Danu Septi Anggoro
Nella Anindya Pramudya
Sepanjang jalan pikiran Danu melayang, wajah terus saja Nella bermain-main disana. Berkali-kali Danu menepiskan pikirannya dengan menggelengkan kepala kuat-kuat tetap saja wajah Nella yang terbentuk. Tangannya menggerakkan tuas yang terletak berdekatan dengan strir ke atas. Lampu signal kirinya berkedip-kedip tak lama kemudian roda mobil berhenti berputar.
"Kenapa tampang tu cewek ada dikepala gue mulu sih?!" gerutunya lirih.
Matanya menatap tajam ke depan. Jari jemarinya mengetuk-ngetuk gagang stirnya yang telah dimodif dan tak berbentuk lingkaran lagi. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika bibirnya menyebut nama "Nella.." pikirannya semakin tak terkendali.
"Kriiing...Kriing.."suara ponsel dari dalam kantongnya berdering. Jari telunjuknya meraba benda kecil yang tersemat di lubang telinga dan menekan tombolnya.
"Halo ?"
"Halo sayang.."sapa wanita diseberang. "ini Bunda" sambungnya
"Iya nda" jawab Danu lembut. Nda adalah panggilan kesayangan Danu untuk Darsi sang bunda yang sangat disayanginya.
"Kamu tadi yang anterin menantu bunda kan ke Airport ?" tanya Darsi untuk meyakinkan bahwa anak dan menantunya itu hidup rukun dan harmonis.
"Nggak nda, tadi pagi Danu ada meeting dan gak sempat anterin Yovina, Nda udahan ya Danu lagi nyetir ini bye.. sampe ketemu nda.."
"Loh Danu bunda belum selesai bicara" belum selesai Darsi melanjutkan pembicaraan, teleponnya telah terputus. Darsi menghela nafas dan menggurutu "Anak ini selalu seperti itu"
"Kenapa sih bun kok ngomel sendiri ?" Tanya lelaki dengan suara sedikit berat.
"Itu lo Yah Danu, bunda kan kepingin Tanya-tanya soal kabar hubungan Danu dan menantu seperti apa, apa sudah isi belum. Bunda kan kepingin cepet nimang cucu" rentetan gerutu Darsi disana terlihat jelas kekecewaan yang tidak bisa disembunyikannya.
Budi suaminya menoleh ke arah Darsi istrinya sekilas dan pandanganya kembali tertuju pada lembaran kertas yang membetang luas dihadapanya seraya berkata "Sabar to bu.. mereka kan masih muda biarkan saja mereka menikmati kebersamaan dulu. Mereka menikah juga baru tiga bulanan to.." suara berlogat jawa itu terdengar adem sekali.
"Ya tapi mau sampe kapan Yah, wong ini Yovina yo balik lagi ke London. Dari awal sebenernya Bunda kurang srek sama perjodohan ini tapi Bunda bisa apa buat menetang perjodohan mereka" raut wajah yang semula terilihat sedikit kesal berubah menjadi sendu. Mata Darsi menatap kosong.
"Ayah merasa ndak sih kalo hubungan mereka itu kurang harmonis dari sebelum menikah ?" Tanya Darsi seraya bergerak mendekati suaminya.
Budi suaminya masih sibuk membaca isi Koran meskipun gendang telinganya mendengar sangat jelas ucapan istrinya itu. Tetapi mulutnya tak bersuara sedikitpun.
"Bunda kok jadi gak yakin ya Yah dalam waktu tiga bulan ini mereka bisa seakrab yang mereka tunjukin ke kita selama mereka menikah ?" Raut wajah Darsi makin menunjukkan ke khawatiran bercampur rasa penasaran.
"Bu ne ini macam-macam saja pikirannya. Ndak usah buruk sangka begitu to Bu. Masa anak sendiri dicurigai begitu" jawab Budi meredakan rentetan rasa penasaran Darsi. "Kita orang tua cukup melihat saja seperti apa nanti perkembangan rumah tangga mereka. Kalo bermasalah kan pasti cepat atau lambat kita akan tau.."imbuhnya.
Darsi hanya merespon dengan memanyunkan mulutnyakemudian pergi meninggalkan suaminya ke dapur menemui Mbok Gati pembantu rumahtangga.
Jangan lupa tinggalkan vote, komen dan follow ya insaAllah aku folbek deh.. vote dan komen kalian bisa nambah semangat nulisku....
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamimu... Jodohku...
RomanceDanu Septi Anggoro lelaki berparas hampir sempurna menikahi Yovina karena perjodohan oleh keluarga besarnya. Rumah tangga mereka tidak dibangun berdasarkan rasa cinta sedikitpun. Masing-masing dari mereka memiliki kehidupan berbeda dan tak saling pe...