Ter-ungkap

1 0 0
                                    

Mondar mandir dengan perasaan gelisah berkali-kali dilihatnya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kenapa ini jarum jam lambat bener sih geraknya" gerutu Nella.

Sedari pagi perasaannya tak tenang ingin segera menemui seseorang yang mengajaknya bertemu malam ini. Sehari ini Nella berusaha menyibukkan dirinya dari berbagai aktivitas rumah untuk mengusir rasa tak sabarnya. Pukul 4 sore Nella telah bersiap-siap padahal janji temunya jam 7 malam. Berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan yang tak jauh dari tempat pertemuannya dan menikmati kudapan sore mungkin lebih baik dari pada menunggu dirumah waktu pasti akan cepat berlalu gumam Nella.

Sudah 2 jam Nella menghabiskan waktu berkeliling tak lupa Nella juga membeli buah tangan untuk Ia berikan kepada Devina sebagai salam perkenalan. Semoga saja Devina tak menolaknya karna yang memberikan hadiah itu adalah mantan selingkuhan kakaknya.

Pukul 7 tepat Nella telah sampai di depan pintu Cafe Coffee Ria kepalanya celingukan mencari sosok wanita yang mirip dengan foto profil pengirim pesan kemaren. Pandangan Nella jatuh pada seorang wanita cantik berpenampilan seperti anak remaja pada umumnya duduk di sudut ruangan dekat jendela kaca. Tanpa ragu Nella bergegas menghampiri wanita cantik itu dengan memasang senyuman manis khas Nella. Senyuman berhias smile eyes yang mampu menyulap siapa saja yang melihatnya.

"Mmm.. permisi.. Devina ?" sapa Nella lembut.

Mendengar suara sapaan Devina segera memalingkan pandangannya mencari sumber suara lembut yang mengusik telinganya untung saja volume musik yang mengalir ke telinganya melalu earfit tak terlalu tingga sehingga masih bisa mendengar suara dari luar. Segera Devina mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya.

"Nella.." balas Nella menyambut uluran tangan Devina

"Silahkan..." Devina mempersilahkan duduk wanita berparas manis yang menemuinya itu. "Wajar saja kalau kakak sampai jatuh cinta" bisiknya lirih.

Awalnya mereka sama-sama canggung tetapi setelah Nella menyodorkan buah tangan berupa Cake favorit Devina kecanggungan berubah menjadi keakraban meskipun ini pertemuan pertama.

"Kak Danu cerita apa aja tentang Gw sampe kue favorit Gw lo tau" tanya Devina seolah penasaran.

"Gak cukup banyak sebenernya.." jawab Nella singkat

Setelah cukup lama berbincang-bincang Nella memberanikan diri untuk bertanya apa sebenarnya tujuan Devina mengajaknya bertemu. Tak mungkin kalau sekedar mengajaknya mengobrol kesana-kemari. Devina bisa saja menemui temen seusianya yang akan lebih nyambung jika diajak ngobrol. Tapi Nella merasa lega dalam bayangannya Devina akan menghujatnya dengan bermacam makian karena telah menjadi wanita selingkuhan kakaknya itu ternyata sebaliknya Devina menyambut hangat sejak kedatangannya tadi bahkan terlihat excited.

"Mmm... sorry kalo gw langsung nanya ke tujuan loe ngajak gw ketemuan. Ada yang mau lo sampein ? Kalo boleh tau apa itu ?" tanya Nella sedikit lebih serius.

"Sorry-sorry jadi ngelantur kemana-mana. Ternyata seru juga ngobrol sama loe Nell." jawab Devina seraya menggaruk-garuk keningnya yang tidak gatal.

"Gimana hubungan loe sama Danu sekarang ?"

Deg !

Oh ! pertanyaan Devina benar-benar langsung ke inti bahkan ke bagian paling penting. Wajah Nella berubah putih pucat bahkan blash on tipis di pipinya menjadi semakin tak terlihat. Nella menjadi kikuk bibirnya masih mengatup tak tahu harus menjawab dari mana.

"Nell !" teguran Devina membuyarkan pikirannya yang sempat kosong sesaat setelah mendengar pertanyaan Devina. Seperti ada sebuah peluru menusuk isi kepalanya membuat kepalanya merasakan pusing.

Suamimu... Jodohku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang