Danu Septi Anggoro
Devano
Nella Anindya Pramudya
Hujan masih mengguyur kota Jakarta cukup deras. Gemuruh guntur masih terdengar seperti langit hendak runtuh saja. Awan kelabu memberikan kesempatan kilat menampakkan cahayanya begitu jelas. Keadaan cuaca malam itu tidak menyurutkan niat penduduk Jakarta untuk lalu lalang membawa kendaraan menuju berbagai tujuan masing-masing.
"Simpangan depan belok kiri ya Pak Danu" ucap Nella pada pria berparas tampan disampingnya. Kepala Nella agak mendongak ke depan seolah sedang memperhatikan keadaan langit di depannya.
"Panggil nama aja. kan kita gak lagi di kantor" sahut Danu datar.
Mendengar ucapan Danu membuat mata Nella membulat dan memalingkan wajahnya ke arah Danu. Tapi secepat kilat Ia kembali memalingkan wajahnya sebelum pria tampan yang membuatnya berdebar sedari tadi itu memergokin ekspresi wajahnya. Tanpa disadari Danu sedikit menarik ujung bibirnya. Ia tersenyum simpul dengan mata masih menatap lurus ke depan seolah tidak mengetahui ekspresi Nella.
Tak jauh dari persimpangan, mobil spot Honda Civic R milik Danu telah memasuki halaman rumah Nella dan bertengger tepat di depan teras. Teras depan rumah Nella di design memiliki atap menjulang panjang ke depan. Dua tiang yang menopang ujung atap teras itu berdiameter tiga puluh centi meter dengan ukiran pada ujung atas dan di bawah dekat lantai.
"mmm... mau mampir dulu pak eh Daa...aan..." pipi Nella memerah mulutnya sedikit terbuka karena salah tingkah saat memanggil managernya dengan sebutan nama.
Danu membalas dengan senyuman dalam hati Ia sangat ingin mengiyakan tawaran Nella. Tapi Danu telah memiliki janji akan berkunjung ke rumah orang tuanya di Bogor. Ayahnya berulang tahun.
"Lain kali gue mampir buatin gue teh tarik" celetuk Danu.
"Siap ! Sekali lagi makasih Ya Pak Danu sudah berkenan anterin sy" sahut Nella seraya merapikan lipatan roknya.
"Hmmm..." dehem Danu memberikan tanda bahwa sekali lagi Nella menggunakan bahasa formal dan panggilan layaknya di ruang lingkup kantor dan Danu kurang menyukainya.
"Ups!" Nella menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Smile Eyes menambah gemas wajah manisnya. Seorang Danu kembali dibuatnya berdegup saat menatap wajah gemas Nella. "Sialan ni cewek gemesin banget!" umpatnya dalam hati. Ingin sekali Ia meraih wajah Nella dan mengecup bibir mungil milik gadis itu. Buru-buru Danu menjauh dari posisi Nella berdiri sebelum niat jahatnya itu terlaksana.
"Oke Gue langsung balik ya.. Bye.." pamit Danu kakinya melangkah mengitari mobil menuju pintu kemudi.
Hitungan menit mobil manager tampan itu telah hilang dari pandangan. Nella masih saja mematung memandang ke arah mobil Danu menghilang. Pikirannya melayang pada tragedi sore tadi. kembali pipinya memerah dan wajahnya terasa panas. Tangan kanannya menepuk-nepuk kepalanya "Ampun.. Kotor bener sih isi kepala gue" Nella mengumpati dirinya sendiri.
***
"Happy Brithday Ayah..." sapa Danu dari balik punggung Budi. Tangan Danu mengulurkan sebuah bingkisan tidak terlalu besar berbalut pita berwarna biru berisi parfum mahal limited edition. Perusahaan parfum itu hanya meluncurkan 10 botol saja. Bisa dinilai berapa harga jual parfum tersebut.
"Ayah gak mau ini nak kadonya, Ayah pengen kamu meneruskan usaha milik Ayah" Budi mendorong bingkisan kado pemberian Danu di atas meja.
"Iya ayah.. kalo sudah waktunya Danu pasti ambil alih perusahaan Ayah tanpa Ayah suruh" balas Danu seraya kembali mendorong bingkisan itu ke arah Ayahnya.
"Kapan?" timpal Darsi tiba-tiba hadir dan bergabung satu meja dengan anak dan suaminya itu.
"Sudah ya nda g usah dibahas dulu" sambung Danu tak ingin percakapan yang selalu Danu hindari menjadi topik di hari ulang tahun Ayahnya. "Nda kasih kado apa ke Ayah?" tanya Danu mengalihkan pembicaraan.
Belum sempat Darsi menjawab suara sapaan dari ruang tamu menghentikan aktitivitas beberapa penghuni rumah di ruang keluarga.
"Selamat ulang tahun Ayah...."
Dari pekikan suara khas itu. Sepertinya seluruh penghuni rumah sudah mengenali pemilik suara cempreng itu.
"Devina.....!!!" Darsi beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju sumber suara.
"Gadis kecil bunda.." setaut kemudian Darsi memeluk erat anak tercintanya itu.
Kehadiran Devina Septi Anggoro menambah kebahagian keluarga Anggoro tidak terkecuali para asisten rumah tangga. Lengkap rasanya perayaan ulang tahun Budi Cokro Anggoro kali ini.
Tbc
Nah... Bab berikutnya konflik akan mulai muncul ni... pengen tau keseruannya ?
Tinggalin vote dan komentarnya ya biar tambah semangat nulirsnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamimu... Jodohku...
RomanceDanu Septi Anggoro lelaki berparas hampir sempurna menikahi Yovina karena perjodohan oleh keluarga besarnya. Rumah tangga mereka tidak dibangun berdasarkan rasa cinta sedikitpun. Masing-masing dari mereka memiliki kehidupan berbeda dan tak saling pe...