bisa dipastikan tamu orang tuanya sudah sampai.

Keyla rasanya ingin kabur, tapi itu hanya akan menambah masalah saja untuknya.

"Key... Sini, Nak. Akhirnya kamu datang juga."

Suara Yulia menyadarkan Keyla jika dirinya ternyata sudah sampai ruang tengah, tempat di mana meja makan besar di kelilingi orang-orang yang siap memakan hidangan makan malam yang tersaji.

Keyla memaksakan senyum. Sepertinya dia harus meminta diajari Vano cara tersenyum setelah ini, karena laki-laki itu termasuk orang yang gampang tersenyum. Di saat uangnya hilang pun Vano masih bisa tersenyum, lebih tepatnya tersenyum miris.

Keyla mengambil duduk di sebelah Keysha. Di posisinya sekarang dia berhadapan langsung dengan laki-laki asing yang Keyla yakini sebagai dokter yang akan mamanya kenalkan padanya.

Laki-laki itu melempar senyum padanya, tapi Keyla lebih memilih menunduk alih-alih membalas senyumnya.

"Ini Keyla, Ka. Dia anak sulungku," ucap Yulia memperkenalkan Keyla pada keluarga temannya.

Keyla melempar senyum tipis lalu kembali menunduk.

"Key, ini Tante Rika dan Om Yudi. Terus, itu Galih, anak kedua mereka," lanjut Yulia.

Keyla menyalami semua tamunya setelah mendapat kode dari mamanya.

"Keyla ini cantik banget, ya. Hampir mirip sama adiknya," puji Rika kagum.

"Terima kasih, Tante." Keyla tersenyum kaku. Dia berharap senyumnya tidak terlihat aneh.

"Kata Yulia, kamu dokter juga ya, Key? Sama kayak Galih," tanya Yudi.

Keyla mengangguk dengan tersenyum tipis. "Iya, Om. Tapi, saya dokter kulit."

"Pantas aja cantik banget." Rika ikut menyahuti.

"Kita harap kamu sama Galih bisa kenal lebih dekat. Apalagi profesi kalian sama."

Keyla hanya tersenyum saja menanggapi ucapan Yudi. Dia tidak mendengarkan obrolan mereka lagi setelah itu.

Keyla merasa laki-laki di depannya terus menatapnya, membuatnya merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari sana.

Makan malam terasa lebih lama dari biasanya. Karena tidak hanya makan, mereka juga berbincang di sela makan. Hanya Keyla dan Keysha saja yang lebih banyak diam. Sedangkan, orang tuanya sekarang sedang bertanya pada Galih tentang pekerjaan laki-laki itu, yang kadang disahuti orang tua Galih juga.

Seperti rencananya tadi, Keyla langsung pamit pulang tidak lama setelah Galih dan orang tuanya pulang. Bakti sudah memintanya untuk menginap karena tidak tega melihat anaknya pulang malam-malam, tapi Keyla menolak dan tetap berniat pulang ke apartemen.

Mood Keyla sedang buruk sekarang. Dia tidak ingin menjadi semakin kesal jika masih tetap tinggal di rumah orang tuanya karena mereka masih membicarakan tentang Galih. Padahal orangnya saja sudah pergi.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang