"Ehh, aduh."
"Pulang." Mendengar siapa yang berbicara Viya mendongak menatap orang itu ternyata adalah Edo.
"Kak Edo udah selesai meetingnya?" Tanya Viya, belum menyadari suara Edo yang terdengar dingin dan juga raut wajahnya yang terlihat menahan marah.
"Kalian saling kenal?" Tanya Leo heran.
"Hm anu kita-"
"Jelas saja, kami sepasang suami istri." Perkataan Edo barusan membuat Viya gelagapan lalu menatap Leo gugup.
Leo sendiri yang mendengar pernyataan Edo terlihat kaget, ia menatap Viya dengan tatapan bertanya.
"Ka-" belum sempat mengatakan sesuatu Edo menarik kasar tangan Viya.
"Kak Leo tolong jangan sampai Tama tau!" Teriak Viya saat Edo terus saja menarik tangannya.
"Kak Edo jalannya pelan pelan," ujar Viya sambil berusaha menyeimbangi langkah suaminya, tetapi Edo tidak mendengarkan ucapan Viya.
"Kak, tangan aku sakit." Lagi, Edo tak menghiraukan ucapan Viya dan terus menariknya sampai mereka berdua masuk kedalam mobil.
"Kenapa si gajelas banget," kesal Viya kepada Edo sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah.
Edo memutar tubuh, menghadap kearah Viya.
"Jangan dekat dekat dengan pria lain!" Bentak Edo.
"Lho kenapa? Aku kenal sama kak Leo dia baik, kenapa aku harus jauh dari dia?" Tanya Viya heran.
"Aku tidak suka melihat kamu dengan pria lain! Apa itu tadi? Berpelukan dengan pria lain huh?!"
"Apasih, masalah sepele kenapa kamu besar besarin? Apa ga bisa bicara baik baik tanpa perlu narik tangan aku seperti tadi! Lagi pula perlu kamu tahu, aku lebih dulu kenal kak Leo dibanding kamu!" Kesal Viya, ia begitu jengkel dengan kelakuan Edo yang terlihat sangat aneh.
"Kamu!-" Edo tak melanjutkan perkataannya, ia memutar tubuh kembali menghadap kemudi, menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Viya merasa takut dengan aura Edo yang seperti ini, seperti orang kesetanan apalagi saat ini Edo tengah menyetir mobil dengan kecepatan penuh.
"Ka-kak Edo pelan pelan bawa mobilnya." Edo tak menghiraukan ucapan Viya, ia malah makin mempercepat laju mobilnya membuat Viya ketakutan setengah mati.
"K-kak aku takut," cicit Viya sambil berusaha menyentuh pelan lengan Edo tapi malah ditepis kasar oleh sang empu.
Viya benar benar ketakutan, ia menangis mencengkram erat seat belt nya dan memandang kedepan dengan perasaan takut yang luar biasa.
Edo yang berada disamping Viya benar benar terlihat sangat berbeda dari biasanya. Raut wajah yang mengeras menahan emosi serta sikap kasarnya.
Beberapa kali Edo mengklakson kendaraan yang menurut ia menghalangi jalannya dan beberapa kali juga ia menyalip kendaraan lain.
Edo mengklakson tak sabaran saat ia sudah berada didepan gerbang mansionnya, begitu gerbang mansion terbuka ia langsung masuk dan memberhentikan mobilnya tepat didepan pintu masuk utama.
Merasakan mobil sudah benar benar berhenti Viya menghapus air matanya kemudian melepas kasar seat beltnya.
"Dasar brengsek," gumam Viya pelan sebelum membuka pintu mobil dan keluar lalu membanting pintunya.
Viya berjalan cepat menuju dapur yang sepi lalu duduk kursi pantry dan menengelamkan wajahnya ditangan yang dilipat diatas meja.
Viya menangis, merasa sesak dengan perlakuan Edo seperti itu. Ia mengelus perutnya sambil bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage (Not) Perfect | END
RomanceEdo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat itu juga kekasihnya lebih memilih pergi meninggalkan dirinya dan lebih memilih kembali bersama pria...