KEVANO - 14

41.1K 9.1K 1.1K
                                    

Entah keadaan seperti apa yang tercipta sekarang. Keyla dan Vano berada dalam satu ruangan dan menonton film yang sama. Bedanya Keyla menonton film dengan berdiri, sedangkan Vano menonton film dengan duduk santai layaknya rumah sendiri.

Mata Keyla sedari tadi menatap Vano kesal, sayangnya yang ditatap malah tidak peka.

Apartemen ini atas nama Keyla, tapi yang berkuasa sekarang malah Revano Ardianto. Dia duduk dengan nyaman seperti sedang berada di rumahnya sendiri. Apalagi posisi duduknya yang tepat di tengah sofa panjang itu membuat Keyla sedari tadi tidak bisa duduk. Jika Keyla duduk, bisa dipastikan dia nanti akan berdempetan dengan Vano si kupret. Itulah yang membuat Keyla lebih memilih menonton film dengan berdiri karena hanya sofa panjang itu yang menghadap televisi.

Sebenarnya kedatangan Vano di minggu pagi yang cerah ini sangat tidak diharapkan oleh Keyla. Walaupun wajah Vano sudah tidak polkadot lagi, tapi tetap saja Keyla merasa kesal setiap melihat wajah konyol itu. Ingin sekali Keyla mengusirnya andai tidak mengingat jika Vano baru saja membawakannya roti Ban-Ban. Keyla masih punya akhlak untuk tidak mengusir seseorang setelah orang itu memberikannya makanan.

Yang bisa Keyla lakukan hanya lah mengendalikan emosinya dan berdoa semoga Vano cepat dipanggil Tuhan. Eh, maksudnya cepat dipanggil teman-temannya agar laki-laki itu bisa cepat pergi juga dari apartemen Keyla. Keyla hanya takut tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi yang berujung membuat jiwa bar-barnya yang sudah lama padam kembali berkobar.

“Lo agak ke sana dikit napa, Van! Gue jadi gak bisa duduk kalau lo duduk di tengah-tengah kayak gitu,” perintah Keyla yang mulai jengah. Jika tidak disadarkan, Vano si kupret itu pasti tidak akan peka.

Vano yang sedang fokus menonton drama Korea langsung menoleh. “Duduk aja, Key! Ini masih ada tempat.” Vano melirik sisi di sebelahnya yang sebenarnya memang cukup untuk Keyla duduk, tapi tubuh mereka pasti akan menempel dan Keyla tidak ingin itu terjadi.

“Gak mau! Lo geser dikit sana.” Keyla bersedekap dada. Matanya menatap Vano dengan dahi berkerut tidak suka.

Vano menghela nafas lalu sedikit menggeser duduknya. Mungkin hanya 5 senti.

“Kurang! Geser sampai ujung sana!” perintah Keyla sekali lagi.

Bibir Vano mulai cemberut. Dia sedikit melirik Keyla lagi sampai akhirnya dia menuruti Keyla untuk duduk di sisi ujung sofa sebelah kiri.

Setelah Vano bergeser posisi, Keyla mengambil duduk di sebelah Vano dengan jarak yang cukup lebar. Dia duduk di ujung sofa sebelah kanan.

Mereka berdua mulai meresapi film. Tidak ada yang bersuara selain drama yang sedang berputar di layar.

Walaupun menurut Vano wajah pemain dramanya sama semua, tapi dia tetap menontonnya dan pura-pura suka agar tetap bisa duduk berdekatan dengan Keyla.

“Key, haus,” ucap Vano manja saat merasa tenggorokannya kering. Popcorn rasa caramel yang Keyla buat membuat tenggorokannya cepat haus.

Keyla menoleh dengan tatapan kesal. “Kenapa gak ngomong dari tadi, Naim? Gue baru aja duduk lo udah nyuruh gue berdiri lagi.”

“Siapa Naim? Pemain drama Korea itu?” tanya Vano bingung.

“Bodo ah! Lo dari dulu gak pernah berubah. Masih bego!” Keyla beranjak dari sofa setelah mengucapkan itu. Walaupun dia kesal, tapi dia tetap membuatkan minuman untuk Vano karena Vano memang tamunya.

Keyla berjalan ke dapur dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Vano yang melihat itu pun terkekeh geli. Jarang sekali Keyla menunjukkan sifat menggemaskannya seperti ini. Biasanya dia akan bersikap seperti wanita mandiri yang tidak membutuhkan sosok laki-laki.

Keyla menyambar gelas dengan kasar lalu berniat menuangkan jus jeruk ke dalam gelas andai tidak mendengar suara seseorang dari ruang tengah.

“Bikinin kopi aja, Key. Gue ngantuk sekarang.”

Keyla ternganga mendengar permintaan Vano. Matanya reflek melirik ke jendela kaca apartemennya. Matahari saja baru naik ke atas, tapi Vano sudah mengantuk. Sebenarnya dia manusia atau kelelawar?

“Hmmm,” gumam Keyla malas membalas permintaan Vano.

Seakan belum puas Vano kembali mengeluarkan suaranya lagi. “Kopinya gak pakai sianida loh, Key. Gue alergi sianida soalnya.”

“Lo alergi sianida, tapi pasti lo gak alergi racun tikus kan?” balas Keyla sinis.

Vano tertawa keras. Dia tahu Keyla mulai kesal padahal Keyla memang sudah kesal sejak dia membuka pintu dan mendapati yang datang ternyata Vano.

Keyla membuatkan Vano kopi seperti permintaan laki-laki itu. Setelah kopinya siap dia membawanya ke ruang tengah, tempat dimana Vano menonton drama Korea yang tidak dia mengerti alur ceritanya.

“Nih!” Keyla meletakkan kopinya di meja depan Vano.

Vano tersenyum senang. “Makasih, Key. Lo udah cocok jadi menantu mama gue.”

“Dih!”

Karena tidak punya cemilan untuk disajikan pada tamunya yang tidak diundang itu, Keyla membuka roti Ban-Ban dari Vano dan menyuguhkan roti itu ke hadapan pemilik tokonya.

“Gue gak punya makanan jadi lo makan aja tuh roti lo sendiri.”

Vano tertawa pelan. “Gak usah. Gue kopi aja cukup. Itu gue kasih buat lo jadi gue gak mau minta lagi.”

Keyla mengedikkan bahu lalu memotong roti untuk dirinya sendiri. Jika Vano tidak mau itu lebih baik. Keyla jadi bisa menghabiskan roti itu sendiri.

“Key...” panggil Vano setelah cukup lama terdiam. Dia terdiam bukan karena menghayati dramanya, tapi karena ingin membuat Keyla nyaman akan keberadaannya. Kalau dia masih suka rese seperti waktu SMA dulu bisa saja Keyla semakin ilfeel padanya.

“Hmmm.” Keyla menoleh. Tangannya sibuk menyuapkan potongan roti ke dalam mulutnya.

Melihat itu membuat Vano tersenyum tipis. Dia merasa Keyla sudah mulai bisa menerimanya.

“Makasih lo udah nerima kedatangan gue,” ucap Vano tulus. Jalannya untuk mendapatkan Keyla terasa semakin lebar. Dia yakin dia bisa menaklukkan perempuan bar-bar di sampingnya ini.

“Lo tadi langsung masuk tanpa gue persilahkan kalau lo lupa,” sindir Keyla.

Vano terkekeh. “Seenggaknya lo gak ngusir gue, Key.”

“Gue masih punya adab kali. Gak kayak lo!” Keyla melirik Vano tajam sekilas lalu kembali menonton drama Koreanya. Aktor Korea yang tertampil di layar lebih enak dipandang dari pada wajah Vano.

Obrolan disertai perdebatan kecil dan saling mengolok antara Vano dan Keyla terhenti saat terdengar suara bel. Mereka berdua terdiam seolah suara mereka bisa menimbulkan masalah besar.

Tanpa sadar Keyla menatap Vano, begitupun Vano yang balas menatapnya. Mereka saling menatap bingung.

“Lo ada janji sama seseorang?” tanya Vano.

Keyla tampak berpikir. Beberapa detik kemudian bola matanya melebar saat teringat jika Keysha akan datang ke apartemennya. Ini semua karena Vano! Karena kedatangan Vano dia jadi lupa jika ada janji dengan Keysha.

“Keysha!” gumam Keyla sedikit keras.

🌻🌻🌻

KEVANO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang