Sembuh Itu Sakit

4 1 0
                                    

Danu melirik arloji di pergelangan lengan kiri menampilkan angka digital 10.00. Manik coklat pekat matanya beralih pada wanita yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ya, mereka belum berpindah tempat alias masih di rumah sakit bukanlah di hotel ataupun apartemen. Disana Yovina tertidur pulas setelah mendapatkan suntikan obat penenang ganjaran dari ulahnya mengamuk. Sedangkan Danu menahan rasa kantuk karna khawatir dengan keadaan istrinya. Entah sudah berapa kali mulut Danu menguap oleh rasa kantuk. Beberapa kali matanya terpejam dengan posisi duduk dan nyaris tersungkur.
Danu membantingkan tubuhnya ke punggung sofa berbantal kedua lengan. Pikirannya kembali terfokus memikirkan bagaimana nanti ketika Yovina terbangun setelah efek obat penenangnya habis.
"Hmmm..." Danu menghela nafas panjang sambil merogoh saku jaket untuk mengeluarkan ponsel.
"Halo Dev !" sapanya ketika panggilan teleponnya tersambung.
"Bantu kakak lagi ya ?" pinta Danu pada adik perempuan di seberang telepon.
"Iya Yovina seperti sudah mengingat beberapa bagian memory ingatannya. Tapi kakak gak tau seberapa banyak yang dia ingat." jelas Danu pada adiknya.
Pikiran Danu kini lebih tenang setelah berbicara dengan Devina melalui ponsel. Danu meminta adiknya untuk menemui keluarga pria yang tewas saat insiden kecelakaan bersama Yovina untuk mencari informasi apa hubungan Yovina dengan pria tersebut. Hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui identitas pria itu mengingat Danu tidak tahu banyak tentang kehidupan Yovina selama di London dan siapa saja pria yang dekat dengan istrinya.
"CHADDRICK !!!"
Suara teriakan membuyarkan lamunan dan spontan menghempaskan rasa kantuk Danu. Sontak Danu berdiri lalu berlari menghampiri ke arah sumber suara teriakan. Di sana di atas ranjang Yovina sudah dalam posisi duduk berselonjor. Wajahnya basah oleh bulir-bulir peluh yang keluar dari pori-pori kulit.
"Yov ! Hey Loe baik-baik aja ada gue disini..... Tenang ya...." ucap Danu seraya meraih gelas berisi air bening di atas nakas dan menyodorkan gelas itu ke mulut Yovina memberikan signal perintah agar Yovina membuka mulut untuk menegak air di gelas tersebut.
"Chaddrick mana Dan ?! Gue harus ketemu Chaddrick !" Yovina tergopoh-gopoh menuruni ranjang seraya melepaskan jarum infus yang menancap di punggung tangannya.
Tanpa menunggu aba-aba Danu meraih tubuh Yovina lalu mendekapnya. Ukuran tubuh Yovina lebih kecil di bandingkan oleh postur tubuh Danu sehingga memudahkan Danu mendekap wanita itu sebelum menghambur keluar ruangan dan membuat kekacauan seperti sebelumnya. Yovina berusaha memberontak tetapi kesulitan karna Danu merangkup cukup kuat. Disana Yovina menangis sejadi-jadinya mengingat tragedi kecelakaan yang meninpanya. Mulutnya terus saja meneriakkan nama Chaddrick.
"Gue harus liat Chaddrick ! Dia dimana please kasih tau gue Dan !" ocehan Yovina dalam isakan tangis.
"CHADDRICK !!!" sekian kalinya Yovina meneriakkan nama yang sama.
Bayangan mobil terbalik, perasaan bahagia oleh canda mesranya sebelum insiden mengerikan itu terus saja berkecamuk dalam kepala Yovina membuat tangisannya semakin menjadi. Perasaan khawatir akan kondisi kekasihnya tak dapat Ia bendung. Berbagai macam jawaban persepsi tentang kondisi Chaddrick silih berganti di kepala Yovina. Entah mana yang benar-benar terjadi. Pria yang bersamanya saat ini tidak memberikan jawaban apapun hanya terdiam merangkup tubuh Yovina.
"Please tell me Dan... Please... Gue harus liat dia Please..." kini suara Yovina melemah air matanya pun seakan mengering.
"Gue akan kasih tau kalo loe bisa tenang dulu. Loe pulihin dulu kondisi loe kalo udah bisa pulang gue janji akan cerita semuanya. Yang mesti loe tau semua baik-baik aja gak ada yang perlu loe khawatirin kecuali kondisi kesehatan loe sendiri" baru kali ini Danu berbicara panjang lebar pada istrinya Yovina.
Mendengar penjelasan dan janji Danu membuat Yovina sedikit tenang. Air mata dipipinya kembali mengucur deras hingga membasahi kemeja Danu dibagian dada.

***

Hari telah berganti malam, warna hitam malam langit kota London tidak berdampak gelap pada kondisi kota itu kalah oleh jutaan cahaya lampu dari bangunan-bangunan dan penerangan jalan. Yovina membuang pandangan ke arah hiruk pikuk pejalan kaki yang begitu riuh disisi jalan. Pajangan-pajangan barang dagangan dari balik kaca gedung pertokoan sesekali menarik perhatian Yovina untuk dilihat. Keindahan kota London itu mengalihkan pikiran Yovina mengenai keadaan Chaddrick setidaknya selama diperjalanan menuju Apartement dimana tempat Yovina selama ini tinggal bersama Chaddrick.
Mobil terus melaju menuju 175 Long Ln, London SE1 4GS, Inggris Raya yang merupakan letak apartement Yovina tinggal selama di London. Roda empat terparkir tepat di depan gedung yang terletak di sudut persimpangan jalan. Gedung bagian depan apartment tersebut hanya terdiri dari 6 lantai saja sedangkan gedung disisi kanan kirinya terdiri dari 4 lantai, hampir seluruh permukaan dinding terbuat dari kaca. Yovina mengarahkan Danu untuk memarkirkan kendaraan di area parkir yang telah disediakan untuk penghuni apartment tersebut.
Yovina mengamati setiap sudut ruangan seraya menghembuskan nafas panjang. Rasa rindu pada kekasihnya bergejolak ketika bayangan moment saat-saat dirinya bersama kekasihnya bermunculan memenuhi kepala. Ada kenangan di setiap sudut ruangan itu. Ingin sekali Ia menemui Chaddrick secepatnya tetapi sekali lagi Yovina harus sabar sampai Danu membawanya menemui Chaddrick. Yovina meraih sebuah benda berbentuk lingkaran ada gambar dirinya bersama Chaddrick. Kembali terbayang saat moment itu mereka abadikan dan dijadikan pajangan di atas meja bundar bersanding dengan pot kecil terbuat dari keramik. Tiga tangkai bunga tulip di dalam pot itu telah layu dan mengering. Menancapkan beberapa tangkai bunga favorite Yovina sudah menjadi rutinitas Chaddrick sebelum bunga tulip yang lama layu. Air mata Yovina mengalir ketika meraih tangkai tulip kering itu. Sejak terbangun dari rumah sakit tadi perasaan Yovina terasa sakit sangat sakit tetapi Ia tak tahu apa yang membuat dadanya begitu sesak.
Saat di rumah sakit tadi Yovina mendengarkan langsung percakapan Danu dengan dokter mengenai amnesia yang Ia alami pasca kecelakaan. Bersyukur amnesia itu sudah benar-benar sembuh. Namun sesak di dada dan rasa takut malah menyiksa saat teringat kejadian naas dirinya bersama kekasihnya Chaddrick.
"Dan.. Danu.." Yovina menyerukan nama Danu mencari keberadaan lelaki yang bersamanya. Ia tak melihat Danu sejak masuk gedung apartement hilang bak ditelan bumi.
Pencarian Yovina terhenti saat melihat Danu terlelap di atas kasur. Lelap sekali hingga Yovina tak tega untuk membangunkan. Niatnya ingin mengajak Danu makan malam karna perutnya terasa lapar. Menyesal tadi telah menolak ajakan makan Danu saat perjalanan dari rumah sakit. Yovina juga berharap dapat berbincang-bincang dengan Danu mengenai kronologis pasca insiden tragis itu sambil menikmatin makan malam.
Hendak menghubungi Chaddrick namun tak tahu akan menghubungi siapa dan ke nomor telepon mana. Ponsel di tangannya itu ponsel baru dari Danu. Pikir Yovina ponselnya hilang atau rusak bersama mobilnya.
"Lebih baik gue belanja bahan masakan. Danu pasti lapar. Besok pagi saja ke kantor Chaddrick siapa tau dapat kabar dari sana" gumam Yovina seraya berjalan keluar kamar apartment.

***

Sekembalinya dari supermarket dengan membawa paper bag berisi bahan masakan, Yovina langsung menuju dapur minimalis apartement miliknya lalu memulai aktivitas masak. Di Indonesia ada Mbok Supi yang melayani segala kebutuhan Yovina sedangkan di Indonesia Yovina terbiasa masak sendiri. Pantas saja Yovina terlihat mahir menggunakan peralatan masak di dapurnya.
Tidak butuh waktu lama makanan dari hasil Yovina masak sudah tersaji di atas meja makan. Aroma lezat masakannya itu pasti akan membangunkan Danu dari tidur lelap. Benar saja tak lama berselang Pria tampan dengan rambut acak-acakan berjalan menuju meja makan. Matanya masih sipit enggan terbuka menahan kantuk tetapi karna aroma tajam dari masakan Yovina memaksanya bangun. Perutnya terasa sangat lapar mengalahkan rasa kantuknya.
"Cuci muka dulu lah.. Kita makan sama-sama ya..." sapa Yovina saat menyadari kedatangan Danu.
"Loe bisa masak ?" tanya Danu dengan nada meledek.
"Biar rasa yang jawab !" jawab Yovina percaya diri.
Butuh waktu hampir satu jam untuk memasak segala isi wadah di atas meja makan. Melahapnya hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menitan. Selain rasa lezat dari masakan Yovina, rasa lapar perut mereka juga menjadi faktor ludesnya seisi meja makan itu.
Baru kali ini Yovina merasakan kehangatan di meja makan bersama suaminya. Walau sudah menikah tidak sekalipun mereka menikmati makan bersama penuh keakraban. Sekarang mereka duduk berdua saja di meja makan menyantap hasil masakan sendiri. Sudah seperti pasangan suami istri pada umumnya. Yovina melirik ke arah Danu, bibirnya tersenyum tipis. Seandainya saja waktu itu Danu tidak menunjukkan penolakan dengan bersikap acuh pada dirinya sejak perjodohan mereka tidak sengaja diketahui oleh Danu, mungkin saja Yovina akan dengan senang hati menerima perjodohan itu. Kesempurnaan yang dimiliki Danu sudah sangat cukup untuk membuatnya jatuh cinta sebenarnya.
Awalnya mereka sangatlah akrab, tiba-tiba Danu menjauhi Yovina tanpa Yovina tahu alasannya. Waktu lulus sekolah dasar Yovina baru mengetahui alasan Danu menjauhinya jangankan bermain, bertegur sapa saja Danu tak mau. Sejak saat itu Yovina memutuskan untuk menerima sikap Danu dan memilih ikut menjauh dengan masuk ke sekolah yang berbeda dari Danu.
Kini lelaki yang bertahun-tahun bersikap acuh padanya berbalik menjadi peduli. Danu merawat Yovina dengan sangat baik selama Yovina amnesia dan sampai saat ini. Menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami kepada istri. Danu tidak meninggalkan Yovina begitu saja malah sebaliknya.
"Thanks Dan...." celetuk Yovina.
"Untuk ?" tanya Danu tanpa melihat.
"Semua yang loe lakuin ke gue." jawab Yovina menatap Danu lekat.
"Kewajiban gue." jawab Danu datar singkat. Danu menegak air minum lalu beranjak meninggalkan Yovina.
"Kirain udah berubah ternyata masih sama..." dengus Yovina seraya membereskan perkakas sisa makan.

***

Di belahan bumi lain nampak seorang gadis sedang menikmat suasana angin pantai di atas punggung luas seorang pria yang dijadikan tunggangannya. Mereka terlihat sedang berbincang-bincang. Sesekali salah satu dari mereka tertawa lalu salah satunya ikut tertawa.
"Sampai kapan loe baik gini sama gue Van ?" tanya Nella dari balik punggung Devano.
"Sampai loe follback cinta gue ke loe Nell !" seru Devano setengah berteriak.
Sontak kedua telapak tangan Nella membungkam mulut Devano.
"Loe apa-apaan sih Van ! Pake teriak-teriak segala !" sengal Nella.
"Biar seluruh dunia tahu kalo gue cinta sama loe !" Devano kembali berteriak namun suaranya tenggelam karna mulutnya terbungkam tangan Nella.
"Devano !!!" teriak Nella kesal.
Devano tertawa geli melihat respon Nella karna ulah jahilnya. Nggak pernah bosan Devano menjahili Nella. Makin Nella ngambek membuat Devano makin gemas dan ingin terus menjahili.

Suamimu... Jodohku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang