Bab 32

22.3K 995 35
                                    

Dengerin lagu diatas mood banget, masuk ke adegan flashback Viya kecil😩

13 tahun lalu........


Disebuah taman terlihat sepasang adik kakak sedang bermain, lebih tepatnya seorang kakak laki laki menjaga adiknya yang asik bermain disana, mereka adalah Devian dan Viya kecil yang umurnya sekitar 3 tahun.

"Viya, jangan lari lari nanti kamu jatuh." Benar saja ucapannya, Viya kecil yang sedang mengejar sebuah bola menggelinding tiba tiba saja tersandung oleh batu.

Devian mendekati Viya yang terjatuh dan menangis.

"Kan kamu jadi jatuh, mana lutut kamu jadi berdarah ." Devian mengangkat tubuh Viya, membawanya ke kursi yang berada dibawah pohon.

"Kakak ini sakit hiks..hikss.." ujar Viya dengan suara khas anak kecil sambil menangis.

"Suuttsss jangan nangis yah, tadi kan kakak udah bilang, kamu jangan lari lari. Kamu tunggu sini, kakak mau beli plester buat kamu." Saat Devian hendak berdiri, Viya kecil segera memegang tangannya.

"Aku mau ikut." Viya mengangkat kedua tangan, mengisyaratkan bahwa ia ingin di gendong oleh Devian.

"Oke, kamu ikut sama kakak tapi janji jangan nangis." Viya mengangguk dan benar saja, ia menghentikan tangisannya seraya menahan sedikit rasa sakit pada lututnya.

Devian mengerti akan kemauan adiknya, ia pun menggendong Viya kecil dibelakang punggungnya dan mencari warung disekitar taman.

Ketika menemukan warung kecil, Devian segera membeli pleset dan satu air mineral untuk membersihkan serta menutupi luka dilutut Viya.

Mereka mencari tempat duduk lagi, setelah menemukannya Devian pun mendudukan Viya dikursi sedangkan Devian berjongkok dihadapan Viya.

"Kalo ini sakit tahan sebentar yah." Viya kecil menganggukkan kepala, melihat itu Devian tersenyum lembut.

Devian membuka kemasan air mineral kemudian menyiram sedikit pada lutut adiknya membuat Viya meringis pelan karna perih, setelah itu Devian menempelkan pleser ada lutut Viya.

"Pinter adik kakak ga nangis." Devian duduk disamping Viya sambil mengelus puncak kepala Viya.

"Kan aku perempuan jago!" Devian terkekeh mendengar celotehan lucu dan cadel adiknya.

"Kamu emang jagoan buat kakak! Perempuan paling cantik,paling gemesin dan paling pintar!" Viya mengangguk begitu lucu membuat Devian begitu gemas.

"Pulang yuk, sudah sore. Viya sudah puas main kan? Kakak juga capek abis main bola sama temen temen."

"Ayo! Aku lapar, mau makan." Viya tersenyum menunjukkan gigi kelincinya seraya meminta Devian untuk menurunkan dari kursi.

Devian pun membantu Viya turun kemudian mereka berdua berjalan saling berpegangan meninggalkan taman, sesekali Devian mengusili Viya membuatnya tertawa.

Sampai ketika mereka hendak menyebrangi jalan raya, Devian sudah melihat kanan kiri memastikan kendaaran tidak ada yang melintas tapi hanya beberapa yang berlalu lalang dengan kecepatan pelan.

Sampai ketika mereka menyebrang dan hampir sampai dipinggir jalan, tiba tiba ada sebuah mobil dari arah sebelah kanan melaju begitu cepat.

"Kak Devian, cepat ada mobil melaju!" Devian segera mempercepat langkahnya dan berhasil ia telah berada di pinggir jalan namun saat itu juga mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi,malah terlihat seperti hilang kendali, membelokan setir pada Devian dan Viya.

Marriage (Not) Perfect | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang