Sudah tiga hari mereka tidak bersama karna jarak mereka sangat jauh satu sama lain. Edo berada di Jerman sedangkan Viya berada diIndonesia dan selama itu pula Viya sama sekali tidak mengangkat semua panggilan masuk dari Edo berulang kali dan pesan yang Edo kirimkan hanya ia baca tanpa ia balas.
Ia begitu bukan karna masih marah dengan Edo, ia sudah tidak marah sama sekali namun ia hanya ingin sendiri dahulu tanpa gangguan Edo, entah dari suara atau kehadirannya.
Viya sedang membaca sebuah novel dibalkon kamar sambil menikmati segelas susu yang ia buat serta beberapa cemilan.
Saat tengah santai, tiba tiba ada sebuah panggilan masuk dan lagi lagi itu dari Edo,Viya hanya melihat sebentar kemudian fokus kembali pada novel yang ia pegang.
Ketika sedang membaca novel, tiba tiba ia teringat salah satu novel favorit miliknya berada dirumah lama. Sudah lama ia tidak berkunjung kesana, ia merindukan suasana rumahnya itu.
Dengan pemikiran matang, Viya berniat untuk mengunjungi rumahnya serta mengambil novel favorit miliknya yang tertinggal. Ia segera meneguk habis susu lalu merapihkan meja balkon hendak membawa gelas kotor itu kedapur, namun ketika ia baru saja membuka pintu disana terlihat ada bi Minah baru saja merapihkan ruangan disebelah kamar miliknya.
"Eh neng biar bibi aja yang bawa gelas ke dapur, sekalian bibi mau kebawah." Bi Minah mendekati Viya kemudian mengambil alih gelas itu.
"Biar aku aja bi sini, dapurnya deket kok."
"Udah gapapa biar bibi aja, neng kan lagi hamil jangan kecapean atuh."
"Ehmm yaudah deh bi, bener ga ngerepotin?" Tanya Viya tidak enak.
"Santai aja kali neng Viya, kaya sama siapa aja."
"Yaudah bi, makasih yah. Aku juga mau ganti baju soalnya mau ke rumah papah."
"Okee deh neng." Bi Minah pun pergi dari hadapan Viya, kemudian Viya masuk kembali kedalam kamar untuk bersiap siap.
Tak butuh waktu lama, Viya sudah rapih dengan baju simpel kemudian ia turun kelantai bawah, menemui pak Romy untuk mengantarnya.
"Pak Romy saya ganggu bapak ga?" Tanya Viya sopan pada Romy yang sedang mengelap salah satu mobil milik Edo.
"Eh engga neng, neng butuh sesuatu?"
"Tolong antarin saya ya pak kerumah papah, saya mau ngambil beberapa barang disana."
"Okehhh! Siap antar neng Viya!" Sahut Romy dengan nada riang serta pose seperti orang hormat dan hal itu membuat Viya terkekeh.
Kini Viya sedang dalam perjalanan menuju kerumah sebelum ia menempati mansion Edo. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar satu jam, kini Viya sudah berada dihalaman rumah.
Ia keluar dari dalam mobil lalu berjalan menuju pintu namun belum saja ia membuka pintu, dari luar terdengar suara seperti orang ribut.
Viya berjalan semakin mendekat kearah pintu yang tertutup dan yang membuatnya sedikit heran mengapa dalam perdebatan itu terdengar ada namanya disebut.
"Minta saja suntikan dana dari suami anakmu yang kaya itu!"
"Tidak! Kau gila!"
"Apa salahnya meminta suntikan dana dari suaminya yang kaya? Apa kau mau jika nantinya kita jatuh miskin? Aku sangat tidak mau!"
"Jangan pernah melibatkan Viya dalam hal apapun Samara! Jangan melibatkan Viya sedikitpun dengan masalah perusahaanku saat ini."
"Anakmu dengan selingkuhanmu itu memang tidak berguna dari dulu! Selalu menyusahkan! Bahkan sampai membuat Devian, anakku meninggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage (Not) Perfect | END
RomanceEdo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat itu juga kekasihnya lebih memilih pergi meninggalkan dirinya dan lebih memilih kembali bersama pria...