Bab 4

46.6K 2K 27
                                    

Hikss... hikss...hiks....

Suara tangisan terdengar di pojok sebuah ruangan, tangis dengan penuh kepiluan. Tak terhitung sudah berapa lama ia menangisi keadaannya yang sangat mengenaskan.

Ia memandang benci seorang pria yang tengah terlelap dengan tenang setelah mengambil paksa kehormatannya.

Viya berdiri sambil meringis merasakan sakit pada area kewanitaannya dan berjalan dengan pelan menuju kamar mandi.

Ia berdiri dibawah shower lalu menyalakannya, Viya berusaha membersihkan semua bekas sentuhan tangan pria asing tersebut di seluruh tubuhnya dengan menggosokkannya secara kasar bahkan sesekali ia mencakarnya. Namun percuma, semua percuma, yang ada semua itu hanya akan tambah menyakiti dirinya.

Selesai membersihkan diri, Viya dengan cepat bergegas dari tempat tersebut sambil menahan rasa sakit diarea kewanitaannya, ia mengambil tasnya lalu pergi dari sana.

Saat sampai didepan pintu, ternyata pintunya tidak bisa terbuka karna terkunci dan ia teringat bahwa pintunya sengaja di kunci oleh pria brengsek tersebut dan memasukkannya disaku jas.

Viya mencari dimana jas milik pria brengsek itu, setelah menemukannya ia mengambil jas yang tergeletak dilantai dan merogoh sakunya.

Ia mendapat kunci kamar tersebut kemudian tanpa banyak pikir, ia segera berjalan kepintu, memasukkan kunci kamar ini dan keluar dari sana.

Saat sampai di pintu keluar club, Viya mengambil ponsel dari tas dan menghubungi seseorang, meminta untuk menjemputnya.

Dengan gemetar ia mencari nama kontak sahabatnya, Ana. Saat panggilan pertama tidak ada jawaban ia tidak menyerah, ia terus menerus menghubungi Ana hingga saat panggilan ketiga terdengar suara sahabatnya disana dengan suara seperti oranv habis bangun tidur.

"Hal-"

"Hal- halo An- to-tolong jemput gue, hiksss."

"Vi? Loo kenapa?! Lo dimana sekarang?!"

"An, tolong gue sekarang! Jemput gue, gue masih ada diclub tadi! Gue takut hiks.."

"APA?! Lo masih di club? Anak anak ngira lo udah balik, ok tunggu gue kesana sekarang."

"Cepet An, gue takut."

"Iyaiya tunggu,15 belas menit gue sampai." Panggilan telpon terputus, Viya menunggu Ana dengan tangis yang menghiasi wajahnya.

Setelah menunggu kurang lebih 15 belas menit akhirnya terlihat mobil melaju kearahnya tanpa perlu melihat lebih jelas Viya sudah mengenali mobil tersebut milik Ana.

Mobil berhenti tepat didepan Viya berdiri kemudian dengan pergerakkan cepat Viya segera masuk kedalam mobil.

Saat Viya baru saja masuk kedalam mobil, Ana memperhatikan penampilan sahabatnya sebentar lalu segera menjalankan mobilnya.

"Vi? Lo kenapa?" Tanya Ana, Ana menolehkan Wajahnya kepada Viya dan mentap sahabatnya dengan cemas.

Viya tak menjawab pertanyaan Ana yang ia lakukan hanya menangis terisak.

"Oke gausah dijawab pertanyaan gue tadi. Sekarang lo mau gue antar kemana? Pulang?" Ujar Ana membuat Viya menoleh padanya.

"Engga, please izinin gue buat nginep dirumah lo, gue ga berani pulang kerumah dengan keadaan gue yang kaya gini." Ana memperhatikan Viya lagi, lalu ia menganggukkan kepalanya.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit karna jalanan dimalam hari begitu lenggang akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang terlihat sederhana namun mewah.

Marriage (Not) Perfect | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang