Viya terbangun dari tidur ketika matahari menampakan diri dari jendela. Sudah berapa lama ia tertidur setelah habis menangis? Ia sendiri tidak tahu, seingatnya ia menangis sedari kemarin siang sampai larut malam.
Kemarin yang ia lakukan hanyalah mengunci diri dikamar, menangis. Ia tidak berselera untuk melakukan apapun, tapi ketika bi Minah datang mengantarkan makan malam ia terpaksa harus memakannya walau sedikit, karna ia sendiri sadar ia tidak boleh egois akan bayinya yang butuh asupan lewat dirinya.
Lalu setelah makan malam ia kembali teringat dengan kejadian siang hal itu membuatmya kembali menangis sampai ia larut tidur karna lelah.
Viya bangkit dari tidur, berusaha duduk ditepi ranjang dengan kepala yang pusing luar biasa.
Ia menyalakan ponsel melihat jam berapa sekarang, disana menunjukkan waktu hampir jam dua belas siang, serta disana terlihat ada beberapa notifikasi panggilan tak terjawab.
Menaruh kembali ponselnya, ia segera bergegas kearah kamar mandi hendak membersihkan diri. Viya berjalan sempoyongan, berusaha mengimbangi langkah karna pusing dikepalanya.
Setelah selesai akan urusan membersihkan diri ia keluar dari dalam kamar masih dengan kepala pusing, berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perut yang lapar sedari tadi.
"Neng Viya baik baik saja?" Tanya bi Minah ketika melihat nona mudanya baru saja keluar dari dalam kamar dan sekarang sedang mendudukan diri di kursi makan dengan sepiring nasi dihadapannya.
"Iya bi aku baik baik saja."
"Tapi wajah neng Viya pucat sekali, apa mau kedokter? Bibi takut terjadi sesuatu sama neng Viya, apalagi tadi pagi neng Viya sama sekali tidak memakan sarapan," ujar bi Minah khawatir.
"Gapapa kok bi. Aku bangun kesiangan makanya ga sarapan," jawab Viya menyakinkan lalu menyantap makanannya.
"Yaudah neng kalo gitu bibi ijin mau bersih bersih halaman." Viya mengangguk seraya tersenyum, ia pun melanjutkan makan lagi sampai beberapa menit kemudian ia telah selesai dengan makannya.
Ketika ia handak berjalan untuk mencuci piring tiba tiba saja seorang maid yang umurnya terlihat lebih muda dari bi Minah mendatangi dirinya.
"Nona Viya, ada seseorang yang menunggu diruang tamu."
"Siapa bi? Aku gapunya janji deh perasaan."
"Maaf, saya kurang tahu non."
"Yaudah bi, makasih yah." Maid itu menganggukkan kepala, kemudian berlalu dari hadapan Viya.
Viya berjalan menuju wastafel, meletakkan piring bekas ia makan lalu berjalan menuju ruang tamu, menemui seorang tamu yang sedang menunggu.
Viya telah sampai diruang tamu, namun disana tidak ada siapa siapa. Ia mencari dan ternyata orang tersebut sedang berdiri didekat kolam renang.
Ia mendekati orang tersebut dan semakin mendekat ia makin mengenali siapa yang sedang berdiri.
"Kak Tasya?" Tasya membalikan tubuh menghadap Viya serta menatap Viya sinis.
"Ada perlu apa kak Tasya datang kesini?" Tanya Viya heran.
"Tempat yang lo tinggalin gede juga yah," ujar Tasya sambil memperhatikan sekeliling mansion.
"Kak-"
"Udah tau kan kenapa selama ini gue ga suka kehadiran lo?" Ujar Tasya langsung pada inti pembicaraan.
"Kak please aku gamau bahas hal itu," ujar Viya memohon.
"Kenapa? Karna lo gamau terima kalo lo itu anak dari seorang pelacur!" Tasya mendekati Viya serta menatapnya tajam.
"Stop! Aku tau aku bukan anak kandung dari mamah tapi please jangan menyebut ibu kandung aku sebagai seorang pelacur! Aku percaya dia tidak seperti itu. Aku mohon jika tidak ada sesuatu yang penting silahkan pergi."
"Lo perlu tau! Kedatangan lo dari lo kecil udah bikin gue benci sama lo! Lo perebut semuanya, lo udah ngambil semua kasih sayang papah dan Devian dari gue, lalu lo juga yang udah membuat Devian meninggal!"
"Aku ga pernah sedikitpun merebut kasih sayang mereka dari kak Tasya. Dan juga harus berapa kali aku jelaskan ke kalian semua bahwa bukan aku yang jadi penyebab meninggalnya kak Devian! Itu semua murni karna kecelakaan!"
Entah kenapa tiba tiba saja air matanya mengalir ketika masalah Devian selalu diungkit serta ia kembali teringat tentang kejadian kemarin,dimana ia baru mengetahui fakta jika ia ternyata hanyalah anak dari selingkuhan ayahnya.
"Apa yang kakak mau? Aku lelah terus menerus mengalah, terus menerus di salahkan sama kak Tasya juga mamah," tanya Viya lelah dengan suara serak.
"Mau gue? Lo jangan pernah sekali kali nampakkin diri lo lagi dirumah! Dan oh ya, masih ingat kan ucapan gue waktu awal pernikahan lo? Gue gaakan bikin kehidupan pernikahan lo tenang, gue bakal bikin lo ngerasain gimana rasanya kehilangan kasih sayang dari pria yang lo sayangi!"
"Silahkan! lakukan jika itu berhasil,aku yakin kak Edo gaakan pernah tertarik sedikitpun sama kak Tasya. Dan kali ini aku gaakan tinggal diam saja ketika kakak berusaha merebut apa yang aku punya seperti sebelum sebelumnya!"
"Hahaha lo mau ngelawan gue? Liat aja ga lama lagi lo bakal pisah sama Edo ketika anak lo lahir! Atau mungkin anak yang lo kandung sebenarnya bukan anak Edo?"
"Aku bukan wanita murahan! Ka Tasya pikir aku wanita yang dengan gampangnya menyerahkan tubuh pada pria? Jelas saja tidak!"
"Gaada wanita yang hamil diluar nikah selain wanita murahan kaya lo gini! Oh atau mungkin sifat seorang jalang dari ibu kandung lo udah menurun ke lo? Pantas saja tidak heran." Tasya menatap Viya dari atas sampai bawah dengan pandangan merendahkan.
"Kalau memang ka Tasya menyebut aku seperti itu bukankah berarti kita sama? secarakak Tasya menunjukkan diri ingin menjadi perusak rumah tangga adiknys sendiri? Apa serendah itu?" Ujar Viya semakin menantang amarah Tasya.
Tasya marah ketika mendengar hal tersebut,membuat ia maju hendak menampar Viya namun Viya dengan cepat segera menghindari tamparan itu tapi sepertinya nasib buruk selalu berpihak pada Viya.
Kaki Viya tergelincir pada pinggir kolam renang yang licin membuatnya terjatuh kedalam kolam, dimana tinggi air itu bisa diperkirakan setinggi hidungnya apalagi ia tidak bisa berenang membuatnya sangat panik.
"TO-TOLONG!" Teriak Viya terbata bata karna kesusahan untuk menghirup udara.
Ia tidak bisa menampakan kakinya pada lantai kolam karna rasa panik yang meliputi dirinya.
Sedangkan Tasya melihat itu semua hanya diam saja tanpa niat membantu Viya, ia malah berfikir jika Viya hanya berpura pura saja.
"K-KAK TA-TASYA T-TO-" ujar Viya berusaha meminta tolong, namun Tasya malah menatapnya sinis dan enggan membantu sama sekali.
Cukup lama Viya didalam sana meminta tolong, ia sudah berteriak tetapi tidak ada satupun orang datang menyelamatkannya.
"To-tolong! Ak-aku-" Viya sudah tidak sanggup untuk teriak meminta tolong pada siapapun karna napasnya semakin lama semakin menipis serta banyak air kolam yang tertelan membuat ia sangat lemas dan hampir menutup mata.
Percuma ketika ia berteriak meminta tolong pada siapapun tapi tidak ada yang mendengarkannya, apalagi ia berusaha untuk meminta tolong pada Tasya, namun apa yang dilakukan Tasya malah benar benar tidak peduli, seakan akan apa yang terjadi pada Viya hanyalah akal akalan Viya saja.
Kini, Viya hanya berharap entah pada siapa saat napasnya hampir habis serta kakinya keram pada saat yang bersamaan.
TBC.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
THANK YOU!!!
Instagram : @irviyantii
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage (Not) Perfect | END
RomansaEdo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat itu juga kekasihnya lebih memilih pergi meninggalkan dirinya dan lebih memilih kembali bersama pria...