Keegoisan Aby

1.7K 78 1
                                    

Papa mendatangi Aby di ruangannya setelah rapat selesai. Aby masih saja canggung bicara dengan papanya.

"Gimana hubungan kamu sama Anta?" Tanya papa.
"Sejauh ini baik-baik" jawab Aby singkat.
"Belum ada tanda-tanda cucu nih?" Tanya papa lagi.
"Saya rasa itu bukan urusan yang bisa saya bahas dengan papa."

" Papa tau papa banyak salah sama Aby. Papa yang buat Aby menjadi wanita yang dingin dan keras hati. Apa yang harus papa lakukan supaya kamu kembali jadi anak papa yang selalu manja sama papa?"

"Tinggalin wanita itu. Bisa?" Jawab Aby dingin.

"Aby,papa mohon maaf. Papa mencintai wanita itu. Dia cinta pertama dan terakhir papa."

"Kalo gitu jangan berharap apa-apa sama Aby. Papa hanya status papa di hidup saya."

"By, jangan hukum papa seperti itu,nak. Sampai mati pun kamu tetap anak papa."

"Iya hanya status. Sampai mati pun status kita hanya papa dan anak. Jangan berharap lebih dari status itu kalo papa gak bisa turutin keinginan saya."

"Permintaan kamu berat untuk papa"

"Sama. Permintaan papa pun berat untuk saya. Papa tidak peduli panggilan saya setelah putusan cerai. Yang papa lihat hanya keluarga baru papa. Gimana sakitnya hati saya papa memeluk dan menggendong anak papa dari wanita itu. Tanpa pedulikan saya. Papa gak pernah lihat,saya menangis sendiri melihat mama menangisi kepergian papa. Saya melihat sendiri mama menangis saat tak bisa menghubungi papa saat saya sakit. Gimana ketakutan mama melihat saya terbaring di rumah sakit karena saya merindukan papa saya. Disaat saya butuh kehadiran papa saya, orang itu tidak pernah ada. Tujuh tahun...ya tujuh tahun seorang papa tidak pernah ada untuk saya. Yang ada hanya uang yang selalu mengalir. Saya tidak butuh itu." Ucap Aby dingin.
"Lalu papa datang seolah tidak pernah terjadi apa-apa selama tujuh tahun. Apa yang papa harapkan? Berharap aku bisa menjadi anak yang seperti dulu, yang mengidolakan papanya lebih dari apapun? Nggak..itu tidak mungkin terjadi. Papa menjadi orang asing bagi saya. Bukan lagi sosok papa yang saya banggakan."

Papa terhenyak ditempatnya. Ini pertama kali mendengarkan Aby menumpahkan seluruh isi hatinya. Papa menyadari telah melukai putrinya begitu dalam. Ia pun meneteskan air mata.

"Saya harap ini jadi pembicaraan kita yang terakhir tentang ini. Kita bisa bicarakan ini lagi jika papa sudah siap memenuhi keinginan saya. Saya  minta papa tinggalkan wanita itu dan kembali ke mama. Temani hari tua mama. Maafkan keegoisan saya. Ini saatnya saya bersikap egois.

"Maafin papa Aby" Isak papa.
"Saya masih ada kerjaan. Kalo sudah tidak ada yang dibicarakan, saya mau kembali bekerja." Usir Aby halus.

Papa meninggalkan Aby. Aby pun terduduk lemas di kursinya. Ia sudah keluarkan semua isi hatinya pada orangnya langsung. Ia pun terisak.

Anta menelfonnya. Aby mengangkatnya.
"Aby,kamu lunch sama papa?" Tanya Anta. Tadi Anta menghubungi Tyo dan Tyo bilang pak Rafael lagi diruangan istrinya.
"Anta...aku butuh kamu" Isak Aby.
"Kamu kenapa,Aby? Aby jangan matikan telponnya. Aku kesana." Kata Anta khawatir. Aby menceritakan semua pada Anta ditelpon. Anta sengaja naik ojek dekat RS biar bisa cepat sampai di kantor Aby.

Aby langsung memeluk Anta. Ia menangis di pelukan suaminya. Anta menggiring Aby ke sofa. Membiarkan istrinya puas menangis. Setelah istrinya tenang, Anta mengambilkan minum untuk Aby.
Aby masih terdiam di sofa dengan pikirannya.
"Apa aku salah untuk bersikap egois,Ta?" Renung Aby.
"Aku ga bisa menyalahkan keegoisan kamu By. Dan aku juga ga bisa membenarkannya."
"Lalu aku harus apa?"
"Aku belum hadir di kehidupan kamu waktu semua yang menyakitimu terjadi. Kalau aku bilang hentikan permintaan egois kamu,aku merasa bersalah karena kamu yang sudah mengalami itu semua. Kalo aku bilang lanjutkan permintaan kamu,aku merasa jadi suami yang mendukung istrinya yang bertindak egois. Lagian kalo aku minta hentikan ini semua,kamu mau menurutinya dengan ikhlas dan melupakan semua sakit yang kamu rasakan? Aku yang merasa egois kalo minta kamu ngelakuin itu." Aby mencerna perkataan Anta.
"Kalo aku boleh egois, aku minta kamu lupain semua. Buang semua sakit hatimu. Mulai semua dari bawah sama aku. Aku akan buat kamu lupa akan sakit hatimu."
"Aku gak tau,Ta. Aku bingung harus gimana."
"Kamu minta papa untuk tinggalin wanita itu,itu sulit buat papamu,By."

"Tapi papa tinggalin mama dan aku gitu aja. Artinya tidak ada cinta untuk aku dan mama. Papa bisa egois demi cintanya. Sekarang aku mau egois. Aku mau lihat seberapa papa mencintai aku. Walau aku pesimis papa mencintai aku. Kalo papa mencintai aku,dulu dia nggak akan ninggalin aku. Sekarang ngapain papa ngemis-ngemis minta hubungan papa dan anak yang saling cinta?" Isak Aby.

"Papa mencintai kamu,Aby. Aku yakin papa sangat mencintai kamu. Kalo dia dulu memilih meninggalkan kamu,aku rasa karena dia mencintai secara dewasa wanita itu. Hubungan cinta anak dan orang tua tidak pernah mati,By. Aku yakin dilubuk hatimu paling dalam kamu masih amat sangat mencintai papamu."

"Papa nggak pernah mencintai mama. Lalu aku hadir atas dasar apa? Atas dasar nafsu? Atas dasar kebutuhan sex? Atas dasar hak dan kewajiban suami istri?" Renung Aby

" Aku yakin papa pernah mencintai mamamu. Hanya tidak sebesar cintanya pada wanita itu. Kamu ingat lagi jaman kamu kecil. Apa papa pernah menyakiti mama? Apa papa pernah tidak menyayangi mama dan kamu? Yang aku tau pernikahan mereka dijodohkan. Orang yang tidak saling kenal. Tapi aku yakin cinta tumbuh diantara mereka. Kalau tidak, bagaimana mama bisa sangat mencintai papa? Pasti papa dulu orang yang penuh cinta ke mama. Makanya mama bisa mencintai papamu begitu dalam"

"Apa kita akan begitu nanti,Ta? Kamu akan ninggalin aku kalo kamu ketemu cinta yang lebih besar? Aku ga mau punya anak kalo nantinya dia akan mengalami hal seperti aku."

"Aku bukan papamu. Prinsip ku lain dengan papa. Prinsip ku menikah sekali untuk seumur hidup. Ibu mengajarkan aku untuk menjadi pria yang bertanggung jawab dengan pilihan hidupku. Waktu aku minta ijin nikah sama kamu, ibu sempat menentangku. Ibu memang memintaku segera menikah,tapi bukan pernikahan buru-buru begini. Ditambah kita belum saling kenal. Aku belum tau sifat-sifatmu dengan baik. Ibu nggak mau aku pisah ditengah jalan karena tau kejelekan masing-masing ditengah jalan. Apalagi kamu anak orang kaya. Ibu sempat mengira aku mau menikahimu karena kamu orang kaya. Ibu sampai nangis, dikira aku jual diri ke kamu. Ibu bilang,lebih baik kita hidup sederhana daripada aku menikah karena mengincar hartamu. Tapi aku meyakinkan ibu. Bukan itu alasan aku menikahimu. Aku ingin menikahimu karena aku ingin. Karena aku ingin kamu yang menjadi istri aku. Aku ingin jadi pria yang menopang kelemahan kamu. Aku memang nggak pernah tau power apa yang kamu miliki. Yang aku tau hanya kelemahan kamu. Saat kamu ketakutan di pesawat, saat kamu ketakutan melihat kondisi mama. Kamu menangis di pelukan aku rasanya memang pas kamu menjadikan dadaku sebagai sandaran. Aku ceritain semua ke ibu apa yang aku rasain. Ibu hanya meminta aku bertanggung jawab dengan apa yang aku putuskan."

"Kenapa aku?"
"Aku nggak tau saat itu apa alasannya. Aku belum pernah merasa begitu yakin untuk urusan perasaan. Banyak wanita menawarkan aku pernikahan. Dari yang aku kenal sampai yang tidak aku kenal sekalipun pernah akan menawarkan hubungan denganku. Tapi aku tidak pernah menanggapi. Baru dan memang cuma kamu yang bisa buatku begitu."

"Sama seperti waktu aku memilih kedokteran. Ibu hanya seorang ibu tunggal yang harus membiayai aku hanya dari hasil jualan warung sederhana disamping RS. Sekolahpun aku hanya mengandalkan beasiswa. Di warung aku sering dengar cerita tentang kedokteran dari orang yang makan disana. Aku tertarik kedokteran. Ibu pun sempat menentang karena masalah biaya. Kuliah kedokteran biayanya mahal. Tapi lagi aku yakinkan ibu,aku bisa. Aku buktikan dengan beasiswa kedokteran yang aku dapatkan. Sampai aku dapat gelar spesialis. Aku buktikan ke ibu,aku bertanggung jawab dengan apa yang menjadi pilihanku."

"Jadi aku pun akan bertanggung jawab karena sudah memilih nikah dengan kamu. Aku mencintai kamu,Abigail Karenina."

"Aku...aku.."

"Nggak usah kamu ucapkan kalo susah. Aku sudah yakin kamu punya rasa yang sama denganku. Itu cukup buat aku."
Anta memeluk Aby erat.

"Jangan sampai masa lalu menghalangi kebahagiaan masa depan kamu. Masa lalu biarlah jadi kenangan. Tutup rapat-rapat masa lalu kamu. Buang sakit hati kamu. Aku akan gantikan dengan masa depan yang penuh kebahagiaan. Sampai kamu nggak ada waktu untuk mengingat masa lalu kamu."

"Aku bisa lupa kalo aku nggak ketemu papa. Setiap lihat papa,rasa sakit itu muncul."

"Kamu nggak akan bisa lepas dari papa selama kamu masih di perusahaan ini. Kalo kamu belum lupa,perusahaan ini masih punya papa."

"Pikirkan baik-baik apa yang kamu inginkan. Aku akan selalu mendukung kamu." Lanjut Anta.

"Kalo aku tinggalin perusahaan ini, kamu siap nanggung aku dan mama?"

"Mama,kamu dan anak-anak kita akan menjadi tanggunganku sepenuhnya. Asal mau hidup sederhana bersamaku."

"Aku mau. Asal bersama kamu." Ucap Aby.

****

Love You and Always Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang