Setelah beberapa hari Viya tidak masuk sekolah, akhirnya hari ia akan kembali lagi begitupun dengan Edo, yang akan kembali bekerja.
Viya sudah rapih dengan seragam sekolah dan Edo sudah rapih dengan setelan kemeja, celana bahan dan jas membalut tubuhnya.
Mereka berdua sedang menikmati sarapan dengan sebuah nasi goreng yang dibuat oleh juru masak dimansion ini.
Edo telah menyelesaikan makannya kemudian ia menyerahkan sebuah dompet berwarna biru muda ke Viya.
Viya heran dengan apa yang diberikan Edo, ia pun menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Ini dompet untuk kamu, didalamnya sudah aku isi dan kamu bebas membelikan apapun dengan uang itu," ucap Edo sambil menyesap kopinya.
"Tapi buat apa? Aku tidak membutuhkannya."
"Ambil dan bukalah." Viya menuruti apa yang diperintahkan oleh Edo untuk membuka dompet itu. Saat dibuka Viya membelalakkan mata karna melihat isi dompetnya.
Bagaimana tidak? Isi dompet itu berisikan banyak lembaran uang berwarna merah serta kartu atm dengan bebagai dengan bermacam warna, salah satunya black card dan tentu saja Viya tahu akan kartu tersebeut yang hanya bisa dimiliki oleh orang orang tertentu saja.
"Kak Edo aku tidak memerlukannya."
"Ambil saja Viya."
"Ini berlebihan kak aku ga bisa nerimanya, aku juga ga begitu perlu dengan itu semua," ungkap Viya sambil menyerahkan kembali dompet tersebut pada Edo dengan menggesernya pelan.
Edo menghela nafas kemudian ia bangkit dari duduk, berjalan mendekati Viya dan berdiri didepannya.
"Ini tidak berlebihan, kamu istriku dan kamu sudah menjadi tanggung jawabku."
"Tapi kak-"
"Terima saja."
"Aku ga bisa."
"Terima atau kamu aku cium?" Ancam Edo yang menurut Viya tidak logis karna menggunakkan ancaman seperti itu dan tentu saja menurutnya Edo tidak akan benar benar melakukannya.
"Ta-tapi aku-"
"Baiklah kamu memilih untukku cium." Edo semakin menunduk,mendekatkan wajah pada Viya, membuat sang empu menjadi salah tingkah.
Viya menahan Edo agar tidak semakin dekat dengannya. Ia pikir ancaman Edo hanya bualan saja, nyatanya Edo tidak main main akan ucapannya.
"Ya-yaudah aku terima,aku mau berangkat sekolah," ucap Viya lalu mengambil tas yang terletak di bangku dan menyampirkan ke pundaknya.
"Aku antar."
"Aku naik ojek online aja, lagian kamu mau kerja kan."
"Kamu tidak aku izinikan untuk naik angkutan umum mulai sekarang. Dan mulai hari ini kamu akan aku antar setiap berangkat sekolah atau nanti dengan supirku."
"Ka-" lagi, ucapan Viya terpotong oleh ucapan Edo.
"Aku tidak menerima penolakkan. Ayo cepat nanti kamu terlambat." Tidak ingin mendengar penolakkan lagi, Edo segera melenggang pergi menuju mobil yang sudah dikeluarkan dari garasi diikuti oleh Viya dibelakangnya.
Mereka segera masuk kedalam mobil dan Edo langsung menancapkan gas menuju sekolah Viya dan kantornya.
Dalam perjalanan suasana mobil diisi dengan perbincangan ringan antara mereka, sesekali keduanya tertawa saat salah satu dari mereka melemparkan lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage (Not) Perfect | END
RomantiekEdo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat itu juga kekasihnya lebih memilih pergi meninggalkan dirinya dan lebih memilih kembali bersama pria...