Bab 25

22.4K 1K 26
                                    

Sudah tiga hari hubungan Edo dan Viya terasa jauh, selama itu diantara mereka saling diam satu sama lain lebih tepatnya Viya yang selalu menghindari diri dari Edo.

Saat pagi Viya selalu bangun lebih dahulu atau sengaja bangun lebih lama dari pada Edo dan ketika Edo pulang kerja Viya pasti selalu bersembunyi di dalam ruang baca yang sengaja ia kunci agar Edo tidak bisa masuk atau ia  sengaja tidur duluan.

Seperti saat ini, Edo sengaja pulang diwaktu jam makan siang agar bisa berbicara dengan Viya namun lagi lagi istrinya menghindari dirinya.

"Vi aku ingin kita bicara sebentar saja," Edo berusaha mengikuti langkah Viya yang akan kembali keruang baca untuk menyelesaikan tugas sekolah.

"Ga bisa, aku banyak tugas sekolah." Viya hendak menutup pintu namun dengan cepat Edo segera menahannya.

"Kalau gitu beri aku 5 menit saja, aku mau bicara sama kamu."

"Gabis-"

"Please," mohon Edo dengan wajah memelas membuat Viya mengehela napas kesal kemudian membuka pintu dan berdiri dihadapan Edo dengan tatapan yang sama sekali tidak menatap wajah Edo.

"Tatap aku sebentar saja Vi."

"Tugas aku banyak kak, cepat mau ngomong apa."

"Sebanyak apa tugas sekolah kamu  sampai dengerin omongan aku beberapa menit saja tidak bisa?" Ucap Edo terdengar seperti orang frustasi.

Viya lagi lagi menghela nafas dan berniat untuk pergi dari hadapan Edo tapi dengan cepat, Edo segera menahan dan memegang kedua bahunya.

"Vi aku tahu kamu marah sama aku tapi aku mohon jangan begini caranya. Kamu boleh mukul aku, teriak didepan wajahku atau maki maki aku, tapi aku mohon jangan dengan menghindar seperti ini, dimana kamu sama sekali tidak mau bicara denganku," ujar Edo dengan suara benar benar terdengar putus asa.

Sejujurnya Edo lebih baik Viya marah atau memaki dengan kata kata  kasar dari pada seperti ini yang selalu berusaha menghindarinya.

Kali ini Viya menatap mata Edo, melihat raut wajah Edo yang benar benar kusut dan terlihat sekali lelah dengan masalah ini.

"Siapa yang ngehindar, gaada."

"Kamu jelas selalu ngehindar dari aku selama beberapa hari ini, berbicara juga jika aku bertanya selebihnya kamu benar benar diam."

"Gausah basa basi cepetan, aku masih ada tugas yang harus dikerjain." Edo mengehela nafas lelah dan emosi yang ia tahan.

"Aku tahu aku salah, aku bodoh ninggalin kamu gitu aja waktu pesta. Tapi serius Vi bukan berarti karna kamu tidak penting, kamu berharga buat aku."

"Terserah mau aku penting atau engga buat kamu tapi setidaknya lain kali lebih mikirin anak kita. Udah kan itu doang yang mau kamu omongin?" Viya segera melepaskan tangan Edo yang berada dibahunya dan segera masuk kedalam ruang baca kemudian dengan cepat menguncinya.

"Vi! Kumohon buka pintunya!" Ujar Edo frustasi dan juga kesal dengan sikap Viya.

Ia terus mengetuk pintu dihadapanya, berharap Viya mau membuka pintu namun yang ia dapatkan malah sama sekali tidak ada sahutan dari dalam.

"Oke! Ini kan yang kamu mau? Menghindar dari aku? Aku lelah Vi untuk menjelaskannya pada kamu! Kamu selalu saja menghindar dan sama sekali tidak ingin mendengar penjelasan aku! Terlalu kekanak kanakan!" Usai mengucapakn kalimat kekesalannga, Edo segera pergi dari sana dengan emosi yang menguap begitu saja.

Ia berjalan menuju dapur dan ketika ia melihat bi Minah ia segera memanggilnya.

"Tolong ingatkan Viya untuk makan dan meminum susunya, jangan sampai itu terlewatkan."

Marriage (Not) Perfect | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang