21. Main aman

13.5K 3K 2.9K
                                    

Danish ikut mengekor dibelakang Yaya menuju parkiran. Tangannya jadi auto dingin gara-gara overthinking tentang apa saja yang akan terjadi diperjalanan kelak. Semoga aja Yaya nggak kayak Dery yang senang nanya ini itu kalo naik motor. Bukannya apa...masalahnya pendengaran Danish suka bermasalah kalo lagi dijalan apalagi pake helm tambah nggak nyambunglah dia kalo ditanya hal macem-macem. Tapi, kalo diliat dari tampang kayaknya doi bukan tipikal orang yang senang basa-basi.

Sebelum naik di motor Yaya, Danish lebih dulu cari dimana keberadaan motor Dery kemudian mengambil helmnya yang dia titip disana. Cowok itu menghela nafas panjang dan tak lupa berdoa biar dia nggak jatuh dijalan karena kebanyakan gugup dan jantungan di bonceng sama orang yang dia takutin selama ini. Yaya nggak pernah galak sih sejauh ini tapi mukanya nyeremin jadi Danish rasa-rasanya langsung canggung dan takut setengah mampus.

Yaya melambaikan tangan memanggil Danish karena cowok itu terlalu lama berdiam diri disana. Perlahan Danish kembali mendekat lalu naik keatas motor Yaya. Berulang kali doi mundur kebelakang untuk sekedar menciptakan jarak alhasil Danish cuman bisa berpegang pada besi jok bagian belakang.

"Lo kayak cewek aja yang baru dibonceng ama cowok. Dekatan sini biar lo nggak jatuh," Kata Yaya sambil menarik baju Danish, "Mundur mulu lama-lama lo terjungkal kebelakang kalo gue balap,"

Nyawa Danish cuman ada satu. Dia nggak kayak kucing yang konon katanya punya banyak nyawa sekalipun jatuh berapa kali. Udah Yaya yang bonceng nyawanya udah sisa setengah, gimana pula kalo Yaya udah balap? Bisa-bisa langsung sakratul maut si Danish.

"I-iya, B-bang," Kata Danish sambil perlahan mengurangi jaraknya.

"Lo kayaknya harus periksa deh, Dan. Lo ada kelainan," Ucap Yaya sambil menatap Danish melalui kaca spion.

"K-kelainan apa, Bang?" Tanya Danish.

Yaya menatap Danish serius membuat cowok itu kembali menelan ludahnya gugup, "Kelainan bicara sama orang. Lo latah mulu atau jangan-jangan lo belum makan ya sebelum ke kampus jadinya lo kurang nyawa kalo diajak bicara?"

Danish tertawa kaku, "Ah, nggak kok, Bang. Tadi pagi abis sarapan nasi gorengnya mba mawar,"

Yaya mengangguk, "Oh, kirain. Yaudah kita langsung gas aja ya? Gue takutnya dedek gemes gue ngambek terlambat di jemput,"

Danish mengangguk seadanya dengan tangan yang tetap aja dia mundurin kebelakang buat pegangan. Tanpa aba-aba Yaya langsung tancap gasnya yang sukses buat Danish auto syahadat sedangkan Yaya cuman bisa ketawa dibalik helmnya.

"Tadi lo matkul apa?"

Cobaan apalagi ini?

Yaya ternyata satu server dengan Dery yang nggak bisa kalo diem-dieman naik motor. Danish sangking bingungnya doi nggak sadar garuk kepala walaupun yang dia dapat cuman permukaan helm yang kasar.

"Iya, Bang," Jawab Danish sesuai feeling pertanyaan yang diajukan Yaya.

"Oh, Dosen lo pasti Ibu Darma?" Tanyanya lagi.

"Cuman dua matkul, Bang. Makanya cepet pulang," Jawab Danish lagi sekenanya.

Lagi-lagi Yaya mengangguk sambil terus fokus menghadap jalan.

"Di kelas lo ada dedek gemes nggak?" Tanya Yaya yang berusaha menambah koleksi dedek gemesnya lagi.

"Iya, rada gitu emang dosennya, Bang. Suaranya kekecilan jadi suka buat ngantuk," Jawab Danish.

Yaya terkekeh, "Lain kali kenalin ya ke Dasha? Bilangin ada senior yang mau kenalan gitu,"

Danish mengangguk, "Iya, Pak Dio emang galak, Kak. Untung tadi alasannya ngambil absen jadi nggak jadi di alpa."

KOSAN 23 BUJANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang