Part 29 || Devano

1.5K 143 3
                                    

Pria itu menatap kosong berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerjanya. Urusan bisnis di Eropa kali ini memakan waktu yang cukup lama.

Mencoba sedikit menghibur diri, pandangannya menyapu ke sebuah foto sepasang manusia yang tersenyum lebar ke arah kamera. Ditepi bawah bingkai terdapat ukiran cantik berwarna gold 'Dev❤Lisa'.

Foto itu diambil saat mereka tengah berlibur bersama keluarga kekasihnya di Swiss.

Ia kemudian melirik kalender di pojok meja dan mendengus.

Tiga bulan? Ah.. sudah tiga bulan ia tidak bertemu gadis itu? Wah!! Sulit dipercaya. Aku sangat merindukannya...

"VAN! Ngapain loe ngelamun aja kayak orang kesambet?" Ucap seseorang dibarengi dengan suara pintu yang terbuka. Membuat kerutan di dahi pria itu semakin dalam saat mengetahui pelaku yang mengusik ketenangannya.

"Ck. Tangan loe masih berfungsi kan?"

"Loe nyumpahin gue? Emang dasar temen nggak ada akhlak"

Pria itu dengan acuh melangkah masuk menuju soffa di dalam ruangan.

"Udah ratusan kali gue bilang, kalau mau masuk tuh ketuk pintu dulu"

"Hehe.. lupa Van. Loe kenapa sih marah-marah mulu. Nggak dapet jatah?" Cerocos pria itu yang membuatnya mendapat timpukan pulpen dari Devano.

"Mulut loe" Protes Devano. Namun pria di depannya hanya cengengesan tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Ada apa Lan?" Lanjutnya mengakhiri perdebatan tidak bermutunya dengan Alland. Sahabat yang juga merangkap sebagai asistennya.

"Saya ingin menyampaikan bahwa skedule di Eropa terakhir minggu ini. Dan juga.. bulan depan Anda ada jadwal di Korea. Selain itu, ada juga undangan makan malam dengan pihak Bvlgari Korea. Pihak mereka akan memperkenalkan Brand Ambasador baru" Mendengar nada serius atasannya, Alland mengubah nada bicaranya menjadi lebih formal.

"Oh ya? Ada bocoran kandidat?" Tanyanya.

"Menurut prediksi kemungkinan mereka menggaet salah satu idol K-pop yang sedang naik daun"

"Hmm. Kemungkinan besar begitu, terlebih sebelumnya ada beberapa idol yang hadir di acara Bvlgari korea. Yang paling disorot media saat itu Lisa Blackpink dan Suho EXO, bukan? Citra mereka juga cocok dengan Bvlgari.. mewah dan berkelas"

"Ya, jadi Anda akan menghadiri undangan tersebut?" Tanya Alland yang mendapat anggukan dari Devano.

Tentu saja pria itu akan hadir. Apalagi sebenarnya ia sudah mengetahui identitas Brand Ambasador yang akan dipublish ke media. Yaps. Siapa lagi jika bukan kekasihnya? Gadis itu telah memberitahukan hal ini sebelumnya.

"Oiya. Bukannya Celline juga berencana menggaet muse mereka menjadi Global Brand Ambasador paruh kedua tahun ini?"

"Muse Celine di Korea? Lisa?" Tanya Alland.

"Hm. Gadis itu memang spektakuler. Jika itu benar terealisasi, Hedi melakukan gebrakan besar selama berkecimpung di dunia fashion. Lisa akan menjadi GBA pertama yang dipilih oleh Hedi" Lanjut pria itu.

"Itu sudah bisa ditebak dari cara Hedi dan Celine mentreat gadis itu. Ingat fashion show Celine ini? Pertama kalinya Hedi mengizinkan media untuk meliput. Ini sudah salah satu gebrakan besar" Garis bibir Devano membentuk senyum lebar mengingat ekspresi bahagia gadisnya saat menceritakan pengalamannya bekerja dengan Hedi dan Peter di Celine.

"Terlihat jelas bahwa penjualan Celine mengalami peningkatan pesat sejak Lisa bergabung. Celine yang dulunya hanya terkenal di kalangan elit bangsawan.. kini merambah ke segala penjuru. Siapa yang akan melepas berlian seperti itu?"

"Hmm" Angguk Devano.

"Oiya.. Bulan depan gue ke Korea bareng loe kan?"

Pria itu mengangguk sebagai jawaban.

"Seriuosly?? WAH! Gue bakal ketemu my human barbie" Sorak Alland. Ia bahkan sampai tidak menyadari perubahan ekspresi Devano yang semakin dingin.

"Dia kekasihku"

"Gue juga tau kali" Sergah Alland dengan acuh kemudian bergegas keluar ruangan sebelum sahabatnya mengamuk.

Devano hanya bisa menghela nafas melihat tingkah pria satu itu.

Ia berbalik menatap sinar mentari yang dengan bebas masuk kedalam ruangannya melalui jendela kaca besar. Didepan bingkai kaca tersebut, terdapat meja kerja dengan setumpuk berkas diatasnya.

Ia kemudian meraih ponsel dari dalam saku untuk menghubungi kekasihnya. Tak butuh waktu lama, terdengar suara dari seberang.

"Sweety.."

"Sayang, i miss you so much. Apa kau baik-baik saja? Apa pekerjaanmu sangat banyak?"

"Hei. Aku baik-baik saja sweety, maaf baru menghubungimu. Aku juga sangat merindukanmu, kau sedang dimana?"

"Aku sedang di lokasi shooting untuk video musik terbaru kami"

"Apa aku mengganggu?"

"Tidak. Aku masih menunggu bagianku"

"Ada masalah?" Tanya Devano. Entah.. instingnya membuatnya bertanya demikian.

"Ya.. ada sedikit masalah" Jawab Lisa. Ia berusaha sebisa mungkin untuk selalu terbuka dengannya.

"Aku tidak bisa membahasnya di telefon Dev.. kita bahas kalau bertemu, ok? Aku punya banyak cerita untukmu. Hehe.."

"Hmm. Jangan terlalu stress, itu tidak baik untuk kesehatammu. Setelah pekerjaanku selesai, aku akan mengunjungimu lagi sweety"

"I'll waiting for you"

"Ya.. Jangan lupa jaga pola makan dan istirahat"

"Ayeaye captain. Sudah dulu ya? Manager oppa sudah memanggilku untuk take video. Love you"

"Love you too.."

Ada apa lagi dengan gadis itu?

Kenapa orang-orang tidak bisa meninggalkan gadis itu dalam keadaan tenang? Ada saja yang mengusiknya.

Ia mendengar dari mommy mengenai masalah politik di Thailand. Dimana beberapa oknum memaksa gadis itu untuk speak up tentang masalah politik yang terjadi di negeri gajah putih itu.

What the hell ?? Apa otak mereka tidak berfungsi? Apa kedudukan Lisa di bidang politik? Tidakkah mereka sadar, Lisa berada di bawah naungan sebuah agensi yang tentu saja memiliki peraturan ketat untuk artis-artisnya. Lagipula, Lisa menjalani trainee selama bertahun-tahun untuk menjadi idol bukan menjadi politikus.

Hei ! Gadis itu tidak memiliki kapasitas yang mumpuni untuk ikut campur dalam masalah itu. Ia memang warga asli Thailand, ia memiliki hak untuk menyuarakan pendapat (tapi hak berbeda dengan kewajiban bukan??).

Netizen itu gila. Hanya berdasar dengan jumlah followers Lisa yang banyak dan impact besar gadis itu hingga mereka memaksakan kehendak ke Lisa hingga gadis itu tertekan dan serba salah.

Ia sangat respect dengan masalah politik yang tengah melanda Thailand kini. Tapi ia tidak rela jika mereka memaksa gadisnya. Apa hak mereka??

Dev sadar, mendengar dari nada bicara gadis itu beberapa saat lalu.. ia terdengar kurang bersemangat. Ia khawatir masalah yang ia maksud bukan hanya masalah tuntutan speak up itu.

Khawatir... tapi ia yakin gadis itu akan baik-baik saja. Dia gadis yang kuat dan banyak orang yang terus mendukungnya.


To be continue..
Jangan lupa vote and comment ya?
Gratis kok.

Lalisa ManobanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang