Cuaca hari ini cukup indah, matahari bersinar tidak terlalu terik awan putih tebal menyelimuti hampir seluruh permukaan langit yang berwarna biru cerah. Seperti biasa dan tidak pernah berubah kondisi jalanan di kota Jakarta cukup padat tetapi tetap lancar. Jarum jam menunjuk diangka 13.45, mobil sport Honda Civic R dengan plat DA 1995 NU melaju memasuki area parkir pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Spontan gadis yang berada di sebelah Danu itu membuka Tablet yang ia ambil dari dalam tasnya seraya mengerutkan dahi penuh Tanya dengan jari naik turut diatas layar tabletnya. Tidak lama kemudian mobil berhenti disalah satu stand parkir yang masih kosong. Danu keluar mobil tanpa sepatah katapun dan tidak menunggu lama Carol pun menyusul sebelum kena semprot bosnya itu.
"Kita keliling sebentar di atas ada pameran butik-butik ternama, tetap disamping saya catat semua yang saya ucapkan seperti biasa" ucap Danu tanpa menghentikan langkahnya terus berjalan menuju lift dan disusul sekretarisnya yang hanya mengganguk memberikan tanda mengerti dengan ucapan managernya seraya menyunggingkan senyum diujung bibirnya. Carol hafal benar setiap kali managernya mengajaknya berkeliling untuk meninjau pangsa pasar Carol selalu mendapatkan buah tangan dari managernya itu. Terakhir ia mendapat kebaya karya Anne Avantie dengan harga yang cukup fantastis. Kali ini entah apa yang akan dibelikan untuknya Carol hanya tersenyum kegirangan. Meskipun perangainya cukup dingin, tegas, dan galak tetapi kemurahan hati Danu bisa melelehkan hati siapa saja yang berada didekatnya terutama kaum hawa.
Suasana mall sore itu tidak seperti biasa, pengunjung yang lalu-lalang pun menunjukan penampilan elegan. Pakaian dan aksesoris yang dikenakan merupakan karya-karya desainer ternama. Terang saja karena saat ini sedang digelar pameran butik-butik kenamaan dan beberapa diantara mereka adalah kolega dari perusahaan dimana Danu bekerja. Sebagai manager pemasaran sudah menjadi kewajiban Danu mengetahui banyak tentang kebutuhan pasar dan apa yang sedang digandrungi oleh masyarakat. Kebutuhan costumer terbesarnya yang merupakan dari desainer-disainer ternama dan butik terbesar di kotanya seharusnya sudah cukup untuk mengetahui kualitas produk kain seperti apa yang banyak diminati. Namun bukan Danu namanya jika hanya duduk diam dan merawat costumer-costumer yang sudah bekerjasama dengan perusahaannya. Berbagai cara Ia lakukan untuk dapat menambah pundi-pundi kejayaan perusahaan dimana tempatnya mengabdi.
Satu persatu outlet Danu kunjungi dan diikuti oleh wanita yang sibuk menyesuaikan langkahnya agar tidak tertinggal oleh Bosnya. Danu memiliki perwakan yang sempurna dua kaki panjang yang menopang tubuh atletisnya terlihat cukup panjang untuk mengahasilkan langkah yang sulit diimbangi oleh wanita.
Hampir 2 jam mereka berkekeliling, kaki Carol yang menggunakan heels sepanjang 12 cm pun sudah hampir menyerah. Sesekali Carol menyempatkan diri untuk duduk ketika Danu sedang sibuk memperhatikan karya-karya di patung-patung manakin. Pandangan Danu tiba-tiba terhenti dan menatap pada rak pajangan yang berada di pojok kanan dinding pembatas. Tidak jauh dari sana ada sebuah kursi tidak terlalu panjang, hanya cukup untuk dua orang saja dan telah terisi penuh oleh dua wanita pengunjung toko itu. Pandangan Danu spontan membuat 2 wanita itu menjadi salah tingkah. Tampak jelas raut wajah mereka berubah menjadi memerah, tangan mereka sibuk menghelai-helai rambut panjang dengan tujukan merapikan. Jantung dua wanita itu semakin berdegup kencang dan nyaris terlepas saat tubuh Danu berjalan semakin dekat dengan keberadaan mereka. Namun seketika raut wajah kedua wanita itu berubah menjadi lebih merona sampai menyamai warna kepiting rebus. Saat kedua wanita tersebut menyadari bahwa pria tampan itu berjalan melewati mereka dan menghampiri sebuah tas yang terpajang di rak di samping mereka. Kedua mata Danu terpanah dan nyaris tidak berkedip ketika Ia melihat ukiran membentang di permukaan tas berjenis Bucket Bag berbahan dasar paduan kulit dan kain sutra. Pikiran Danu melayang pada kejadian 10 tahun silam dan ujung bibirnya sedikit tertarik keluar seketika matanya berbinar. Tampaknya ada kenangan manis tersemat pada memori Danu ketika melihat ukiran tas itu.
"Maaf Pak ! Baru saja saya mendapatkan telepon, Wakil Direktur Personalia ingin menemui bapak.." Suara Carol seketika memecahkan lamunan Danu. Tanpa berfikir panjang Danu beranjak dari posisinya seraya memberikan tas di tangannya kepada Carol. Tangan Danu juga sibuk merogoh kantong dan mengambil kartu pembayaran elektornik dari dalam dompetnya seraya berkata "Beli ini untukmu, saya tunggu diparkiran". Danu berlalu meninggalkan wanita yang tersenyum kegirangan sambil melompat-lompat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamimu... Jodohku...
RomanceDanu Septi Anggoro lelaki berparas hampir sempurna menikahi Yovina karena perjodohan oleh keluarga besarnya. Rumah tangga mereka tidak dibangun berdasarkan rasa cinta sedikitpun. Masing-masing dari mereka memiliki kehidupan berbeda dan tak saling pe...